29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 10:40 AM WIB

Renta dan Lumpuh, Tak Berdaya Anak Kerap Ngamuk Karena Gangguan Jiwa

Diusianya yang sudah uzur, kehidupan Ni Wayan Manis memang tak semanis namanya.

Selain kondisinya sudah tak mampu bergerak karena lumpuh, salah satu warga Banjar Dinas Ababi, Abang, Karangasem ini juga harus menanggung beban berat dengan anaknya yang mengalami gangguan jiwa. Seperti apa?

 

I WAYAN PUTRA, Abang

 

Kehidupan miris dialami Ni Wayan Manis.

Diusianya yang sudah hampir satu abad, perempuan 80 tahun yang kini menderita lumpuh ini harus menanggung beban dengan kondisi anaknya yang mengalami gangguan jiwa.

I Made Karta,  45, yang semestinya bisa membantu meringankan beban di masa tuanya justru sebaliknya.

Bahkan, dengan gangguan jiwa yang dialaminya, Karta sering kali mengamuk.

Masih beruntung ada Ni Nyoman Rai, 38. Pria yang sehari-hari bekerja berjualan daluman inilah tumpuan hidup Manis dan Karta.

Sebagai anak yang paling kecil, Rai harus merawat ibu dan kakaknya.

“Bisa tenang dan tidak ngamuk saja sudah bagus,” ujar Rai ditemui di rumahnya, Minggu (23/12) lalu.

 

Menurut Rai, sebelum menderita gangguan jiwa, Karta kakaknya sempat menjadi tulang punggung keluarga. Namun sejak tahun 2001 lalu, Karta mengalami sakit. 

Awalnya Karta bekerja di Denpasar sebagai buruh bagunan. Pulang dari Denpasar datang datang mengalami hal yang aneh.

Dia sering ngamuk tidak jelas. “Sejak mengalami gangguan jiwa, sudah empat kali di rawat di RSJ Bangli. Namun begitu kembali ke rumah penyakitnya sering kumat. Bahkan kalau kambuh sering ngamuk,” ujar Rai.

Untuk itu Karta rutin diberikan obat  dari Puskesmas. Karta sendiri juga tidak mendapat jaminan kesehatan atau BPJS. Sementara sang ibu, Manis sudah ditanggung pemerintah lewat BPJS Kesehatan.

Karena itu untuk membeli obat buat sang kakak, Rai mengaku harus merogoh koceknya sendiri.

Sementara untuk kebutuhan hidup keluarga, Rai harus berjualan daluman. Itupun diakui memang sering kali kekurangan.

“Apalagi saat musim hujan seperti ini jualan sepi. Mau keluar daerah saya tidak tega lihat kondisi ibu dan kakak. Tidak ada yang urus, dan terpaksa harus tinggal di rumah,”akunya.

Atas kondisi Manis dan anaknya ini pun mengundang simpati dan keprihatinan.

Sejumlah alumni SMAN 1 Amlapura Angkatan 1993 datang untuk memberikan bantuan kepada keluarga ini.

 “Kami para Alumni ingin berbagi sambil silaturahmi kepada mereka,” ujar Kordinator rombongan Gusti Ngurah Swisnawa.

Menurutnya, santuan berupa kursi roda, sembaki dan uang  itu diberikan bagi keluarga Manis sebagai bentuk keprihatinan mereka dengan kondisi keluarga.

“Harapan kami bantuan sekedar ini bisa bermanfaat dan keluarga ibu Manis bisa mendapat perhatian dari pemerintah. Terutama juga biaya perawatan Karta yang mengalami gangguan jiwa,”tukasnya.

 

Diusianya yang sudah uzur, kehidupan Ni Wayan Manis memang tak semanis namanya.

Selain kondisinya sudah tak mampu bergerak karena lumpuh, salah satu warga Banjar Dinas Ababi, Abang, Karangasem ini juga harus menanggung beban berat dengan anaknya yang mengalami gangguan jiwa. Seperti apa?

 

I WAYAN PUTRA, Abang

 

Kehidupan miris dialami Ni Wayan Manis.

Diusianya yang sudah hampir satu abad, perempuan 80 tahun yang kini menderita lumpuh ini harus menanggung beban dengan kondisi anaknya yang mengalami gangguan jiwa.

I Made Karta,  45, yang semestinya bisa membantu meringankan beban di masa tuanya justru sebaliknya.

Bahkan, dengan gangguan jiwa yang dialaminya, Karta sering kali mengamuk.

Masih beruntung ada Ni Nyoman Rai, 38. Pria yang sehari-hari bekerja berjualan daluman inilah tumpuan hidup Manis dan Karta.

Sebagai anak yang paling kecil, Rai harus merawat ibu dan kakaknya.

“Bisa tenang dan tidak ngamuk saja sudah bagus,” ujar Rai ditemui di rumahnya, Minggu (23/12) lalu.

 

Menurut Rai, sebelum menderita gangguan jiwa, Karta kakaknya sempat menjadi tulang punggung keluarga. Namun sejak tahun 2001 lalu, Karta mengalami sakit. 

Awalnya Karta bekerja di Denpasar sebagai buruh bagunan. Pulang dari Denpasar datang datang mengalami hal yang aneh.

Dia sering ngamuk tidak jelas. “Sejak mengalami gangguan jiwa, sudah empat kali di rawat di RSJ Bangli. Namun begitu kembali ke rumah penyakitnya sering kumat. Bahkan kalau kambuh sering ngamuk,” ujar Rai.

Untuk itu Karta rutin diberikan obat  dari Puskesmas. Karta sendiri juga tidak mendapat jaminan kesehatan atau BPJS. Sementara sang ibu, Manis sudah ditanggung pemerintah lewat BPJS Kesehatan.

Karena itu untuk membeli obat buat sang kakak, Rai mengaku harus merogoh koceknya sendiri.

Sementara untuk kebutuhan hidup keluarga, Rai harus berjualan daluman. Itupun diakui memang sering kali kekurangan.

“Apalagi saat musim hujan seperti ini jualan sepi. Mau keluar daerah saya tidak tega lihat kondisi ibu dan kakak. Tidak ada yang urus, dan terpaksa harus tinggal di rumah,”akunya.

Atas kondisi Manis dan anaknya ini pun mengundang simpati dan keprihatinan.

Sejumlah alumni SMAN 1 Amlapura Angkatan 1993 datang untuk memberikan bantuan kepada keluarga ini.

 “Kami para Alumni ingin berbagi sambil silaturahmi kepada mereka,” ujar Kordinator rombongan Gusti Ngurah Swisnawa.

Menurutnya, santuan berupa kursi roda, sembaki dan uang  itu diberikan bagi keluarga Manis sebagai bentuk keprihatinan mereka dengan kondisi keluarga.

“Harapan kami bantuan sekedar ini bisa bermanfaat dan keluarga ibu Manis bisa mendapat perhatian dari pemerintah. Terutama juga biaya perawatan Karta yang mengalami gangguan jiwa,”tukasnya.

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/