DENPASAR – Fenomena unik terjadi di atas Gunung Agung usai erupsi, Rabu (23/1) kemarin. Gunung api setinggi 3.031 meter ini tampak memakai topi.
Dilihat dari jauh, topi itu adalah awan yang menaungi gunung yang sejak beberapa hari terakhir rutin mengeluarkan material dari dalam kawah.
Selain menarik sejumlah wisatawan dan masyarakat sekitar yang mengabadikan momen langka ini, fenomena ini juga sempat dikaitkan dengan pertanda banjir yang akan terjadi di sejumlah titik di Bali.
Kebetulan sebelum fenomena ini muncul, hujan lebat disertai angin kencang terjadi di sejumlah titik di Bali. Akibatnya, terjadi longsor dan pohon tumbang di mana-mana.
Dikutip dari berbagai literatur, dinamika atmosfer di sekitar gunung berpotensi membentuk konfigurasi awan berbentuk topi.
Situasi itu akibat udara hangat yang lembap dari bawah kemudian naik dan berinteraksi dengan udara dingin di puncak gunung.
Bentuk awan bundar itu lazim disebut lentikular. Bila terjadi di puncak gunung, sering disebut “cap cloud” atau awan topi.
Soal kabar awan topi itu terkait dengan kondisi puncak gunung yang suhunya menjadi lebih dingin, kabutnya lebih tebal, dan anginnya lebih kencang saat kejadian, awan topi bukan penyebabnya.
Awan adalah fenomena yang terbentuk dari kondisi suhu dan aliran udara (angin) di puncak gunung. Fenomena itu sering terjadi di banyak gunung. Dan, itu adalah fenomena yang wajar