RadarBali.com – Aparat pemerintahan di Desa Pacung, Kecamatan Tejakula, tengah mempertimbangkan opsi untuk menertibkan tambang batu pilah di wilayah tersebut.
Terutama setelah muncul kejadian longsornya tambang batu pilah, di Banjar Dinas Alas Sari, Desa Pacung, yang menyebabkan seorang warga setempat, Ketut Sutarsana, 52, tewas tertimpa batu.
Kini di wilayah Desa Pacung saja, diperkirakan ada 20 hingga 50 titik tambang batu pilah. Tapi tak semua titik produktif.
“Karena satu titik tidak berhasil, mereka pindah cari titik lain,” kata Perbekel Pacung, Made Yasa, saat ditemui Jawa Pos Radar Bali.
Menurut Yasa, wilayah di sekitar Pura Ponjok Batu memang banyak terdapat batu pilah. Seperti di sekitar Desa Pacung, Desa Julah, hingga Desa Sembiran.
Tapi, tak semua wilayah memiliki tambang batu pilah yang produktif. Ada beberapa titik yang tertutup lapisan batu tebal dan ada yang tipis.
Biasanya masyarakat mencari lokasi yang tertutup batu lapisan tipis. “Itu bisa sampai ratusan hektare dari barat (desa) sampai ke timur. Biasanya yang muncul dekat lapisan tanah, bisa cepat ketemu, itu yang dicari masyarakat,” jelasnya.
Ia tak menampik aktifitas penambangan batu pilah sangat berbahaya. Kerap kali masyarakat mengalami cedera karena tertimpa batu pilah.
Bahkan, sampai harus kehilangan jari hingga tangan. Tapi peristiwa itu dianggap hal biasa. Sudah menjadi resiko pekerjaan.
Meski berbahaya, selama ini belum pernah ada kejadian yang menyebabkan pekerja tambang meninggal dunia.
Insiden yang terjadi di wilayah Banjar Dinas Alas Sari pada Minggu (3/9) lalu, adalah peristiwa pertama.
Seperti diberitakan sebelumnya, sebuah tambang batu pilah di Banjar Dinas Alas Sari, Desa Pacung, Kecamatan Tejakula, longsor dan menimpa dua orang pekerja tambang setempat.
Seorang pekerja, Komang Kardiasa, 27, berhasil diselamatkan dengan kondisi luka berat. Sementara seorang lainnya, Ketut Sutarsana, 52, tewas di tempat kejadian.