28.6 C
Jakarta
14 Desember 2024, 10:41 AM WIB

Bukan Sekadar Ikut-ikutan, Modal Pertama Yakin dan Percaya Diri

Pemilihan legislatif  2014 lalu banyak meloloskan legislatif gaek. Hanya sedikit dari kalangan usia di bawah 40-an tahun. Satu di antaranya adalah yakni I Gusti Ayu Diah Werdhi Srikandi yang kelahiran 1982.

Itu pun didapat Diah pada 2016 dari pergantian antar waktu (PAW) setelah Ida Bagus Ketut Birawa meninggal dunia.

 

DI Pileg 2019, sejumlah kaum muda kembali mencoba bersaing. Terdapat 547 caleg berebut 55 kursi DPRD Bali. Rinciannya 334 caleg laki-laki dan 213 caleg perempuan.

Namun, tidak banyak dari kalangan muda. “Lebih banyak caleg umur 40 tahun ke atas, setelah itu baru 30 – 40 tahun. Yang di bawah 30 tahun sedikit sekali,” beber Ketua KPUD Bali, AA Gede Raka Nakula beberapa hari lalu.

Selain didominasi caleg gaek, jumlah caleg petahana juga cukup banyak. Hampir setengah petahana ikut kembali dalam berebut kursi DPRD Bali.

Rata-rata caleg petahana tersebut dari partai besar seperti PDI Perjuangan, Demokrat, dan Golkar. Untuk tingkat keterwakilan perempuan minimal 30 persen dari jumlah caleg yang diajukan, menurut Nakula semua sudah terpenuhi.

Caleg perempuan wajib ditempatkan pada nomor urut tiga besar. “Di antar nomor urut satu sampai tiga itu harus ada caleg perempuan,” imbuh mantan Ketua KPUD Badung itu.

Dari sedikit caleg muda yang mencoba berebut kursi DPDR Bali adalah Anak Agung Gede Agung Indra Prathama.

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Udayana ini baru saja menyelesaikan sidang skripsi. “Namun belum yudisium dan wisuda,” aku Gung Indra kemarin.

Usianya memang masih belia. Baru 22 tahun, lebih setahun dari syarat sebagai caleg.  Meski begitu, ia membulatkan tekad maju sebagai calon legislatif DPRD Provinsi Bali dari Dapil Denpasar melalui kendaraan Partai Solidaritas Indonesia (PSI). 

Dengan moto Sama-Sama Bangun Bali “Muda Bersih Energik”, Gung Indra siap memilih terjun ke politik dengan alasan supaya generasi muda yang kurang terlibat langsung untuk berdemokrasi dan berpolitik.  

“Maka dari itu tyang (saya) sendiri bertekad untuk mensosialisasikan terhadap generasi muda agar ikut secara langsung terlibat untuk berdemokrasi dan berpolitik,

yang kedua secara pribadi tyang sendiri memang suka tantangan yang tyang belum pernah lakukan, jadi tantangan tersebut akan tyang jadikan pengalaman hidup nantinya dalam bernegara,” ucapnya.

Lanjutnya, juga mendapat dukungan penuh dari orang-orang yang mempercayai dalam mengawal aspirasi mereka. “Jadi tiga alasan nike (itu) yang tyang ikut maju nyaleg,” tukasnya.

Modal pertama yang dimiliki adalah percaya diri dan keyakinan tinggi. Dan juga modal uang. Namun, modal uang bukan untuk money politic, melainkan guna pembelian alat peraga kampanye (APK), di antaranya baliho.

“Munafik rasanya jika tidak menggunakan uang. Karena membuat APK perlu mengeluarkan pengeluaran,” katanya.

Satu strategi yang dipakai untuk memikat calon pemilih, dengan cara menemui langsung masyarakat. Dari rumah ke rumah hingga langsung memperkenalkan diri dan memaparkan program.  

“Saya pakai saat ini, dengan cara door to door ke rumah warga untuk memperkenalkan diri dan memaparkan program kerja jika saya terpilih nanti,” tuturnya.

Laki-laki kelahiran Denpasar, 2 Desember 1996 ini merahasiakan kantong-kantong suaranya yang disasar dan garap. Namun, ternyata sudah memiliki program-program jitu yang dipersiapkan dari lama.

Jika terpilih adalah memperjuangkan pendidikan gratis di tingkat perguruan tinggi, karena saat ini hanya dari SD sampai SMP saja. 

Apalagi biaya pendidikan kuliah sangat mahal. Jadi banyak orang yang selesai setelah SMA/SMK memilih tidak kuliah.

“Yang gratis setelah itu tidak ada, jadi di sini banyak orang yang selesai setelah SMA tidak kuliah karena biaya pendidikan mahal, jadi saya akan perjuangkan itu yang pertama,” ujarnya.

Kendati usia sangat muda, modalnya hanya rasa percaya diri yang tinggi untuk melawan yang tua. Karena jiwa muda masih semangat-semangatnya  untuk sebuah ajang demokrasi dan pertama kalinya terjun di pemilu.

Perebutan kursi DPRD Bali dari Dapil Klungkung juga tidak hanya diikuti para calon legislatif tua dan senior namun juga muda dan pemula.

Meski harus bersaing dengan para caleg tua dan berpengalaman, caleg-caleg muda ini tetap optimistis untuk menang berkat kegiatan sosial yang selama ini telah dilakukan bersama keluarga.

Meski begitu, di sisi lain ada pula caleg muda yang memandang berat persaingan antara caleg tua dan menjadikan pesta rakyat ini sebagai ajang pembelajaran di dunia politik.

Ni Luh Kadek Dwi Yustiawati, 27 adalah salah satu caleg muda dan pemula yang akan meramaikan Pileg DPRD Bali 2019 mendatang.

Pengalaman belasan tahun membantu masyarakat, membuatnya merasakan betapa banyaknya permasalahan yang ada di masyarakat.

Hanya saja karena mengandalkan dana pribadi, geraknya dalam membantu masyarakat akhirnya terbatasi. Hal itu lah yang menjadi latar belakangnya terjun ke dunia politik dan bersaing dengan caleg-caleg senior lainnya.

“Saya terjun ke dunia politik ini untuk bisa membantu masyarakat yang lebih luas lagi. Karena kalau hanya mengandalkan dana pribadi sendiri, tidak banyak orang yang akhirnya bisa saya bantu,” kata wanita kelahiran Jimbaran ini.

Tidak hanya membuatnya tahu permasalahan masyarakat, pengalaman dimintai bantuan dan memberi bantuan sejak belasan tahun membuat sang suami, Ketut Leo dan dirinya banyak dikenal masyarakat Klungkung.

Bahkan jiwa penolong ini telah menjadikan suaminya sebagai tokoh masyarakat terutamanya di Kecamatan Nusa Penida. Hal ini lah yang menjadi modalnya dalam memenangkan Pileg 2019.

“Meski caleg-caleg senior selama ini telah memberikan bansos. Saya pun juga sudah belasan tahun banyak membantu masyarkat dan itu menggunakan dana pribadi, bukan dana pemerintah.

Usia tidak selamanya menjadi tolak ukur. Yang terpenting kerja nyata. Saya rasa masyarakat sudah cerdas,” terang caleg PDIP ini.

Meski optimistis terpilih sebagai wakil rakyat dari dapil Klungkung, pihaknya enggan mengungkapkan prediksi persentase kemenangannya.

Tetapi melihat asalnya yang dari Nusa Penida, pihaknya menargetkan perolehan suara di Kecamatan Nusa Penida harus lebih besar dibandingkan dengan kecamatan lainnya di Klungkung.

“Melihat banyaknya warga yang memanfaatkan media sosial terutamanya kalangan milenial, tentunya saya menggunakan media sosial sebagai media kampanye selain langsung bertemu masyarakat,” tandasnya.

Salah satu partai yang banyak merekrut golongan muda adalah Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

Ketua DPW Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Bali, I Nengah Yasa Adi Susanto pun menyebut, jumlah caleg yang bakal bertarung merebut kursi DPRD Bali didominasi caleg muda.

Persentasenya 80 persen caleg muda dan 20 persen caleg tua. Yang ia maksud caleg muda yakni berumur 35 tahun ke bawah.

“Caleg yang umurnya 35 tahun ke atas persentasenya hanya sekitar 20 persen. Sebanyak 80 persen sisanya caleg muda, banyak yang masih kuliah sambil kerja. Anak-anak muda ingin berkontribusi,” ujar Adi.

Menurut Adi, anak-anak muda mau bergabung menjadi caleg PSI karena alasannya keterbukaan dan progresif. Sementara untu menjadi pengurus PSI umurnya tidak boleh lebih 45 tahun.

PSI sendiri menurut Adi tidak mempermasalahkan umur seseorang bergabung dengan PSI. Boleh berumur tua atau muda asal memenuhi kriteria yang ditentukan.

PSI memiliki tim pansel yang menguji kompetensi caleg. “Syarat mutlak yang harus dipenuhi yaitu tidak pernah terlibat korupsi dan tidak intoleransi,” tegasnya.  

Dalam perebutan kursi di DPRD Badung, caleg muda juga tidak mau kalah. Salah satunya I Gede Agus Adinatha Arynandana yang menjadi calon DPRD Badung dari Partai Demokrat Dapil Badung 1 (Mengwi) nomor urut 4.

Ia pun tak sekadar ikut-ikutan tetapi ingin turut berperan aktif membangun Badung. I Gede Agus Adinatha Arynandana menerangkan, di usia 26 tahun ini tidak menjadi halangan untuk “tempur” di panggung politik. 

Dasar ia tertarik ikut mencalonkan diri sebagai caleg DPRD Badung karena melihat kondisi bapaknya Nyoman Ardana yang kini duduk sebagai anggota DPRD Badung yang tidak memungkinkan (sempat mengalami stroke) untuk kembali bertarung dalam pileg tahun ini.

“Saya melihat kondisi bapak sudah tidak bisa dan ingin melanjutkan visi bapak yakni untuk kemajuan Desa Adat Kapal, Mengwi dan Badung,” jelas Agus Adinatha ditemui di Puspem Badung.

Lebih lanjut, ia sendiri sejatinya aktif di Partai Demokrat Badung sudah dari tahun 2009. Awalnya ikut dalam kepengurusan ranting dan kini mendapat posisi Wakil Humas di DPC Demokrat Badung.

Selain itu juga aktif di Sekaa Teruna dan Karang Taruna.  “Memang sudah dari dulu aktif di partai dan sampai sekarang masih tetap aktif,” ungkap pria kelahiran, Denpasar, 23 Mei 1992 ini.

Nah, mengenai peluang meraih kursi dewan Badung, Agus Adinatha mengakui telah melakukan berbagai pertimbangan , survei internal dan eksternal.

“Dari hasil survei ada peluang. Di dapil Mengwi khusus Demokrat mendapat dua kursi, jadi peluang sangat terbuka, ” terang anak pasangan I Nyoman Ardana dengan  Dewa Ayu Agung Widyani ini.

Lebih lanjut, ia juga telah menyiapkan sejumlah strategi untuk menggaet suara. Selain melakukan simakrama ke banjar-banjar setempat juga langsung door to door untuk mencari dukungan serta mengerahkan relasinya.

Namun ia lebih menyasar kepada pemilih muda dan pemilih dari kalangan ibu-ibu. Sebab, saat ini pemilih muda potensial dan besar jumlahnya. Begitu juga para ibu-ibu sangat berpengaruh.

“Dari pemetaan dan juga survei target saya 3000 suara,” ungkap pria yang tinggal di Lingkungan Pemebetan, Kapal, Mengwi, Badung.

Sementara tujuan terjun pada Pileg tahun ini ia menginginkan untuk dapat meringankan beban masyarakat. Seperti yang telah dilakukan bapaknya terdahulu yakni menggelar upacara memukur dan metatah massal secara gratis sehingga tidak memberatkan masyarakat.

“Saya bukan sekadar ikut-ikutan jadi caleg. Tapi dewan saya bisa sebagai fasilitator untuk menyejahterakan masyarakat,” terangnya.

Disinggung mengenai lawan politik tua atau pun incumbent. Ia mengakui memang sulit dikalahkan karena sudah berpengalaman dan memiliki masa yang kuat.

Namun ia juga tidak patah semangat untuk menghadapi para politisi tua dan juga incumbent. “Saya sudah punya strategi untuk itu,” jelasnya.

Pemilihan legislatif  2014 lalu banyak meloloskan legislatif gaek. Hanya sedikit dari kalangan usia di bawah 40-an tahun. Satu di antaranya adalah yakni I Gusti Ayu Diah Werdhi Srikandi yang kelahiran 1982.

Itu pun didapat Diah pada 2016 dari pergantian antar waktu (PAW) setelah Ida Bagus Ketut Birawa meninggal dunia.

 

DI Pileg 2019, sejumlah kaum muda kembali mencoba bersaing. Terdapat 547 caleg berebut 55 kursi DPRD Bali. Rinciannya 334 caleg laki-laki dan 213 caleg perempuan.

Namun, tidak banyak dari kalangan muda. “Lebih banyak caleg umur 40 tahun ke atas, setelah itu baru 30 – 40 tahun. Yang di bawah 30 tahun sedikit sekali,” beber Ketua KPUD Bali, AA Gede Raka Nakula beberapa hari lalu.

Selain didominasi caleg gaek, jumlah caleg petahana juga cukup banyak. Hampir setengah petahana ikut kembali dalam berebut kursi DPRD Bali.

Rata-rata caleg petahana tersebut dari partai besar seperti PDI Perjuangan, Demokrat, dan Golkar. Untuk tingkat keterwakilan perempuan minimal 30 persen dari jumlah caleg yang diajukan, menurut Nakula semua sudah terpenuhi.

Caleg perempuan wajib ditempatkan pada nomor urut tiga besar. “Di antar nomor urut satu sampai tiga itu harus ada caleg perempuan,” imbuh mantan Ketua KPUD Badung itu.

Dari sedikit caleg muda yang mencoba berebut kursi DPDR Bali adalah Anak Agung Gede Agung Indra Prathama.

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Udayana ini baru saja menyelesaikan sidang skripsi. “Namun belum yudisium dan wisuda,” aku Gung Indra kemarin.

Usianya memang masih belia. Baru 22 tahun, lebih setahun dari syarat sebagai caleg.  Meski begitu, ia membulatkan tekad maju sebagai calon legislatif DPRD Provinsi Bali dari Dapil Denpasar melalui kendaraan Partai Solidaritas Indonesia (PSI). 

Dengan moto Sama-Sama Bangun Bali “Muda Bersih Energik”, Gung Indra siap memilih terjun ke politik dengan alasan supaya generasi muda yang kurang terlibat langsung untuk berdemokrasi dan berpolitik.  

“Maka dari itu tyang (saya) sendiri bertekad untuk mensosialisasikan terhadap generasi muda agar ikut secara langsung terlibat untuk berdemokrasi dan berpolitik,

yang kedua secara pribadi tyang sendiri memang suka tantangan yang tyang belum pernah lakukan, jadi tantangan tersebut akan tyang jadikan pengalaman hidup nantinya dalam bernegara,” ucapnya.

Lanjutnya, juga mendapat dukungan penuh dari orang-orang yang mempercayai dalam mengawal aspirasi mereka. “Jadi tiga alasan nike (itu) yang tyang ikut maju nyaleg,” tukasnya.

Modal pertama yang dimiliki adalah percaya diri dan keyakinan tinggi. Dan juga modal uang. Namun, modal uang bukan untuk money politic, melainkan guna pembelian alat peraga kampanye (APK), di antaranya baliho.

“Munafik rasanya jika tidak menggunakan uang. Karena membuat APK perlu mengeluarkan pengeluaran,” katanya.

Satu strategi yang dipakai untuk memikat calon pemilih, dengan cara menemui langsung masyarakat. Dari rumah ke rumah hingga langsung memperkenalkan diri dan memaparkan program.  

“Saya pakai saat ini, dengan cara door to door ke rumah warga untuk memperkenalkan diri dan memaparkan program kerja jika saya terpilih nanti,” tuturnya.

Laki-laki kelahiran Denpasar, 2 Desember 1996 ini merahasiakan kantong-kantong suaranya yang disasar dan garap. Namun, ternyata sudah memiliki program-program jitu yang dipersiapkan dari lama.

Jika terpilih adalah memperjuangkan pendidikan gratis di tingkat perguruan tinggi, karena saat ini hanya dari SD sampai SMP saja. 

Apalagi biaya pendidikan kuliah sangat mahal. Jadi banyak orang yang selesai setelah SMA/SMK memilih tidak kuliah.

“Yang gratis setelah itu tidak ada, jadi di sini banyak orang yang selesai setelah SMA tidak kuliah karena biaya pendidikan mahal, jadi saya akan perjuangkan itu yang pertama,” ujarnya.

Kendati usia sangat muda, modalnya hanya rasa percaya diri yang tinggi untuk melawan yang tua. Karena jiwa muda masih semangat-semangatnya  untuk sebuah ajang demokrasi dan pertama kalinya terjun di pemilu.

Perebutan kursi DPRD Bali dari Dapil Klungkung juga tidak hanya diikuti para calon legislatif tua dan senior namun juga muda dan pemula.

Meski harus bersaing dengan para caleg tua dan berpengalaman, caleg-caleg muda ini tetap optimistis untuk menang berkat kegiatan sosial yang selama ini telah dilakukan bersama keluarga.

Meski begitu, di sisi lain ada pula caleg muda yang memandang berat persaingan antara caleg tua dan menjadikan pesta rakyat ini sebagai ajang pembelajaran di dunia politik.

Ni Luh Kadek Dwi Yustiawati, 27 adalah salah satu caleg muda dan pemula yang akan meramaikan Pileg DPRD Bali 2019 mendatang.

Pengalaman belasan tahun membantu masyarakat, membuatnya merasakan betapa banyaknya permasalahan yang ada di masyarakat.

Hanya saja karena mengandalkan dana pribadi, geraknya dalam membantu masyarakat akhirnya terbatasi. Hal itu lah yang menjadi latar belakangnya terjun ke dunia politik dan bersaing dengan caleg-caleg senior lainnya.

“Saya terjun ke dunia politik ini untuk bisa membantu masyarakat yang lebih luas lagi. Karena kalau hanya mengandalkan dana pribadi sendiri, tidak banyak orang yang akhirnya bisa saya bantu,” kata wanita kelahiran Jimbaran ini.

Tidak hanya membuatnya tahu permasalahan masyarakat, pengalaman dimintai bantuan dan memberi bantuan sejak belasan tahun membuat sang suami, Ketut Leo dan dirinya banyak dikenal masyarakat Klungkung.

Bahkan jiwa penolong ini telah menjadikan suaminya sebagai tokoh masyarakat terutamanya di Kecamatan Nusa Penida. Hal ini lah yang menjadi modalnya dalam memenangkan Pileg 2019.

“Meski caleg-caleg senior selama ini telah memberikan bansos. Saya pun juga sudah belasan tahun banyak membantu masyarkat dan itu menggunakan dana pribadi, bukan dana pemerintah.

Usia tidak selamanya menjadi tolak ukur. Yang terpenting kerja nyata. Saya rasa masyarakat sudah cerdas,” terang caleg PDIP ini.

Meski optimistis terpilih sebagai wakil rakyat dari dapil Klungkung, pihaknya enggan mengungkapkan prediksi persentase kemenangannya.

Tetapi melihat asalnya yang dari Nusa Penida, pihaknya menargetkan perolehan suara di Kecamatan Nusa Penida harus lebih besar dibandingkan dengan kecamatan lainnya di Klungkung.

“Melihat banyaknya warga yang memanfaatkan media sosial terutamanya kalangan milenial, tentunya saya menggunakan media sosial sebagai media kampanye selain langsung bertemu masyarakat,” tandasnya.

Salah satu partai yang banyak merekrut golongan muda adalah Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

Ketua DPW Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Bali, I Nengah Yasa Adi Susanto pun menyebut, jumlah caleg yang bakal bertarung merebut kursi DPRD Bali didominasi caleg muda.

Persentasenya 80 persen caleg muda dan 20 persen caleg tua. Yang ia maksud caleg muda yakni berumur 35 tahun ke bawah.

“Caleg yang umurnya 35 tahun ke atas persentasenya hanya sekitar 20 persen. Sebanyak 80 persen sisanya caleg muda, banyak yang masih kuliah sambil kerja. Anak-anak muda ingin berkontribusi,” ujar Adi.

Menurut Adi, anak-anak muda mau bergabung menjadi caleg PSI karena alasannya keterbukaan dan progresif. Sementara untu menjadi pengurus PSI umurnya tidak boleh lebih 45 tahun.

PSI sendiri menurut Adi tidak mempermasalahkan umur seseorang bergabung dengan PSI. Boleh berumur tua atau muda asal memenuhi kriteria yang ditentukan.

PSI memiliki tim pansel yang menguji kompetensi caleg. “Syarat mutlak yang harus dipenuhi yaitu tidak pernah terlibat korupsi dan tidak intoleransi,” tegasnya.  

Dalam perebutan kursi di DPRD Badung, caleg muda juga tidak mau kalah. Salah satunya I Gede Agus Adinatha Arynandana yang menjadi calon DPRD Badung dari Partai Demokrat Dapil Badung 1 (Mengwi) nomor urut 4.

Ia pun tak sekadar ikut-ikutan tetapi ingin turut berperan aktif membangun Badung. I Gede Agus Adinatha Arynandana menerangkan, di usia 26 tahun ini tidak menjadi halangan untuk “tempur” di panggung politik. 

Dasar ia tertarik ikut mencalonkan diri sebagai caleg DPRD Badung karena melihat kondisi bapaknya Nyoman Ardana yang kini duduk sebagai anggota DPRD Badung yang tidak memungkinkan (sempat mengalami stroke) untuk kembali bertarung dalam pileg tahun ini.

“Saya melihat kondisi bapak sudah tidak bisa dan ingin melanjutkan visi bapak yakni untuk kemajuan Desa Adat Kapal, Mengwi dan Badung,” jelas Agus Adinatha ditemui di Puspem Badung.

Lebih lanjut, ia sendiri sejatinya aktif di Partai Demokrat Badung sudah dari tahun 2009. Awalnya ikut dalam kepengurusan ranting dan kini mendapat posisi Wakil Humas di DPC Demokrat Badung.

Selain itu juga aktif di Sekaa Teruna dan Karang Taruna.  “Memang sudah dari dulu aktif di partai dan sampai sekarang masih tetap aktif,” ungkap pria kelahiran, Denpasar, 23 Mei 1992 ini.

Nah, mengenai peluang meraih kursi dewan Badung, Agus Adinatha mengakui telah melakukan berbagai pertimbangan , survei internal dan eksternal.

“Dari hasil survei ada peluang. Di dapil Mengwi khusus Demokrat mendapat dua kursi, jadi peluang sangat terbuka, ” terang anak pasangan I Nyoman Ardana dengan  Dewa Ayu Agung Widyani ini.

Lebih lanjut, ia juga telah menyiapkan sejumlah strategi untuk menggaet suara. Selain melakukan simakrama ke banjar-banjar setempat juga langsung door to door untuk mencari dukungan serta mengerahkan relasinya.

Namun ia lebih menyasar kepada pemilih muda dan pemilih dari kalangan ibu-ibu. Sebab, saat ini pemilih muda potensial dan besar jumlahnya. Begitu juga para ibu-ibu sangat berpengaruh.

“Dari pemetaan dan juga survei target saya 3000 suara,” ungkap pria yang tinggal di Lingkungan Pemebetan, Kapal, Mengwi, Badung.

Sementara tujuan terjun pada Pileg tahun ini ia menginginkan untuk dapat meringankan beban masyarakat. Seperti yang telah dilakukan bapaknya terdahulu yakni menggelar upacara memukur dan metatah massal secara gratis sehingga tidak memberatkan masyarakat.

“Saya bukan sekadar ikut-ikutan jadi caleg. Tapi dewan saya bisa sebagai fasilitator untuk menyejahterakan masyarakat,” terangnya.

Disinggung mengenai lawan politik tua atau pun incumbent. Ia mengakui memang sulit dikalahkan karena sudah berpengalaman dan memiliki masa yang kuat.

Namun ia juga tidak patah semangat untuk menghadapi para politisi tua dan juga incumbent. “Saya sudah punya strategi untuk itu,” jelasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/