DENPASAR – Pengakuan terpidana pembunuh wartawan Radar Bali Nyoman Susrama mendadak mengaku tidak bersalah. Dia mengaku bukan pembunuh AA Gde Bagus Narendra Prabangsa.
Padahal, hasil siding membuktikan bahwa adik mantan Bupati Bangli ini adalah otak pembunuh AA Gde Bagus Narendra Prabangsa. Apa yang sebenarnya terjadi?
Menurut psikiater kondang Bali Prof LK Suryani, ada kemungkinan orang yang tidak mengakui itu, karena Susrama memiliki sakit amnesia (lupa ingatan).
Namun, saat mengetahui bahwa Susrama sehat tidak ada penyakit apapun dibuktikan dengan menebar senyum saat sidang, ahli gangguan ini pun tidak bisa menyimpulkan apa yang dialami oleh terpidana asal Bangli itu.
“Apa dia betul-betul tidak ingat, apa berbohong. Kalau seperti itu, polisi bisa mengetes orang itu (Susrama) bohong atau tidak. Tidak ingat merasa
tidak melakukan dibuktikan dengan itu. Atau ada betul tidak ingat pada saat kejadian. Atau bisa jadi karena stres,” ucap Prof LK Suryani.
Diungkapkan, ada dua hal yang menjadi alasan Susrama beralibi seperti itu. Pertama tentu saja karena membela diri kemudian tidak merasa melakukannya.
Kedua, Susrama tidak ingat sama sekali. Lanjut Prof Suryani, bisa juga Susrama berbohong, dalam artian tidak mau menerima bahwa ia yang melakukannya.
“Bisa diperiksa ke bagian neurologi (yang menangani kelainan sistem saraf) untuk memastikan,” tutur Prof LK Suryani.
Suryani pun meminta untuk percaya kepada hakim bahwa keputusan hukuman ini karena ada bukti dan melalui banyak proses.
Apalagi masih bisa mengumbar senyum, Prof LK Suryani memastikan bahwa dia sehat, bukan ciri-ciri kelainan atau psikopat. Kemungkinan itu membela diri karena keyakinan diri tidak membunuh.
“Kalau ada gangguan cirinya seperti tidak sadar. Senyum tetap berarti logika jalan. Dia membantah? Berarti tidak ada gangguan.
Itu soal kepercayaan diri bahwa dia mengatakan dia tidak membunuh. Seperti Amrozi mengatakan tidak membunuh tapi itu kepercayaan dirinya.
Ia meyakini dia melakukan itu, itu baik buat dia. Apakah bela diri atau untuk menghentikan situasi itu, tergantung,” ucapnya.
Menurutnya, pengakuan Susrama yang terus membantah dan bersikukuh tidak membunuh, karena itu keteguhan iman untuk mempertahankan diri.
“Kalau dia kerasukan, lupa ingatan, dan ganguan epilepsi itu gangguan. Kalau dia biasa-biasa saja mungkin tidak seperti itu.
Kan ada juga gitu dia merasa bukan pembunuh, dia merasa itu keyakinan dia. Kecuali kalau ragu cek kembali kesehatan di otaknya,” pungkasnya.