Karangasem punya potensi seni ukir di beberapa kecamatan. Di Abang misalnya dikenal dengan ukiran kayunya. Sementara di Selat dikenal ada kerajinan dan ukiran batu hitamnya.
WAYAN PUTRA, Amlapura
KESIBUKAN itu mulai terlihat. Kreasi seni ukir di Abang juga semakin menggeliat. Termasuk dari kalangan muda yang semakin menggemari pekerjaan seni ini.
Bahkan, bisa jadi profesi yang cukup membanggakan. Antusiasme warga ini pun bak gayung bersambut. Dari pihak Desa Abang juga ikut mendukung, berusaha membina sehingga bisa jadi pendapatan tambahan bagi warganya.
Untuk itu Desa Abang pun menggelar pelatihan khusus mengukir kayu. Ini dilakukan tak hanya untuk menggerakkan roda perekonomian mereka.
Tapi juga sekaligus untuk pelestarian seni ukir kayu yang sudah sejak dulu tumbuh di desa itu. Menurut Perbakel Abang Nyoman Sutiryayana kalau untuk ukiran memang belum banyak digeluti di desanya.
Namun demikian ada potensi tersebut kalau diseriusi cukup menjanjikan. Dan, belakangan ini semakin menggeliat dengan dibentuknya kelompok ukir Karya Winangun, Desa Abang.
Kelompok ini beranggotakan 12 orang. Diakui Sutirtayana, bahwa ukir mengukir belum banyak digeluti di desanya.
Hanya saja, dengan dilakukan pelatihan nanti para perajin ukir di Abang diharapkan akan semakin banyak. Ini karena belakangan juga kalangan muda juga antusias belajar mengukir.
Pelatihan ukir dilakukan lima kali pertemuan. Antara lain dengan mendatangkan pelatih khusus, yang sudah pintar mengukir untuk mengajar.
Peserta juga diberi peralatan satu set pahat dan mesin penghalus kayu. “Pelatihan ini kami ambilkan dari dana desa sehingga bisa membangkitkan potensi desa,” papar mantan wartawan tersebut.
Ini karena memang ada tradisi kerajinan seni ukir itu. Sehingga sejauh ini hanya tinggal mengembangkan saja. Karena warga sudah punya dasar menyukai seni ukir.
Dari penuturan Ketua Kelompok Karya Winangun, Wayan Daging, dia mengaku sangat senang dengan perhatian Desa Abang akan keterampilan ukir mengukir ini.
Dengan memiliki keterampilan seperti ini maka warga desa akan mampu bersaing untuk mendapatkan pekerjaan.
Karena pesanan ukiran sendiri di Bali cukup besar. Di antaranya membuat sanggah dan juga yang lainnya. Selalu saja ada yang mengorder untuk dikirim hasil ukiran.
Potensi pasar ini yang membuat antusias untuk pengembangan. Karena produk ukiran ini sudah ada pangsa pasar yang menerimanya.
Daging sendiri mengaku sudah 10 tahun menekuni pekerjaan sebagai tukang ukir. Profesi ini diakui sangat membantu untuk menghidupi rumah tangganya.