32.7 C
Jakarta
22 November 2024, 16:25 PM WIB

Bali Rawan Bencana, BPBD: Masih Ragu Jalankan Prosedur Evakuasi

NEGARA – Bencana bisa kapan saja terjadi, baik bencana gempa bumi, tsunami dan erupsi gunung berapi. Apalagi Indonesia masuk dalam wilayah yang rawan terjadi bencana.

Namun, kesiapsiagaan masyarakat ketika terjadi bencana masih belum terlatih. Setidaknya hal itu terlihat saat sosialisasi dan simulasi bencana di Kejari Jembrana kemarin.

Kalaksa BPBD Jembrana I Ketut Eko Susilo Artha Permana mengatakan, dari sejumlah kegiatan sosialisasi dan simulasi, masyarakat dari segi teori sudah memahami prosedur evakuasi ketika terjadi bencana.

Akan tetapi, ketika terjadi bencana teori atau pemahaman itu tidak dilaksanakan. Hal tersebut terlihat ketika terjadi simulasi, masih ada yang panik dan tidak menjalankan prosedur evakuasi, seperti saat simulasi di Kejari Jembrana.

“Dari segi teori sudah paham, tapi ketika terjadi bencana tidak dipraktikkan,” ujarnya. Mantan camat Pekutatan ini menambahkan, hal tersebut tidak hanya terjadi saat di Kejari Jembrana, tetapi di sejumlah instansi yang telah melakukan simulasi bencana.

Karena itu, masyarakat terutama instansi atau lembaga semestinya rutin menggelar simulasi bencana untuk melatih kesiapsiagakan ketika terjadi bencana.

Sosialisasi dan simulasi bencana, lanjutnya, perlu diintensifkan karena secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik

yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudera Hindia dan Samudera Pasifik, sehingga rawan terjadi bencana gempa bumi dan tsunami. Selain itu, banyak gunung berapi yang setiap saat bisa erupsi.

NEGARA – Bencana bisa kapan saja terjadi, baik bencana gempa bumi, tsunami dan erupsi gunung berapi. Apalagi Indonesia masuk dalam wilayah yang rawan terjadi bencana.

Namun, kesiapsiagaan masyarakat ketika terjadi bencana masih belum terlatih. Setidaknya hal itu terlihat saat sosialisasi dan simulasi bencana di Kejari Jembrana kemarin.

Kalaksa BPBD Jembrana I Ketut Eko Susilo Artha Permana mengatakan, dari sejumlah kegiatan sosialisasi dan simulasi, masyarakat dari segi teori sudah memahami prosedur evakuasi ketika terjadi bencana.

Akan tetapi, ketika terjadi bencana teori atau pemahaman itu tidak dilaksanakan. Hal tersebut terlihat ketika terjadi simulasi, masih ada yang panik dan tidak menjalankan prosedur evakuasi, seperti saat simulasi di Kejari Jembrana.

“Dari segi teori sudah paham, tapi ketika terjadi bencana tidak dipraktikkan,” ujarnya. Mantan camat Pekutatan ini menambahkan, hal tersebut tidak hanya terjadi saat di Kejari Jembrana, tetapi di sejumlah instansi yang telah melakukan simulasi bencana.

Karena itu, masyarakat terutama instansi atau lembaga semestinya rutin menggelar simulasi bencana untuk melatih kesiapsiagakan ketika terjadi bencana.

Sosialisasi dan simulasi bencana, lanjutnya, perlu diintensifkan karena secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik

yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudera Hindia dan Samudera Pasifik, sehingga rawan terjadi bencana gempa bumi dan tsunami. Selain itu, banyak gunung berapi yang setiap saat bisa erupsi.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/