Dibalik pembawaan kalemnya, Didon Kejeng menyimpan banyak prestasi di bidang seni. Mulai dari menyanyi, menari,
membaca puisi hingga menjadi dekorator ulung yang kerap terlibat dalam dekorasi untuk mempercantik ruangan acara-acara kenegaraan.
ZULFIKA RAHMAN, Denpasar
BAGIAN tangan kirinya terlihat diperban saat ditemui Selasa (11/12) kemarin di Jalan Sakura Denpasar. Didon kajeng mengaku, baru saja menjalani cuci darah di RS Sanglah.
Dia pun enggan membahas terlalu dalam terkait aktivitas rutin itu. Dia lebih senang membahas tentang dunia kesenian. Mulai dari tarik suara hingga seni merajut dan lainnya.
Kini ia tergabung dalam komunitas Teratai. Komunitas seni anak-anak tunanetra, yang bermarkas di Jalan Pulau Rembulan nomor 7 Denpasar.
Disana lah wadah seniman-seniman tunanetra berkembang. Ada 20 orang anggotanya. Dengan latar belakang seni yang berbeda.
Didon adalah salah satu dari 20 orang tersebut yang memiliki bakat seni. Bakat seni tersebut, muncul sejak pria kelahiran Jembrana, 5 Maret 1976 silam ini masih menempuh pendidikan Sekolah Dasar kelas 3.
Berawal dari paksaan ibunya, Didon terpaksa menggeluti dunia olah vokal. “Ibu saya yang menyuruh less vokal di Jalan Serma Gede Denpasar. Saya memilih seriosa, dan klasik. Karena jarang orang tertarik pada seriosa,” kenangnya.
Dari seni tersebut, menumbuhkan rasa cinta dalam diri Didon untuk menggeluti serius dunia tarik suara.
Berkat keseriusan ini juga membawa pria yang telah dikaruniai dua anak ini menjadi jawara di Beberapa ajang musik festival kala itu.
“Dari pekan seni remaja sampai Juara 1 Bintang Radio dan Televisi (BRTv) waktu itu,” ucap Didon. Tak hanya berhenti pada dunia tarik suara, jiwa seninya juga muncul pada dunia dekorasi.
Saat remaja, ia kerap memunguti bunga-bunga di Halaman ruamahnya yang berjatuhan untuk dimasukkan dalam vas bunga.
“Saya rangkai menjadi bentuk-bentuk. Akhirnya keterusan senangnya. Saya kursus. Dan bisa sampai sekarang sudah bisa ngajar ilmu dekorasi,” paparnya.
Saat masih dalam kondisi normal melihat, Didon kerap terlibat dalam mendekorasi acara-cara kenegaraan sekelas presiden.
Pada masa Presiden Megawati menjabat, menjelang perayaan hari kemerdekaan 17 Agustus, ia terlibat dalam tim dekorasi Istana Kepresidenan.
“Saya ikut terlibat. Itu dari rekomendasi teman-teman sesama dekorator. Akhirnya saya terpilih. Pernah juga terlibat pada Era Susilo Bambang Yudhoyono. Dua kali di Istana,” tuturnya.
Dalam melakukan dekorasi, dia menggunakan bunga dan buah lokal dari masing-masing daerah. Di Bali sendiri cukup banyak bunga-bunga lokal yang berkualitas bagus dengan warna cantik yang indah.
Salah satunya bunga jepun. “Kalau tidak tau cara menata, maka akan kelihatan jelek. Padahal itu bagus,” katanya.
Sering kali untuk mendapatkan bunga dan buah lokal yang berkualitas ia harus keluar masuk hutan dibantu beberapa timnya.
Ini ia lakukan setiap diminta untuk mendekorasi di Beberapa acara nikahan hingga tamu kepala negara. “Istana Tampak Siring, saya sering diminta dekorasi. Sudah beberapa kali kalau ada kunjungan presiden,” tutur penyuka musik klasik ini.
Pengalaman paling berkesan yakni, saat ia diminta mendekorasi hotel Patra Jasa Bandara Ngurah Rai saat presiden ke-43 Amerika Serikat George W. Bush berkunjung ke Bali di tahun 2006 silam.
Dia pun menyuguhkan dekorasi bernuansa alam Indonesia dengan menggunakan buah dan bunga lokal dari berbagai daerah di Indonesia salah satunya Bali.
“Tapi, saya tidak pakai mawar dan bunga lili. Karena dua bunga ini kualitas terbaiknya berasal dari Amerika. Kalau kita suguhkan dua bunga itu, dianggap kualitas jelek. Makanya saya hindari,” bebernya.
Sebelum memasang rangkaian bunga. Beberapa tempat bunga dicek oleh tim keamanan Amerika Serikat.
Mengingat, kunjungan George W. Bush ke Indonesia mendapat penolakan dari beberapa elemen masyarakat. Belum lagi isu teror yang cukup santer terdengar.
“Itu (bunga) yang sudah tertata rapi diubek-ubek. Nah kami jadi merapikan lagi,” ujar Didon. Namun, hasil kerja keras tersebut dihargai dengan manis.
Semua staf gedung putih memuji dengan menyalami Didon karena dianggap sukses mendekor beberapa ruangan inti di hotel tersebut yang menjadi tempat acara presiden.
“Disana bangga lah. Ini karya kita dihargai,” terangnya. Namun, saat ini, dia jarang terlibat dalam proyek-proyek besar.
Itu terjadi setelah ia terlibat kecelakaan sepeda motor di Kawasan Renon yang membuat ia tidak bisa melihat hingga saat ini.
“Karena bekerja mendekor proyek besar butuh kecepatan. Kalau sekarang, karena saya Tunanetra agak lambat kerjanya. Tapi masih bisa, harus meraba dulu untuk mengatur ukuran dan lainnya,” tuturnya.(*)