Musim hujan tahun ini ternyata langsung setel kencang. Curah hujan deras disertai angin melanda sejumlah daerah di Bali. Ini jelas butuh kewaspadaan ekstra.
ANGIN kencang disertai petir sejak awal November 2018 lalu melanda Tabanan. Badan penanggulangan bencana daerah (BPBD) Tabanan telah memetakan beberapa daerah rawan terjadi bencana alam seperti tanah longsor dan pohon tumbang.
Kepala BPBD Tabanan I Gusti Ngurah Sucita mengungkapkan, ancaman bencana alam memasuki musim penghujan di Kabupaten Tabanan sejauh ini sudah terjadi tanah longsor, angin kencang dan petir.
“Dari sepuluh kecamatan yang ada di Kabupaten Tabanan tiga kecamatan dengan potensi rawan longsor, angin kencang dan pohon tumbang,” ungkap Sucita.
Yakni daerah Pupuan, Penebel dan Baturiti. Karena ketiga wilayah tersebut dengan intensitas hujan lebat, dan angin kencang. Kemudian kondisi tanah yang labil dan banyaknya pohon tua.
Karena itu pihaknya antisipasi di tiga kecamatan.Selain memasang beberapa papan pengumuman dan imbauan terkait bahaya terjadinya bencana alam belakangan ini, pihaknya juga menyeru masyarakat tetap waspada.
Karena bencana alam tidak hanya terjadi pada tiga kecamatan tetapi juga berada di kecamatan lainnya di Tabanan.
“Kami juga memberikan surat edaran tertulis kepada seluruh kecamatan, kemudian tembusan langsung ke desa.
Agar mengimbau warganya untuk tetap waspada terhadap bahaya bencana longsor, pohon tumbang, petir dan angin kencang,” jelasnya.
Sucita menambahkan, masyarakat juga harus menjauhi titik rawan longsor jika hujan dalam kondisi lebat.
Hindari berteduh di pohon ketika terjadi angin kencang dan hujan lebat. Tidak melakukan aktivas di daerah yang rawan dengan potensi tanah longsor.
Jika terjadi tanah longsor, pohon tumbang segera melapor ke aparat desa, camat, pihak polisi atau kepada BPBD Tabanan. Agar proses penanganan evakuasi dapat dilakukan.
“Selain itu antisipasi yang kami lakukan memotong atau melakukan pemangkasan pohon perindang berada dipinggir jalan di daerah Jalan Nasional Gilimanuk-Denpasar yang kondisi sudah tua.
Kemudian juga pomotongan pohon yang ada disepanjang Jalan Raya Singaraja-Denpasar,” terang Ngurah Sucita.
Diakui Sucita anggaran bencana alam tahun 2018 mencapai 2,8 miliar. Anggaran tersebut sebagian besar besar sudah tersalurkan kepada masyarakat.
Kalak BPBD Klungkung Putu Widiada gencar melakukan imbauan kepada masyarakat untuk mengecek dan melaporkan pohon-pohon rawan tumbang yang ada di sekitar masyarakat sehingga bisa segera dilakukan kegiatan navigasi.
Begitu pun dengan peristiwa banjir, masyarakat juga gencar diimbau untuk tidak membuang sampah dan memastikan kebersihan saluran airnya.
“Banjir di Klungkung selama ini karena saluran irigasi tersumbat sampah, seperti yang ada di Desa Kusamba,” ujarnya.
Melihat kondisi geografis Kabupaten Klungkung yang berbukit, dikatakannya, potensi tanah longsor ada di seluruh kecamatan di Kabupaten Klungkung.
Adapun untuk mengantisipasi adanya korban jiwa, rambu-rambu rawan tanah longsor pun telah dipasang di titik-titik rawan longsor yang banyak dilintasi masyarakat.
“Kami juga sudah melakukan pemetaan untuk titik-titik yang rawan bencana alam. Dan kami juga akan mendapat bantuan dari BPNPB untuk pengurangan risiko bencana,” katanya.
Tidak hanya itu, simulasi pun rutin dilakukan setiap tahunnya untuk mencegah jatuhnya korban luka, jiwa dan kerugian materi akibat bencana.
Ini mengingat ada 11 jenis bencana yang berpotensi terjadi di Kabupaten Klungkung, mulai dari tanah longsor, banjir, kebakaran, tsunami, gunung meletus, kebakaran lahan dan hutan dan lainnya.
“Biasanya kami gilir setiap kecamatan,” terang Widiada. Mengingat ada 11 jenis bencana yang berpotensi terjadi di Kabupaten Klungkung, pihaknya mengaku telah memiliki pola evakuasi cepat. Namun pola evakuasi ini belum memiliki Perda.
“Tetapi pola evakuasi ini sudah kami miliki dan sudah sering laksanakan kalau ada warga yang terkena dampak bencana,” pungkasnya.