29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 10:12 AM WIB

Pasar Ekspor Menjanjikan, Manggis Makin Dilirik Petani Buah Buleleng

SINGARAJA – Potensi buah manggis kini makin dilirik. Sejumlah petani berencana menanam buah manggis, mengingat potensi pasar ekspor masih terbuka lebar.

Rencananya lahan baru untuk kebun buah manggis, akan dibuka di Desa Sepang, Kecamatan Busungbiu.

Sebenarnya kini di Buleleng sudah ada beberapa desa yang menjadi sentra penghasil buah manggis.

Seperti Desa Bongancina di Kecamatan Busungbiu. Termasuk Desa Sekumpul, Galungan, dan Lemukih di Kecamatan Sawan.

Kabid Hortikultura Dinas Pertanian Buleleng, I Gede Subudi mengatakan, minat petani di Desa Sepang mengembangkan komoditas unggulan ini memang cukup besar.

Rencananya pemerintah akan memberikan bantuan bibit sebanyak 300 pohon serta pupuk organik sebanyak enam ton.

Kebun di Desa Sepang akan diproyeksikan menjadi kebun untuk memenuhi pasar ekspor. Sehingga proses pembibitan hingga pemeliharaan akan menggunakan sistem organik.

Selain itu bangsal pasca-panen juga akan disiapkan, sehingga proses ekspor lebih mudah. “Kebunnya akan kami registrasi dulu. Nanti juga full organik.

Karena untuk pasar ekspor memang harus organik sepenuhnya. Biasanya juga akan ada pengecekan dari Balai Karantina, sebelum ekspor,” jelas Subudi.

Menurutnya, pasar ekspor buah manggis masih terbuka sangat lebar. Untuk periode November 2017-Maret 2018 saja, komoditas manggis yang diekspor mencapai 400 ton.

Buah itu diserap eksportir buah di Bali, serta ada juga yang diserap eksportir dari Jawa Barat. Ekspor buah juga memberikan hasil yang signifikan bagi para petani.

Biasanya buah manggis kualitas ekspor jika dijual di pasar lokal hanya laku Rp 25 ribu hingga Rp 30 ribu per kilogram.

Namun bila dijual di Tiongkok, harganya bisa mencapai 35 Yuan Tiongkok atau setara dengan Rp 74 ribu.

“Pasarnya masih terbuka lebar sekali. Sekarang sudah ada dua eksportir yang menyerap manggis kita di Buleleng.

Tapi itu juga masih kurang. Memang kebutuhan buah manggis dan buah naga di Tiongkok itu sangat tinggi,” imbuhnya.

Untuk diketahui, populasi pohon manggis di Kabupaten Buleleng terus mengalami peningkatan. Data Dinas Pertanian Buleleng menunjukkan, pada tahun 2016, populasi sebanyak 65.339 pohon.

Sementara pada tahun 2017, jumlahnya menjadi 66.904 pohon. Meningkat 1.565 pohon dalam kurun waktu setahun.

SINGARAJA – Potensi buah manggis kini makin dilirik. Sejumlah petani berencana menanam buah manggis, mengingat potensi pasar ekspor masih terbuka lebar.

Rencananya lahan baru untuk kebun buah manggis, akan dibuka di Desa Sepang, Kecamatan Busungbiu.

Sebenarnya kini di Buleleng sudah ada beberapa desa yang menjadi sentra penghasil buah manggis.

Seperti Desa Bongancina di Kecamatan Busungbiu. Termasuk Desa Sekumpul, Galungan, dan Lemukih di Kecamatan Sawan.

Kabid Hortikultura Dinas Pertanian Buleleng, I Gede Subudi mengatakan, minat petani di Desa Sepang mengembangkan komoditas unggulan ini memang cukup besar.

Rencananya pemerintah akan memberikan bantuan bibit sebanyak 300 pohon serta pupuk organik sebanyak enam ton.

Kebun di Desa Sepang akan diproyeksikan menjadi kebun untuk memenuhi pasar ekspor. Sehingga proses pembibitan hingga pemeliharaan akan menggunakan sistem organik.

Selain itu bangsal pasca-panen juga akan disiapkan, sehingga proses ekspor lebih mudah. “Kebunnya akan kami registrasi dulu. Nanti juga full organik.

Karena untuk pasar ekspor memang harus organik sepenuhnya. Biasanya juga akan ada pengecekan dari Balai Karantina, sebelum ekspor,” jelas Subudi.

Menurutnya, pasar ekspor buah manggis masih terbuka sangat lebar. Untuk periode November 2017-Maret 2018 saja, komoditas manggis yang diekspor mencapai 400 ton.

Buah itu diserap eksportir buah di Bali, serta ada juga yang diserap eksportir dari Jawa Barat. Ekspor buah juga memberikan hasil yang signifikan bagi para petani.

Biasanya buah manggis kualitas ekspor jika dijual di pasar lokal hanya laku Rp 25 ribu hingga Rp 30 ribu per kilogram.

Namun bila dijual di Tiongkok, harganya bisa mencapai 35 Yuan Tiongkok atau setara dengan Rp 74 ribu.

“Pasarnya masih terbuka lebar sekali. Sekarang sudah ada dua eksportir yang menyerap manggis kita di Buleleng.

Tapi itu juga masih kurang. Memang kebutuhan buah manggis dan buah naga di Tiongkok itu sangat tinggi,” imbuhnya.

Untuk diketahui, populasi pohon manggis di Kabupaten Buleleng terus mengalami peningkatan. Data Dinas Pertanian Buleleng menunjukkan, pada tahun 2016, populasi sebanyak 65.339 pohon.

Sementara pada tahun 2017, jumlahnya menjadi 66.904 pohon. Meningkat 1.565 pohon dalam kurun waktu setahun.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/