33.4 C
Jakarta
22 November 2024, 13:38 PM WIB

Banyak yang Mencari, yang Legal pun Dinanti

Arak Bali sebagai minuman tradisional nan khas sudah menjadi bagian dari ikon pariwisata Pulau Dewata.

Tak hanya seni, budaya, keindahan alam, keunikan adat, arak pun tak terpisahkan dari kekhasan Bali. Cerita tentang arak pun penuh warna.

 

ZULFIKA RAHMAN, Denpasar

WISATAWAN asal Jakarta itu kasak-kusuk sejenak dengan koran ini. Dia menanyakan tempat yang menjual arak asli dari perajin Karangasem yang dijual di Denpasar.

Setelah mendapat alamat dan diantar pemandu, dia akhirnya bisa mendapatkan arak itu untuk dibawa kembali ke Jakarta. Tidak dalam jumlah besar, memang. Hanya sekadar oleh-oleh.

Buah tangan dari Bali. Karena memang sulit untuk membawanya ke ibu kota. Sulit lolos pemeriksaan di Bandara Ngurah Rai, Tuban.

Cerita tentang wisatawan Nusantara dan turis asing mencari arak adalah kisah yang selalu ada setiap saat. Cerita itu dituturkan oleh sejumlah musisi Bali.

Kalangan musisi pun mengakui hal ini. Beberapa musisi yang datang dari luar daerah saat tampil di Bali bahkan ingin disajikan minuman yang aslinya memiliki warna bening, dan bila disulut api bisa terbakar ini.

“Dari dulu selalu ada turis asing yang mencari arak. Soalnya, mereka kan ingin mendapatkan sesuatu yang baru. Sensasi baru selama berlibur di Bali.

Paling tidak ya mencoba. Masak di Bali mau minum Vodka?” papar Putu Indrawan, yang malang melintang sebagai pemain bas band rock Harley Angels, ini sambil tersenyum saat menuturkan tentang arak beberapa waktu lalu.

Perihal minuman beralkohol ini awal tahun 2017, tepatnya pada bulan April 2017 juga melejit lagu dari band asal Gianyar Masekepung.

Lagunya yang berjudul Tuak Adalah Nyawa ngehit berat dua tahun lalu.  Terkait istimewanya minuman beralkohol asli Bali ini juga diakui oleh Joni Agung vokalis dari band Joni Agung & Double T, yang dikenal akrab dengan musik reggae ini.

Menurutnya sejak dulu hingga saat ini peminat arak Bali sangat luar biasa. Di era awal tahun 1990-an, saat dirinya dan bandnya tersebut masih jadi musisi di kafe-kafe, geliat penikmat arak wisatawan yang datang ke Sanur sangat banyak.

“Dulu terkenal dengan sebutan arak attack. Saya dulu sebagai bartender di tahun 1980-an yang biasa menyajikan cocktail dengan bahan dasar arak. Bar dan kafe di Sanur sudah menjual minuman tradisional arak,” tuturnya.

Hingga saat ini, kreasi arak mengalami kemajuan pesat. Tidak hanya sekadar dicampur dengan minuman bersoda namun sudah menjadi menu yang dikemas cukup elegan.

Beberapa kreasi minuman berbahan dasar arak yang dia jual salah satunya Joni Bego. “Itu kreasi dari saya. Namanya Joni Bego, arak dicampur minuman bersoda Coca cola dan Grenadine,” bebernya.

Selain olahan tersebut, juga muncul sejumlah kreasi. Beberapa di antaranya seperti arak madu, arak yang dicampur minuman energi, dan juga dikemas dalam sajian minuman Mojito dengan bahan dasar arak.

“Meski banyak kreasi, rasa arak tetap kuat. Rasanya tidak hilang karena kreasi. Ini banyak sekali peminatnya. Karena murah juga enak,” jelas pemilik nama asli Anak Agung Juniantara ini.

Bagaimana soal kemasan? “Kalau soal kemasan itu belakangan. Yang penting regulasi dulu. Karena sejak beberapa tahun terakhir

rasa arak semakin aneh-aneh. Ada juga yang mencampurkan air dan methanol yang bisa membahayakan penikmatnya,” ucapnya.

Sementara itu, Benny Sugiharto, vokalis Crazy Horse. Dia mengaku bukan penikmat arak. Namun, menurutnya banyak wisatawan yang penasaran untuk mencoba. Karena dibuat dalam bentuk suguhan minuman tradisional.

“Kalau teman-teman saya yang mengkhususkan diri  mencari arak dari luar negeri sih belum ada. Mungkin pas kumpul-kumpul ada sebagian yang mencoba, katanya keras dan enak,” paparnya.

Benny pun sangat mendukung rencana pemerintah untuk melegalkan arak Bali. “Karena wisatawan tidak mau minum minuman sembarangan yang tanpa label atau cukai sebagai jaminan kepercayaan,” katanya.

Ini lebih pada tanggung jawab efek negatif yang ditimbulkan arak. “Sebagai contoh, teman-teman saya dari luar negeri kalau saya kasih nasi jinggo dan nasi kotak,

biasanya yang dipilih nasi kotak. Karena jelas ada label-nya. Jadi, ketika terjadi apa-apa dia bisa menuntut,” jelasnya.

Maksudnya adalah ketika arak Bali dikemas dengan lebih baik, maka akan ada produk asli daerah Bali yang diakui dunia. Seperti sake di Jepang dan minuman tradisional di beberapa negara lain.

Arak Bali sebagai minuman tradisional nan khas sudah menjadi bagian dari ikon pariwisata Pulau Dewata.

Tak hanya seni, budaya, keindahan alam, keunikan adat, arak pun tak terpisahkan dari kekhasan Bali. Cerita tentang arak pun penuh warna.

 

ZULFIKA RAHMAN, Denpasar

WISATAWAN asal Jakarta itu kasak-kusuk sejenak dengan koran ini. Dia menanyakan tempat yang menjual arak asli dari perajin Karangasem yang dijual di Denpasar.

Setelah mendapat alamat dan diantar pemandu, dia akhirnya bisa mendapatkan arak itu untuk dibawa kembali ke Jakarta. Tidak dalam jumlah besar, memang. Hanya sekadar oleh-oleh.

Buah tangan dari Bali. Karena memang sulit untuk membawanya ke ibu kota. Sulit lolos pemeriksaan di Bandara Ngurah Rai, Tuban.

Cerita tentang wisatawan Nusantara dan turis asing mencari arak adalah kisah yang selalu ada setiap saat. Cerita itu dituturkan oleh sejumlah musisi Bali.

Kalangan musisi pun mengakui hal ini. Beberapa musisi yang datang dari luar daerah saat tampil di Bali bahkan ingin disajikan minuman yang aslinya memiliki warna bening, dan bila disulut api bisa terbakar ini.

“Dari dulu selalu ada turis asing yang mencari arak. Soalnya, mereka kan ingin mendapatkan sesuatu yang baru. Sensasi baru selama berlibur di Bali.

Paling tidak ya mencoba. Masak di Bali mau minum Vodka?” papar Putu Indrawan, yang malang melintang sebagai pemain bas band rock Harley Angels, ini sambil tersenyum saat menuturkan tentang arak beberapa waktu lalu.

Perihal minuman beralkohol ini awal tahun 2017, tepatnya pada bulan April 2017 juga melejit lagu dari band asal Gianyar Masekepung.

Lagunya yang berjudul Tuak Adalah Nyawa ngehit berat dua tahun lalu.  Terkait istimewanya minuman beralkohol asli Bali ini juga diakui oleh Joni Agung vokalis dari band Joni Agung & Double T, yang dikenal akrab dengan musik reggae ini.

Menurutnya sejak dulu hingga saat ini peminat arak Bali sangat luar biasa. Di era awal tahun 1990-an, saat dirinya dan bandnya tersebut masih jadi musisi di kafe-kafe, geliat penikmat arak wisatawan yang datang ke Sanur sangat banyak.

“Dulu terkenal dengan sebutan arak attack. Saya dulu sebagai bartender di tahun 1980-an yang biasa menyajikan cocktail dengan bahan dasar arak. Bar dan kafe di Sanur sudah menjual minuman tradisional arak,” tuturnya.

Hingga saat ini, kreasi arak mengalami kemajuan pesat. Tidak hanya sekadar dicampur dengan minuman bersoda namun sudah menjadi menu yang dikemas cukup elegan.

Beberapa kreasi minuman berbahan dasar arak yang dia jual salah satunya Joni Bego. “Itu kreasi dari saya. Namanya Joni Bego, arak dicampur minuman bersoda Coca cola dan Grenadine,” bebernya.

Selain olahan tersebut, juga muncul sejumlah kreasi. Beberapa di antaranya seperti arak madu, arak yang dicampur minuman energi, dan juga dikemas dalam sajian minuman Mojito dengan bahan dasar arak.

“Meski banyak kreasi, rasa arak tetap kuat. Rasanya tidak hilang karena kreasi. Ini banyak sekali peminatnya. Karena murah juga enak,” jelas pemilik nama asli Anak Agung Juniantara ini.

Bagaimana soal kemasan? “Kalau soal kemasan itu belakangan. Yang penting regulasi dulu. Karena sejak beberapa tahun terakhir

rasa arak semakin aneh-aneh. Ada juga yang mencampurkan air dan methanol yang bisa membahayakan penikmatnya,” ucapnya.

Sementara itu, Benny Sugiharto, vokalis Crazy Horse. Dia mengaku bukan penikmat arak. Namun, menurutnya banyak wisatawan yang penasaran untuk mencoba. Karena dibuat dalam bentuk suguhan minuman tradisional.

“Kalau teman-teman saya yang mengkhususkan diri  mencari arak dari luar negeri sih belum ada. Mungkin pas kumpul-kumpul ada sebagian yang mencoba, katanya keras dan enak,” paparnya.

Benny pun sangat mendukung rencana pemerintah untuk melegalkan arak Bali. “Karena wisatawan tidak mau minum minuman sembarangan yang tanpa label atau cukai sebagai jaminan kepercayaan,” katanya.

Ini lebih pada tanggung jawab efek negatif yang ditimbulkan arak. “Sebagai contoh, teman-teman saya dari luar negeri kalau saya kasih nasi jinggo dan nasi kotak,

biasanya yang dipilih nasi kotak. Karena jelas ada label-nya. Jadi, ketika terjadi apa-apa dia bisa menuntut,” jelasnya.

Maksudnya adalah ketika arak Bali dikemas dengan lebih baik, maka akan ada produk asli daerah Bali yang diakui dunia. Seperti sake di Jepang dan minuman tradisional di beberapa negara lain.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/