DENPASAR – Calon Wakil Presiden Sandiaga Salahuddin Uno memanfaatkan waktu di Bali dengan berkampanye di sejumlah tempat.
Kemarin, pengusaha sukses ini menemui masyarakat Tanjung Benoa, Nusa Dua, Badung, Bali. Cawapres Sandi sempat bertatap muka dengan masyarakat setempat.
Dalam kesempatan tersebut, Bendesa Adat Tanjung Benoa, I Made Wijaya memberikan empat persoalan yang terjadi di wilayahnya.
Pertama, terkait tanah mangkrak yang dikuasai Pelindo yang ada dikawasan Tanjung Benoa untuk dapat nantinya digunakan kegiatan adat.
Kedua, terkait persoalan perikanan. Bagi Wijaya, kebijakan Menteri Susi terhadap dunia perikanan, dianggap merugikan nelayan yang ada di Tanjung Benoa.
“Belakangan ini, usaha di bidang perikanan berjalan dengan lamban. Padahal mereka (nelayan), hidup dari laut, sementara kapal di pelabuhan Benoa banyak yang mangkrak. Ini perlu solusi untuk nelayan,” ujar I Made Wijaya.
Ketiga, Wijaya menyoroti persoalan lingkungan. Pria yang juga kader dari Partai Gerindra tersebut resah dengan tindakan pelebaran alur yang terus dilakukan oleh pihak Pelindo.
“Beberapa kali Pelindo melakulan pelebaran alur kapal masuk dan keluar pelabuhan. Takutnya daratan kami tidak kuat karena daratan disini terbentuk pasir,” resahnya.
Dan keempat, Wijaya juga meminta agar wilayahnya menjadi wilayah yang asri. Sehingga keberlangsungan lingkungan hidup wilayah Tanjung Benoa dapat lebih baik untuk ke depannya.
Tak hanya Wijaya, Warga Muslim yang hidup di Tanjung Benoa, Abdul Rasid juga tak mau ketinggalan. Ia menyebut, sejumlah tanah yang ada di wilayahnya belum juha mendapatkan sertifikat tanah, padahal sudah diurus.
“Bagaimana ini Bang Sandi? Kami sudah mengurus kemana-mana agar tanah disini disertifikat,” ujarnya disambut tepuk tangan warga lainnya.
Selain itu, salah satu perwakilan generasi millenial di Tanjung Benoa juga menyinggung soal dunia kerja yang belakangan ini dikatakan cukup sulit.
Sekaligus ia meminta pandangan Sandi terkait masa depan generasi muda Indonesia. Menanggapi hal tersebut, Sandi pun mengupas secara umum keluh kesah yang dihadapi oleh warga pesisir.
Sandi tampak lebih khusus mengupas terkait persoalan isu lingkungan yang dialami oleh warga Tanjung Benoa tersebut karena akan berdampak pada taraf hidup para nelayan.
“Sekarang isu lingkungan hidup sangat mengemuka. Masyarakat menginginkan restorasi dari terumbu karang. Kemudian perluasan alur tidak merusak ekosistem,” ungkapnya kepada Jawa Pos Radar Bali usai pertemuan dengan warga.
Sandi juga menyinggung persoalan reklamasi yang terjadi diseluruh Indonesia, bukan banya pesisir yang ada di Tanjung Benoa saja.
“Bahwa proyek-proyek reklamasi itu ternyata mengancam ekosistem. Kami berpengalaman di DKI menyetop project reklamasi karena itu tuntutan rakyat dan masyarakat pesisir,” ujarnya.
Berarti Bang Sandi menolak reklamasi Teluk Benoa? “Saya melihat bahwa tuntutan masyarakat, kalau lingkungan hidup itu menjadi salah satu kekhawatiran, ya kita harus berani.
Di DKI Jakarta kami lakukan keputusan tersebut. Nah kalau masyarakat di Bali tentu harus tentukan,” jawabnya.
“Kalau amanah ini diberikan ke kami (Prabowo-Sandi), masyarakat Bali menginginkan reklamasi ini di stop, tentunya akan kami lakukan dengan langkah berani, pemerintahan yang kuat dan kebijakan yang tegas,” lanjutnya.
Ia menyebut hal ini adalah komitmen pihaknya. Sebab, di DKI Jakarta sendiri hal tersebut sudah dibuktikannya.
“Kami nggak perlu janji-janji. Kami sudah membuktikannya di DKI. Kami katakan stop reklamasi, dan sudah diwujudkan.
Kalau masyarakat Bali menginginkan hal yang sama, Prabowo Sandi siap untuk menjaga amanah tersebut,” tegasnya.
Terkait dengan kehidupan para nelayan, Sandi mengatakan akan mempermudah regulasi untuk para nelayan nantinya jika memang terpilih untuk memimpin bangsa ini dengan Prabowo.
“Regulasi itu harus bersahabat dengan para nelayan. Solar disediakan. Hasil tangkapan dibuatkan lebih baik dan juga harus dikolaborasikan dengan pariwisata,”tutupnya.