29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 11:10 AM WIB

Tawur Kesanga Digelar di Dua Tempat Berbeda, Ini Respons Pemkab…

GIANYAR – Upacara Tawur Agung Kasanga di kota Gianyar yang digelar sehari sebelum Nyepi telah berlangsung Rabu lalu (6/3).

Secara bersamaan dan masih satu wilayah desa, pihak Desa pakraman Gianyar menggelar tawur di perempatan Balai Budaya Gianyar.

Sedangkan Pemkab Gianyar menggelar di perempatan Polres Gianyar. Menurut informasi, perbedaan ini terjadi karena perbedaan memilih sulinggih.

Kabag Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Kabupaten Gianyar Ngakan Jati Ambarsika menyatakan. tawur yang dilakukan oleh Pemkab Gianyar dilakukan

oleh sebuah lembaga dan dihadiri oleh PHDI Gianyar, Majelis Madya Desa Pakraman dan para pejabat lingkup Pemkab Gianyar.

Tawur Pemkab tersebut dipuput oleh 9 sulinggih (Sarwa Sadhaka). “Kami mengacu kepada sastra, sedangkan desa bersumber dari awig-awig,” ujar Ngakan Jati.

Kata dia, pada tahun berikutnya, pihaknya akan kembali melangsungkan tawur di perempatan Polres Gianyar lagi. “Besar kemungkinan iya,” jelasnya.

Diakui, sejak adanya perbedaan pandangan dengan desa pakraman Gianyar, pihak Pemkab Gianyar memilih menggelar tawur sendiri.

“Kalau sebelumnya, kami menugaskan desa pakraman Gianyar, dengan pembiayaan dari Pemkab. Namun, belakangan ada perubahan paradigma,

ke sulinggih yang gegelarannya (nama, red) berbeda. (Desa, red) Gianyar nggak dapat terima,” jelas Ngakan Jati.

Mengenai jarak lokasi tawur yang digelar Pemkab Gianyar dengan desa berdekatan, Ngakan Jati mengakuinya.

“Kalau dibilang berdekatan, Desa Abianbase (selatan kota Gianyar) juga dekat, Desa Beng (utara, red) juga dekat. Kan setiap desa menggelar tawur,” ungkapnya.

Ngakan Jati menjelaskan, sesuai hirarki, tawur agung dimulai dari Pura Agung Besakih. Kemudian tirta dari Besakih diambil oleh masing-masing kabupaten.

“Kemudian dari kabupaten meneruskan ke desa-desa. Tak elok desa lain ke desa adat Gianyar, maka kami di kabupaten meneruskan ke kecamatan,” tukasnya.

 

GIANYAR – Upacara Tawur Agung Kasanga di kota Gianyar yang digelar sehari sebelum Nyepi telah berlangsung Rabu lalu (6/3).

Secara bersamaan dan masih satu wilayah desa, pihak Desa pakraman Gianyar menggelar tawur di perempatan Balai Budaya Gianyar.

Sedangkan Pemkab Gianyar menggelar di perempatan Polres Gianyar. Menurut informasi, perbedaan ini terjadi karena perbedaan memilih sulinggih.

Kabag Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Kabupaten Gianyar Ngakan Jati Ambarsika menyatakan. tawur yang dilakukan oleh Pemkab Gianyar dilakukan

oleh sebuah lembaga dan dihadiri oleh PHDI Gianyar, Majelis Madya Desa Pakraman dan para pejabat lingkup Pemkab Gianyar.

Tawur Pemkab tersebut dipuput oleh 9 sulinggih (Sarwa Sadhaka). “Kami mengacu kepada sastra, sedangkan desa bersumber dari awig-awig,” ujar Ngakan Jati.

Kata dia, pada tahun berikutnya, pihaknya akan kembali melangsungkan tawur di perempatan Polres Gianyar lagi. “Besar kemungkinan iya,” jelasnya.

Diakui, sejak adanya perbedaan pandangan dengan desa pakraman Gianyar, pihak Pemkab Gianyar memilih menggelar tawur sendiri.

“Kalau sebelumnya, kami menugaskan desa pakraman Gianyar, dengan pembiayaan dari Pemkab. Namun, belakangan ada perubahan paradigma,

ke sulinggih yang gegelarannya (nama, red) berbeda. (Desa, red) Gianyar nggak dapat terima,” jelas Ngakan Jati.

Mengenai jarak lokasi tawur yang digelar Pemkab Gianyar dengan desa berdekatan, Ngakan Jati mengakuinya.

“Kalau dibilang berdekatan, Desa Abianbase (selatan kota Gianyar) juga dekat, Desa Beng (utara, red) juga dekat. Kan setiap desa menggelar tawur,” ungkapnya.

Ngakan Jati menjelaskan, sesuai hirarki, tawur agung dimulai dari Pura Agung Besakih. Kemudian tirta dari Besakih diambil oleh masing-masing kabupaten.

“Kemudian dari kabupaten meneruskan ke desa-desa. Tak elok desa lain ke desa adat Gianyar, maka kami di kabupaten meneruskan ke kecamatan,” tukasnya.

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/