NEGARA – Okupansi hotel di Jembrana awal tahun 2019, ini membuat para pengusaha hotel di Jembrana resah.
Pasalnya, okupansi hotel saat ini sangat rendah. Bahkan terendah dibanding tahun-tahun sebelumnya, sehingga membuat pengusaha hotel resah karena beban operasional hotel yang tinggi tidak sebanding dengan okupansi.
Hal tersebut sampaikan ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jembrana Kastam. Menurutnya, padahal pada tahun 2018 lalu, pada periode yang sama okupansi rata-rata paling rendah 40 persen.
Namun selama dua bulan terakhir rendah, pada bulan Januari hanya 35 persen. Jika dihitung untuk operasional dan pajak sangat kecil.
“Pada bulan Februari ini, kemungkinan paling banyak okupansi 30 persen,” ujarnya. Menurutnya, hal ini harus menjadi perhatian, apalagi Jembrana sedang gencar mengembangkan pariwisata.
Karena apabila terus menurun imbasnya cukup banyak. Rendahnya okupansi hotel, juga bertalian dengan turunnya tingkat kunjungan wisatawan ke Jembrana awal tahun ini.
Faktor lain yang menyebabkan rendahnya okupansi hotel salah satunya, kondisi ekonomi global yang les dan naiknya harga tiket pesawat.
Rendahnya okupansi hotel ini, tidak hanya di Jembrana, terjadi di seluruh Bali. Pengelola salah satu hotel di Pekutatan, ini berharap ke depan pajak di Jembrana dengan sistem daring, sehingga para pengelola atau pengusaha hotel pajaknya terdata.
Sistem pajak daring tersebut sebagai pondasi bagi Jembrana yang saat ini mengembangkan pariwisata yang bisa meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). Apalagi, Bali secara umum menjadi pilot project untuk pengelolaan PHR.