RadarBali.com – Eksplorasi pelajar SMAN 1 Negara membawakan parade cak modern di panggung terbuka Ardha Candra, Taman Budaya Bali, Denpasar, Minggu (3/9) malam di luar ekspektasi.
Mereka tampil memukau. Yang menarik, mereka begitu berani menampilkan konsep parade cak yang berbeda dibandingkan peserta lain.
Ya, cak SMAN 1 Negara menampilkan garapan yang memiliki nuansa khas jegog (seni musik khas Jembrana, red).
“Kalau SMAN 1 Negara tadi itu local story-nya bagus. Ada jegognya, harus dipertahankan seperti itu. Kalau mereka mau cak, jegognya lebih di – cak – kan, baru lebih bagus lagi,” puji pengamat seni Prof Bandem usai pentas.
Konsep penyajian dari SMAN 1 Negara memang terbilang menarik. Mereka menampilkan jegog dan cak secara selang seling.
Selain Prof Bandem, pengamat seni Prof I Wayan Dibia ikut memberikan catatan kecil terkait penampilan cak modern SMAN 1 Negara.
“Ke depan sebaiknya gending jegognya yang di -cak-an. Itu hasilnya akan lebih bagus lagi,” ujar Dibia.
Malam itu, cak SMAN 1 Negara mengangkat lakon Pura Encak. Sebuah kisah tentang kedatangan Dang Hyang Nirartha pertama kali ke Bali, tepatnya di Desa Perancak yang dulu bernama Tanjung Ketapang.
Cerita ini mengisahkan keberhasilan Dang Hyang Nirartha menaklukkan raja I Gusti Ngurah Rangsasa sang penganut Bhairawa yang dikenal arogan terhadap rakyatnya.
“Penampilan mereka tadi sudah banyak kemajuan dibanding waktu pembinaan. Mereka sudah banyak belajar dari penampilan cak cak yang lain,” kata Mas Ruscita, kurator Bali Mandara Nawanatya.
“Tapi, adegan caknya masih kurang. Masih banyak diam caknya. Yang penting, mereka sudah giat berlatih dan mereka sudah senang,” tambah Ruscita.