DENPASAR – Hampir semua daerah yang berpotensi terdampak tsunami berada di daerah padat penduduk yang menjadi objek wisata terkenal seperti Nusa Dua, Sanur, dan Kuta.
Menurut Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pelaksana BPBD Bali, Dewa Putu Mantera, setiap tahun dilakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat sesuai dengan jadwal yang ada di daerah tersebut.
Simulasi juga sudah dilakukan di kabupaten/kota, terutama Kabupaten Badung yang rutin melakukan simulasi hingga ke Tanjung Benoa.
Selain menyiapkan mitigasi, BPBD Bali juga membantu mengatasi memulihkan kondisi dan menyiapkan logistik pascabencana.
Dikatakan, tidak hanya masyarakat, di hotel-hotel juga rutin dibagikan brosur jalur evakuasi tsunami. BPBD siap siaga selama 24 jam menerima telepon dan memberikan informasi pada masyarakat.
Selain tsunami, juga bencana lain juga menjadi perhatian. “Kami juga mengadakan nota kesepahaman (MoU) dengan pihak hotel agar hotel menyediakan shelter atau tempat penampungan sementara jika terjadi tsunami,” tukas Kepala Kesabangpol Bali itu.
Menurut Plt BPBD Kabupaten Badung, I Wayan Wirya, berbagai langkah sudah dilakukan. Seperti pembuatan peta evakuasi di 18 desa/ kelurahan yang ada di Badung selatan, termasuk Kecamatan Mengwi.
Selain itu juga telah membentuk desa tangguh bencana sesuai Perka BNPB nomor 1 tahun 2012. Di setiap desa tangguh bencana telah dilakukan adalah sosialisasi kebencanaan pembuatan peta evakuasi,
pemasangan rambu evakuasi dan papan informasi bencana, bentuk sekolah aman bencana, pembuatan dokumen rencana penanggulangan bencana dan rencana kontinjensi.
“Forum penanggulangan risiko bencana juga dibentuk di setiap desa sebagai garda terdepan ketika ada bencana,” jelasnya.
Lebih lanjut, untuk evakuasi tsunami di daerah yang tidak memungkinkan mencari tempat (dataran) tinggi, diarahkan evakuasi secara vertikal, yakni menggunakan gedung tinggi sebagai tempat evakuasi.
Di antaranya ada adalah hotel bertingkat. Dia menyebutkan, di Badung saat ini sudah ada kesepakatan dengan 20 hotel, 9 di antaranya di Tanjung Benoa.
“Kalau di Badung selatan wilayah yang agak tinggi kan juga ada bukit Ungasan dan Pecatu. Jadi bila ada tsunami kita imbau ke situ. Bisa juga naik ke hotel-hotel yang masih kokoh,” jelasnya.
Untuk simulasi, dia menyebut, setiap tahun diadakan di desa tangguh yang dibentuk. Selain itu ada juga dengan swadaya dari desa tersebut melakukan sosialisasi dan simulasi secara mandiri melalui dana APBDes.
Kata dia, jalur evakuasi sudah dipetakan di masing-masing desa yang terdampak tsunami dan sudah dipasang arah evakuasi, titik kumpul dan tempat evakuasi.
Di desa/ kelurahan yang terdampak tsunami sudah buat brosur tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) Tsunami.
Lurah Kuta Wayan Daryana mengakui, di kawasan pantai Kuta secara keseluruhan semuanya rawan tsunami.
Namun sudah dari dulu dipersiapkan pemahaman masyarakat terhadap bahaya tsunami. Hanya saja harus rutin perlu diingatkan dan dilakukan secara berkesinambungan.
Kata dia, sejumlah pihak pengusaha jasa pariwisata di Kuta juga telah diberikan pemahaman bahaya potensi tsunami. Karena juga sudah ada kerja sama dengan beberapa hotel yang digunakan tempat evakuasi.
Hal senada juga dilontarkan Lurah Tanjung Benoa Wayan Kembar. Ia mengakui daerah Tanjung Benoa itu dataran rendah dan hampir di sepanjang pantai rawan bencana tsunami.
“Memang rawan tsunami karena dataran rendah, ” jelasnya. Dikatakan, sosialisasi dan simulasi juga sudah dilakukan berulang kali. Baik dilakukan kepada masyarakat, sekolah dan pengusaha pariwisata.
“Warga sudah mengetahui evakuasi ke hotel mana. Karena sudah dilakukan kerja sama dengan hotel yang representatif untuk evakuasi. Masing-masing wilayah sudah ada jalur evakuasi ke hotel setempat,” ungkapnya.