25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 7:05 AM WIB

“Jangan Terlalu Sedih Jika Sedih, Jangan Terlalu Bahagia Jika Bahagia”

SINGARAJA – “Menu Hidup Ikhlas” yang dibawakan Prof. Dr. Putu Kerti Nitiasih menjadi penutup Project 11 Ibu 11 Panggung 11 Kisah.

Seperti pentas-pentas sebelumnya, tampilan Prof. Titik-panggilan akrab Prof. Dr. Putu Kerti Nitiasih begitu memukau penonton lewat “teater hidup” yang dibawakan.

Sedikit beda dengan teater umumnya. Dalam pentas yang disutradarai Kadek Sonia Piscayanti itu, Prof. Titik mebawakan lakon hidupnya sehari-hari.

Diawali sebagai koki di rumah. Memasak, mulai dari menyiapkan bahan, memasak hingga menyajikan. Tak hanya itu, loloh (jamu) pun dibuat Prof. Titik dalam pentas.

Bahkan, penonton pun diajak bersama-sama mencicipi ragam olahan tersebut. Mau tambah? Ajak dia kepada penonton.

Sebagai penutup, dipentaskan ketika Prof. Titik berdoa dan memuja Tuhan dengan caranya. Begitu hening dan menghanyutkan.

Juga ada bagian ketika ia memeluk foto keluarga yang dibanggakannya. Seolah semua perjuangan ini sudah selesai ketika semua dilakukan untuk keluarga.

Ia menitikkan air mata. Juga semua yang merasakannya. “Beliau adalah koki kehidupan dalam pengertian sesungguhnya. Pekerjaan koki adalah menyiapkan menu, bahan, mengeksekusi bahan hingga menyajikan,” papar Sonia.

Tambah dia, ada sebuah pesan dalam pementasan terakhir ini. Yakni dalam kehidupan ini baik itu manis, pahit, asam, dan asin harus disambut dengan seimbang.

“Janganlah terlalu sedih jika sedih, janganlah terlalu bahagia jika bahagia. Semua harus dijalani dengan seimbang dan natural,” tandas dia.

 Sementara itu Agung Dirga, salah satu penonton memberikan apresiasi positif atas tampilan Prof. Titik. Betapa tidak? Dalam pentas kali ini mengajarkan hal sederhana, namun bermakna dalam.

Kaya filosofi seperti tergambar dalam proses memasak yang bisa dipadankan dengan proses hidup seseorang. “Penonton juga diajak untuk lebih menghargai seorang ibu,” tutup dia.

SINGARAJA – “Menu Hidup Ikhlas” yang dibawakan Prof. Dr. Putu Kerti Nitiasih menjadi penutup Project 11 Ibu 11 Panggung 11 Kisah.

Seperti pentas-pentas sebelumnya, tampilan Prof. Titik-panggilan akrab Prof. Dr. Putu Kerti Nitiasih begitu memukau penonton lewat “teater hidup” yang dibawakan.

Sedikit beda dengan teater umumnya. Dalam pentas yang disutradarai Kadek Sonia Piscayanti itu, Prof. Titik mebawakan lakon hidupnya sehari-hari.

Diawali sebagai koki di rumah. Memasak, mulai dari menyiapkan bahan, memasak hingga menyajikan. Tak hanya itu, loloh (jamu) pun dibuat Prof. Titik dalam pentas.

Bahkan, penonton pun diajak bersama-sama mencicipi ragam olahan tersebut. Mau tambah? Ajak dia kepada penonton.

Sebagai penutup, dipentaskan ketika Prof. Titik berdoa dan memuja Tuhan dengan caranya. Begitu hening dan menghanyutkan.

Juga ada bagian ketika ia memeluk foto keluarga yang dibanggakannya. Seolah semua perjuangan ini sudah selesai ketika semua dilakukan untuk keluarga.

Ia menitikkan air mata. Juga semua yang merasakannya. “Beliau adalah koki kehidupan dalam pengertian sesungguhnya. Pekerjaan koki adalah menyiapkan menu, bahan, mengeksekusi bahan hingga menyajikan,” papar Sonia.

Tambah dia, ada sebuah pesan dalam pementasan terakhir ini. Yakni dalam kehidupan ini baik itu manis, pahit, asam, dan asin harus disambut dengan seimbang.

“Janganlah terlalu sedih jika sedih, janganlah terlalu bahagia jika bahagia. Semua harus dijalani dengan seimbang dan natural,” tandas dia.

 Sementara itu Agung Dirga, salah satu penonton memberikan apresiasi positif atas tampilan Prof. Titik. Betapa tidak? Dalam pentas kali ini mengajarkan hal sederhana, namun bermakna dalam.

Kaya filosofi seperti tergambar dalam proses memasak yang bisa dipadankan dengan proses hidup seseorang. “Penonton juga diajak untuk lebih menghargai seorang ibu,” tutup dia.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/