JOANYAR – Sebuah pohon asam yang tertanam di jeroan Pura Dalem Desa Pakraman Joanyar Kaja, tumbang.
Akibatnya batang pohon menimpa sejumlah pelinggih yang terletak di jeroan pura. Para prajuru desa masih berembug, sebelum melakukan pembersihan.
Rencananya langkah pembersihan baru akan dilakukan setelah upacara matur piuning dilakukan. Pohon setinggi 30 meter itu diduga tumbang pada Rabu (12/3) malam lalu.
Namun tumbangnya pohon baru diketahui warga pada Kamis (13/3) pagi. Hingga kemarin (14/3) batang pohon dengan diameter mencapai 1,5 metert tersebut, masih dibiarkan di jeroan pura dalem.
Akibat tumbangnya pohon tersebut, sejumlah pelinggih di jeroan pura mengalami kerusakan. Diantaranya bale piyasan dan pelinggih taru asem yang hancur total.
Selain itu bagian atap pelinggih gedongan juga rusak. Beberapa pelinggih lainnya seperti pelinggih surya, pelinggih bhatara guru, pelinggih taksu, serta sebuah patung juga rusak.
Kelian Desa Pakraman Joanyar Kaja Ketut Suyasa mengatakan, pohon itu diperkirakan berusia lebih dari dua abad.
Menurut cerita para tetua desa, pohon sudah ada di areal pura sejak Joanyar masih menjadi bagian dari Kerajaan Kalianget.
Saat terjadi perpecahan Kerajaan Kalianget, Pura Dalem pun menjadi milik Desa Pakraman Joanyar Kaja.
Setelah pohon tumbang, pada Kamis lalu, Suyasa bersama para prajuru dan tokoh di desa, melakukan pengecekan.
Dari hasil pengecekan sementara, diduga akar pohon sudah kering dan membusuk, sehingga tumbang. Meski akar sudah kering, anehnya daun tetap hijau dan tumbuh subur. Bahkan pohon masih berbuah.
“Kami sudah paruman dan mohon petunjuk secara niskala. Kesimpulan kami ini bencana alam, tidak ada pengaruh niskala. Kemarin (Kamis, Red) juga ada pesuri pura yang kerauhan.
Katanya yang ngelinggihin di pohon ini sudah megingsir (pindah, Red). Jadi tidak ada pengaruh niskala,” tegas Suyasa saat ditemui kemarin.
Sebenarnya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng berencana melakukan pembersihan pohon pada Kamis lalu.
Namun, prajuru desa meminta agar rencana pembersihan itu ditunda lebih dulu. Prajuru desa akan melakukan upacara matur piuning lebih dulu, sekaligus mohon petunjuk mengenai penanganan tersebut.
“Kami akan matur poiuning dulu. Siapa tahu ada petunjuk-petunjuk dari Bhatara/Bhatari, sekaligus mohon keselamatan juga. Apabila sudah siap, kami akan minta bantuan BPBD membersihkan ini,” imbuhnya.
Rencananya di bekas pohon yang tumbang itu, pihak desa pakraman akan membangun pelinggih sepat sari. Desa pakraman juga berharap proses perbaikan pura dapat dibantu pemerintah.
Mengingat biaya yang dibutuhkan cukup besar. Sementara jumlah pengempon pura hanya 600 kepala keluarga, dan 80 persen diantaranya berprofesi sebagai petani.