Berat badannya naik. Bisnisnya menurun. Itulah Donald Trump. Setelah dua tahun jadi presiden.
Tapi Trump tampak happy. Di kekuasaannya. Juga tetap antusias. Gebrak sana gebrak sana.
Tekanan darahnya sangat bagus: 119/80. Kolesterol ya juga normal. Bahkan turun. Dari 223 ke 196. Ini karena obat penurun kolesterolnya dinaikkan. Dari 10 mg ke dosis maksimal: 40 mg.
Hanya berat badannya naik: dari 239 ke 243 pound. Naik 2 kg. Menjadi 110 kg. Sudah tergolong kegemukan. Rasio berat berbanding tinggi badannya 30,4. Berdasar indeks itu Trump sudah tergolong obesitas.
Tapi geraknya masih lincah. Jumat kemarin ia masih bisa bikin heboh lagi: mengeluarkan dekrit. Menyatakan negara dalam keadaan darurat. Di bidang pengamanan perbatasan.
Padahal DPR sudah mau kompromi. Menyetujui sebagian anggaran yang ia minta. Dari USD 5,7 miliar dikabulkan USD 1,4 miliar.
Trump tidak puas. Tapi mau menerima anggaran cupet itu. Hanya saja ia tetap mengeluarkan dekrit keadaan darurat. Untuk menutup kekurangannya.
Dengan dekrit itu Trump bisa mengalihkan anggaran pertahanan. Membangun tembok, menurut logika Trump juga bagian dari pertahanan.
Yang dialihkan itu adalah anggaran untuk anti narkotika. Logikanya? Dengan dibangunnya tembok perbatasan penyelundupan narkotika menurun.
Itulah alasan Trump kelak. Kalau dekritnya di permasalahkan DPR.
Trump memang luar biasa ngotot. Agar tembok pembatas Amerika-Meksiko itu harus terwujud. Sesuai janji kampanye.
Yang tidak sesuai adalah sumber dananya. Dulu Trump selalu mengatakan tembok itu akan dibiayai Meksiko. Atau akan ditagihkan ke Meksiko. Ternyata dari APBN.
Seberapa panjang yang dibangun?
”Akan panjaaaaang sekali,” ujar Trump.
Bagian bawahnya berupa beton. Setinggi air kalau lagi banjir. Sungai Rio Grande memang sering banjir. Sungai itu memanjang hampir di sepanjang perbatasan. Terutama di negara bagian Texas dan New Mexico.
Di atas beton itu dibangun pagar besi. Yang bagian atasnya lagi dibentuk secara khusus. Agar sulit dipanjat.
”Untuk memanjat tembok itu akan lebih sulit dari mendaki gunung Everest,” kata Trump.
Yang belum dijelaskan: tembok itu akan dibangun di mana? Di tengah sungai? Tidak mengganggu ekologi? Atau di tanah Amerika? Yang di pinggir sungai? Yang berarti Meksiko menjadi pemilik utuh sungai Rio Grande?
Apa pun Trumplah yang akhirnya menang. DPR menyetujui sebagian. Trump mengeluarkan dekrit. Tembok jadi dibangun. Pemerintahan tidak perlu tutup lagi.
Trump boleh tua. Tapi tidak mau kalah.
Kesehatannya begitu baik. Untuk orang berusia 72 tahun. Dengan agresivitas seperti itu.
Kalau toh ada yang kurang menyenangkannya adalah kondisi perusahaannya. Yang justru merosot. Turun 7 persen.
Pun banyak proyeknya yang harus dibatalkan. Seperti pembangunan hotel-hotel baru.
Trump Junior, anak presiden itu, menyalahkan partai Demokrat. Yang tidak henti-hentinya mengganggu bapaknya. Bahkan merencanakan penyelidikan baru. Ke seluruh perusahaan Trump. Apakah mendapatkan keuntungan dari jabatan presidennya.
Diumumkan juga bahwa gedung perkantorannya banyak kosong. Yang di New York itu. Rupanya tenant justru banyak yang risi. Berkantor di gedung milik presiden. Rawan jadi obyek penyelidikan.
Tapi, ujar Trump Junior, itu sudah resiko. Kalau kelak bapaknya kembali ke bisnis akan bisa maju lagi.
Adakah kesehatan mental Trump juga prima?
Tergantung siapa yang berkomentar. Tapi kebiasaan Trump unggah twitter dini hari jadi sorotan. Tidak jarang Trump sudah ber-twitter pada jam 4 pagi.
“Apakah ia menderita sulit tidur?,” tulis John Hauxwell. Ia seorang dokter ahli. Yang minggu lalu menulis untuk koran Hays di Kansas.
Hauxwell juga menyorot jumlah tweet yang diunggah Trump. Selama satu tahun 2018 mencapai 2.843 tweet. Jauh lebih banyak dibanding tweet tahun 2017. Yang mencapai 2.277.
Bukan hanya jumlahnya yang disorot. Juga isinya. Yang suka memuji diri sendiri. Tidak jarang puji diri itu sangat berlebihan. Bohongnya. Termasuk di forum seresmi SOTU (State of the Union). Di pidato yang begitu penting. Sampai Ketua DPR, Nancy Pelosi, memberinya hadiah ”Tepuk Tangan Nancy” yang viral itu.
”52 persen isi twitter Trump memuji dirinya sendiri,” tulis Hauxwell.
Kesimpulannya: secara kejiwaan Trump itu tergolong obsessive compulsive behavior. Yang sudah patologis.
Kapan-kapan saya ingin ke tepi Rio Grande lagi. Kalau temboknya sudah jadi. (dahlan iskan)