PANJI – Tradisi permainan rakyat megoak-goakan yang lestari di Desa Panji, Kecamatan Sukasada, diharapkan bisa ditetapkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB).
Terlebih tahapan-tahapan untuk mendaftarkan megoak-goakan sebagai WBTB sudah dilalui sejak tahun lalu.
Permainan megoak-goakan sendiri, rutin dimainkan saat hari ngembak geni.
Seperti yang dilakukan para pemuda di Banjar Dinas Kelod Kauh, Desa Panji. Mereka melakukan permainan tersebut di jaba Pura Dalem Desa Pakraman Panji.
Atraksi permainan rakyat itu pun menarik perhatian para pengguna jalan. Terlebih atraksi itu dimainkan di tepi jalan raya. Akibatnya arus lalu lintas sedikit tersendat, lantaran banyak pengguna jalan yang menepi sekadar menyaksikan atraksi permainan rakyat tersebut.
Ketua Karang Taruna Desa Panji Wayan Ganesha mengatakan, permainan rakyat megoak-goakan diyakini telah ada sejak abad ke-17 silam.
Pada masa itu, permainan megoak-goakan menjadi sarana bagi Raja Buleleng Ki Barak Panji Sakti untuk mengumpulkan pasukan. Begitu pasukan terkumpul, mereka langsung diajak menyerang Kerajaan Blambangan, sehingga Blambangan pun takluk dan menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Buleleng.
Sejak saat itu hingga kini, kata Ganesha, permainan megoak-goakan pun terus dilestarikan oleh pemuda setempat. Permainan itu selalu dimainkan pada hari Ngembak Geni.
Untuk konteks kekinian, megoak-goakan dimainkan sebagai bentuk suka cita merayakan Nyepi.
Menurut Ganesha, permainan megoak-goakan kini telah didaftarkan oleh Dinas Kebudayaan Buleleng sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB).
“Kami juga sudah melakukan perekaman video. Kami tentu sangat berharap permainan ini bisa jadi ditetapkan jadi warisan budaya. Terlebih permainan ini sudah dilestarikan selama empat abad,” kata Ganesha.