33.4 C
Jakarta
22 November 2024, 13:52 PM WIB

Pensiun Berpangkat Peltu, Sukses Antarkan Putranya Jadi Perwira Tinggi

Pertempuran hebat terjadi 57 tahun silam, tepatnya tanggal 15 januari 1962 di Laut Aru atau Perairan Arafuru, Maluku.

Siapa menyangka, jika di balik peristiwa perang bersejarah antara tentara Indonesia melawan pasukan Belanda, itu ada sosok heroik asal Bali. Siapa dia?

 

DIDIK D.PRAPTONO, Tabanan

 

Dialah Peltu (Purn) I Dewa Made Pegeg.

Pria yang kini lebih banyak menghabiskan waktu di atas kursi roda, itu adalah salah satu pelaku sejarah sekaligus saksi hidup saat pertempuran dahsyat yang mengakibatkan gugurnya Komodor Yos Sudarso.

 

Semasa aktif menjadi prajurit Angkatan Laut Republik Indonesia (Saat ini berganti nama Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL), Pegeg memiliki tugas dan peranan sangat penting.

 

Prajurit dengan pangkat terakhir pembantu letnan satu (Peltu) itu bertugas sebagai pengawak atau juru mesin dan senjata di RI (KRI) Matjan Kumbang (653).  

 

“Beliau adalah salah satu saksi hidup dari Bali.

 

Pelaku sejarah pertempuran Laut Arafuru sebagai ABK RI Matjan Kumbang, yang bersama-sama RI Matjan Tutul (650) dan RI Harimau(654) bertempur dengan penuh heroik di Laut Arafuru melawan kapal-kapal kombatan dan pesawat tempur dari Kerajaan Belanda 57 tahun silam,”terang Komandan Pangkalan TNI Angkatan Laut (Danlanal) Denpasar Bali Kolonel Laut (P) Henricus Prihantoko, disela kegiatan anjang sana ke kediaman Pegeg di Jalan Raya Denpasar-Gilimanuk, Kerambitan, Kabupaten Tabanan Bali. Rabu (16/1). 

 

Lebih lanjut, kata Henricus, sebagai masyarakat dan anggota TNI AL yang berada di Bali patut berbangga dengan Pegeg.

”Patut berbangga karena masih ada putra terbaik dari Bali yang menjadi saksi hidup pertempuran Laut Arafuru 57 tahun silam,”imbuh Henricus didampingi Ketua Jalasenastri Cabang 10 Korcab V Daerah Jalasenastri Armada II Ny. Henricus Prihantoko, Paspotmar, Dandenpomal, Dansatma, Kaurlid Sintel dan Ka BK Lanal Denpasar serta Ibu-ibu Jalasenastri Cabang 10.

 

Bahkan, yang perlu menjadi semangat, panutan, dan keteladanan dari sosok Pegeg, kata Henricus, meski karir terakhirnya hanya berpangkat Peltu, namun sosok veteran dengan empat putra dan satu orang putri, itu berhasil mengantarkan satu putranya untuk meneruskan semangatnya sebagai prajurit TNI AL dan kini menjadi perwira tinggi (pati).

 

Salah satu putra Pegeg yang membanggakan, itu adalah Laksamana Pertama TNI dr. I Dewa Gede Nalendra Djaya Iswara, Sp.,B., Sp.,BTKV (K) yakni mantan kepala Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) Dr Ramelan Surabaya dan kini menjabat sebagai kepala Dinas Kesehatan Angkatan Laut (Kadiskesal).

 

Untuk itu, dengan kegigihan, semangat, dan tekad Pegeg sebagai prajurit, kata Henricus, hal yang bisa dipetik dari anjangsana, itu bahwa sebagai penerusnya harus mampu memberikan sumbangsihnya dan kontribusi positif serta karya nyata untuk TNI AL dari prajurit Matra Laut dalam bentuk pengabdian kepada negara dan bangsa, serta demi terwujudnya TNI AL yang handal dan disegani serta berkelas dunia.

 

“Sekali lagi anjangsana yang dilaksanakanPangkalan TNI AL Denpasar ini adalah dalam rangka memperingati Hari Dharma Samudera dan untuk mempererat tali silaturahmi dengan pelaku sejarah pertempuran Laut Arafuru serta keluarga beliau, dan juga sebagai bentuk penghormatan atas jasa-jasa beliau yang telah berjibaku dalam pertempuran dengan penuh heroik di Laut Arafuru,”tukasnya. 

 

 

Pertempuran hebat terjadi 57 tahun silam, tepatnya tanggal 15 januari 1962 di Laut Aru atau Perairan Arafuru, Maluku.

Siapa menyangka, jika di balik peristiwa perang bersejarah antara tentara Indonesia melawan pasukan Belanda, itu ada sosok heroik asal Bali. Siapa dia?

 

DIDIK D.PRAPTONO, Tabanan

 

Dialah Peltu (Purn) I Dewa Made Pegeg.

Pria yang kini lebih banyak menghabiskan waktu di atas kursi roda, itu adalah salah satu pelaku sejarah sekaligus saksi hidup saat pertempuran dahsyat yang mengakibatkan gugurnya Komodor Yos Sudarso.

 

Semasa aktif menjadi prajurit Angkatan Laut Republik Indonesia (Saat ini berganti nama Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL), Pegeg memiliki tugas dan peranan sangat penting.

 

Prajurit dengan pangkat terakhir pembantu letnan satu (Peltu) itu bertugas sebagai pengawak atau juru mesin dan senjata di RI (KRI) Matjan Kumbang (653).  

 

“Beliau adalah salah satu saksi hidup dari Bali.

 

Pelaku sejarah pertempuran Laut Arafuru sebagai ABK RI Matjan Kumbang, yang bersama-sama RI Matjan Tutul (650) dan RI Harimau(654) bertempur dengan penuh heroik di Laut Arafuru melawan kapal-kapal kombatan dan pesawat tempur dari Kerajaan Belanda 57 tahun silam,”terang Komandan Pangkalan TNI Angkatan Laut (Danlanal) Denpasar Bali Kolonel Laut (P) Henricus Prihantoko, disela kegiatan anjang sana ke kediaman Pegeg di Jalan Raya Denpasar-Gilimanuk, Kerambitan, Kabupaten Tabanan Bali. Rabu (16/1). 

 

Lebih lanjut, kata Henricus, sebagai masyarakat dan anggota TNI AL yang berada di Bali patut berbangga dengan Pegeg.

”Patut berbangga karena masih ada putra terbaik dari Bali yang menjadi saksi hidup pertempuran Laut Arafuru 57 tahun silam,”imbuh Henricus didampingi Ketua Jalasenastri Cabang 10 Korcab V Daerah Jalasenastri Armada II Ny. Henricus Prihantoko, Paspotmar, Dandenpomal, Dansatma, Kaurlid Sintel dan Ka BK Lanal Denpasar serta Ibu-ibu Jalasenastri Cabang 10.

 

Bahkan, yang perlu menjadi semangat, panutan, dan keteladanan dari sosok Pegeg, kata Henricus, meski karir terakhirnya hanya berpangkat Peltu, namun sosok veteran dengan empat putra dan satu orang putri, itu berhasil mengantarkan satu putranya untuk meneruskan semangatnya sebagai prajurit TNI AL dan kini menjadi perwira tinggi (pati).

 

Salah satu putra Pegeg yang membanggakan, itu adalah Laksamana Pertama TNI dr. I Dewa Gede Nalendra Djaya Iswara, Sp.,B., Sp.,BTKV (K) yakni mantan kepala Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) Dr Ramelan Surabaya dan kini menjabat sebagai kepala Dinas Kesehatan Angkatan Laut (Kadiskesal).

 

Untuk itu, dengan kegigihan, semangat, dan tekad Pegeg sebagai prajurit, kata Henricus, hal yang bisa dipetik dari anjangsana, itu bahwa sebagai penerusnya harus mampu memberikan sumbangsihnya dan kontribusi positif serta karya nyata untuk TNI AL dari prajurit Matra Laut dalam bentuk pengabdian kepada negara dan bangsa, serta demi terwujudnya TNI AL yang handal dan disegani serta berkelas dunia.

 

“Sekali lagi anjangsana yang dilaksanakanPangkalan TNI AL Denpasar ini adalah dalam rangka memperingati Hari Dharma Samudera dan untuk mempererat tali silaturahmi dengan pelaku sejarah pertempuran Laut Arafuru serta keluarga beliau, dan juga sebagai bentuk penghormatan atas jasa-jasa beliau yang telah berjibaku dalam pertempuran dengan penuh heroik di Laut Arafuru,”tukasnya. 

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/