31.3 C
Jakarta
21 September 2024, 10:24 AM WIB

Anaknya Tak Sekolah Karena Terbentur Biaya, Minta KTP ke Istri Bupati

Keluarga korban keracunan ikan di Perum Bumi Rahayu, Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati, kini kondisinya mulai membaik.

Korban Gede Deni Pranajaya, 9, kini masih terbaring di tempat tidur kamarnya. Kemarin (23/1), banyak dermawan termasuk pemerintah Gianyar terketuk untuk memberikan bantuan.

 

INDRA PRASETIA, Gianyar

JALAN rumah ke rumah Wayan Budiasa berada di ujung perumahan. Jalan beton sudah habis, sehingga hanya tersisa jalan setapak dari tanah saja.

Jika hujan lebat, jalan pun becek. Di rumah sangat sederhana berukuran kurang lebih 3 x 5 meter, dihuni 7 anggota keluarga.

Yakni Wayan Budiasa bersama istri Ni Wayan Gita Segati, dan kakek nenek. Serta tiga anaknya. Putra sulungnya, Gede Deni masih terbaring lemas pascamenyantap ikan tongkol 18 Januari lalu.

“Anak saya pulangkan karena tidak punya biaya lagi. Apalagi dibilang racun sudah hilang, kalau kumat nanti dibawa lagi ke rumah sakit,” ujar Wayan Budiasa.

Tiga anaknya, kata Budiasa, tidak sekolah karena terbentur biaya dan tidak ada yang mengantar ke sekolah di SDN 1 Penatih.

Sedangkan istrinya tidak bekerja karena ada masalah di bagian mata. “Saya sehari-hari jualan bunga ke Nusa Penida.

Karena tidak musim, saya ambil pindang (tongkol, red) di Nusa Penida,” ujar Budiasa yang asal Karangasem dan ber-KTP di Denpasar itu.

Budiasa menceritakan, awal mula keracunan ikan tongkol. Yakni pada 17 Januari lalu, dia membeli tongkol di Nusa Penida sebanyak 150 biji.

“Saya belikan es lalu saya jual keliling di Guwang. Tetangga di gang ini semuanya sudah membeli. Tapi, tetangga tidak apa-apa,” jelasnya.

Ikan tongkol yang dijual pun tersisa sekitar 50 ekor. “Tapi, ada yang lembek dan bau, makanya ada yang saya buang. Sisanya ada saya makan,” jelasnya.

Karena keterbatasan ekonomi, Budiasa yang tidak punya kulkas mencoba memasak tongkol itu pada 18 Januari.

Saat itu, istrinya sempat makan sedikit namun merasakan gatal di lidah. “Anak saya makan banyak dan saya sama bapak (kakek, red) ikut makan,” jelasnya.

Budiasa dan si kakek pun sempat merasakan mual sore itu juga, namun bisa ditahan. Sedangkan, putranya sempat muntah dan merasakan sakit.

“Saya maunya bawa ke Puskesmas, tapi saya ke Tembau dulu mau pinjam uang sama teman,” jelasnya.

Namun apes, motornya dirampas debt collector di tengah jalan. “Akhirnya saya rawat di rumah saja,” jelasnya.

Budiasa yang gelisah dan kebingungan mengenai nasib putranya itu langsung menghubungi banyak orang pada Selasa lalu (22/1).

Penderitaan Budiasa dan putranya itu akhirnya memperoleh simpati dari para dermawan. Rabu kemarin, relawan kemanusiaan mendatanginya untuk memastikan kebenarannya.

Termasuk hadir istri bupati Gianyar, Ida Ayu Surya Mahayastra bersama Dinas Soaial dan Puskesmas Sukawati II.

Kepada istri bupati, Budiasa selain memohon bantuan supaya anaknya sehat, juga minta difasilitasi Kartu Tanda Penduduk (KTP).

“KTP saya di blok katanya. KTP saya sekarang ada di Denpasar di Kantor LBH,” ujarnya. Kepala UPT Kesmas Sukawati II dr. Ida Bagus Ketut Sugamia menyatakan,

pihaknya telah mengecek kondisi korban keracunan ikan. “Kami sudah tangani dan sudah kami berikan obat untuk rawat jalan,” ujarnya.

Kini, korban sedang dalam tahap pemulihan. Mengenai pelayanan kesehatan, pihaknya sudah pernah menjemput bola mengecek kesehatan keluarga itu walaupun asli Karangasem dan ber-KTP Denpasar.

“November lalu, kami sempat melakukan pemeriksaan kesehatan ke sini kepada semua anggota keluarga.

Meski bukan warga disini, tapi jika sudah dilaporkan berada di wilayah pelayanan kami, kami tetap berikan pelayanan kesehatan,” terang Ida Bagus Ketut Sugamia.

Dari hasil penelusuran, I Wayan Budiasa ternyata tidak memiliki kelengkapan administrasi kependudukan seperti Kartu KK dan e-KTP.

Hal ini tentu menyulitkan dalam pengurusan administrasi, baik segi pelayanan kesehatan maupun bantuan sosial lainnya.

“Data yang bersangkutan bukan asli Gianyar. Tapi keberadaannya sangat darurat, kami tetap berjiwa kemanusiaan. Kami membantu apa yang menjadi kebutuhan bapak Wayan,” ujarnya.

Apalagi keluarga yang tinggal di rumah ini, cukup banyak. “Dengan kondisi rumah seperti ini, memang tidak layak ditinggali,” terangnya.

Pihaknya berjanji akan menggerakkan pihak terkait untuk ikut membantu, mulai dari penyediaan pakaian layak dan alat dapur.

Keluarga korban keracunan ikan di Perum Bumi Rahayu, Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati, kini kondisinya mulai membaik.

Korban Gede Deni Pranajaya, 9, kini masih terbaring di tempat tidur kamarnya. Kemarin (23/1), banyak dermawan termasuk pemerintah Gianyar terketuk untuk memberikan bantuan.

 

INDRA PRASETIA, Gianyar

JALAN rumah ke rumah Wayan Budiasa berada di ujung perumahan. Jalan beton sudah habis, sehingga hanya tersisa jalan setapak dari tanah saja.

Jika hujan lebat, jalan pun becek. Di rumah sangat sederhana berukuran kurang lebih 3 x 5 meter, dihuni 7 anggota keluarga.

Yakni Wayan Budiasa bersama istri Ni Wayan Gita Segati, dan kakek nenek. Serta tiga anaknya. Putra sulungnya, Gede Deni masih terbaring lemas pascamenyantap ikan tongkol 18 Januari lalu.

“Anak saya pulangkan karena tidak punya biaya lagi. Apalagi dibilang racun sudah hilang, kalau kumat nanti dibawa lagi ke rumah sakit,” ujar Wayan Budiasa.

Tiga anaknya, kata Budiasa, tidak sekolah karena terbentur biaya dan tidak ada yang mengantar ke sekolah di SDN 1 Penatih.

Sedangkan istrinya tidak bekerja karena ada masalah di bagian mata. “Saya sehari-hari jualan bunga ke Nusa Penida.

Karena tidak musim, saya ambil pindang (tongkol, red) di Nusa Penida,” ujar Budiasa yang asal Karangasem dan ber-KTP di Denpasar itu.

Budiasa menceritakan, awal mula keracunan ikan tongkol. Yakni pada 17 Januari lalu, dia membeli tongkol di Nusa Penida sebanyak 150 biji.

“Saya belikan es lalu saya jual keliling di Guwang. Tetangga di gang ini semuanya sudah membeli. Tapi, tetangga tidak apa-apa,” jelasnya.

Ikan tongkol yang dijual pun tersisa sekitar 50 ekor. “Tapi, ada yang lembek dan bau, makanya ada yang saya buang. Sisanya ada saya makan,” jelasnya.

Karena keterbatasan ekonomi, Budiasa yang tidak punya kulkas mencoba memasak tongkol itu pada 18 Januari.

Saat itu, istrinya sempat makan sedikit namun merasakan gatal di lidah. “Anak saya makan banyak dan saya sama bapak (kakek, red) ikut makan,” jelasnya.

Budiasa dan si kakek pun sempat merasakan mual sore itu juga, namun bisa ditahan. Sedangkan, putranya sempat muntah dan merasakan sakit.

“Saya maunya bawa ke Puskesmas, tapi saya ke Tembau dulu mau pinjam uang sama teman,” jelasnya.

Namun apes, motornya dirampas debt collector di tengah jalan. “Akhirnya saya rawat di rumah saja,” jelasnya.

Budiasa yang gelisah dan kebingungan mengenai nasib putranya itu langsung menghubungi banyak orang pada Selasa lalu (22/1).

Penderitaan Budiasa dan putranya itu akhirnya memperoleh simpati dari para dermawan. Rabu kemarin, relawan kemanusiaan mendatanginya untuk memastikan kebenarannya.

Termasuk hadir istri bupati Gianyar, Ida Ayu Surya Mahayastra bersama Dinas Soaial dan Puskesmas Sukawati II.

Kepada istri bupati, Budiasa selain memohon bantuan supaya anaknya sehat, juga minta difasilitasi Kartu Tanda Penduduk (KTP).

“KTP saya di blok katanya. KTP saya sekarang ada di Denpasar di Kantor LBH,” ujarnya. Kepala UPT Kesmas Sukawati II dr. Ida Bagus Ketut Sugamia menyatakan,

pihaknya telah mengecek kondisi korban keracunan ikan. “Kami sudah tangani dan sudah kami berikan obat untuk rawat jalan,” ujarnya.

Kini, korban sedang dalam tahap pemulihan. Mengenai pelayanan kesehatan, pihaknya sudah pernah menjemput bola mengecek kesehatan keluarga itu walaupun asli Karangasem dan ber-KTP Denpasar.

“November lalu, kami sempat melakukan pemeriksaan kesehatan ke sini kepada semua anggota keluarga.

Meski bukan warga disini, tapi jika sudah dilaporkan berada di wilayah pelayanan kami, kami tetap berikan pelayanan kesehatan,” terang Ida Bagus Ketut Sugamia.

Dari hasil penelusuran, I Wayan Budiasa ternyata tidak memiliki kelengkapan administrasi kependudukan seperti Kartu KK dan e-KTP.

Hal ini tentu menyulitkan dalam pengurusan administrasi, baik segi pelayanan kesehatan maupun bantuan sosial lainnya.

“Data yang bersangkutan bukan asli Gianyar. Tapi keberadaannya sangat darurat, kami tetap berjiwa kemanusiaan. Kami membantu apa yang menjadi kebutuhan bapak Wayan,” ujarnya.

Apalagi keluarga yang tinggal di rumah ini, cukup banyak. “Dengan kondisi rumah seperti ini, memang tidak layak ditinggali,” terangnya.

Pihaknya berjanji akan menggerakkan pihak terkait untuk ikut membantu, mulai dari penyediaan pakaian layak dan alat dapur.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/