BANJAR – Wilayah Kabupaten Buleleng bagian timur kini masuk dalam segitiga zona merah kawasan rawan penyebaran virus rabies. Di wilayah ini, kasus rabies amat rentan ditemukan.
Selain populasi anjing liar yang cukup besar, topografi wilayah juga turut menyulitkan petugas melakukan upaya vaksinasi massal.
Kemarin, pemerintah pun melakukan Pencanangan Rabies Massal yang dipusatkan di Wantilan Kertha Locita, Desa Banjar.
Warga setempat berbondong-bondong mendatangi wantilan dengan mengajak anjing-anjing mereka. Anjing yang sudah disuntik kemudian diberi tanda berupa kalung berwarna merah.
Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Dinas Pertanian Buleleng drh. I Wayan Susila mengatakan, pemerintah telah memetakan wilayah-wilayah yang rentan dengan penyebaran rabies.
Untuk tahap awal, pemerintah akan fokus menangani enam desa yang tahun ini masuk dalam zona merah rabies.
Enam desa itu masing-masing Desa Banjar, Desa Banyuseri, Desa Cempaga, Desa Kalianget, Desa Munduk Bestala, serta Desa Unggahan.
“Untuk tahun 2018 dan 2019 sebenarnya total ada 42 desa yang masuk zona merah. Tapi kami prioritaskan enam desa yang tahun ini masuk zona merah rabies.
Setelah tuntas zona merah, baru kami geser ke zona kuning dan zona hijau. Target kami akhir April bisa tuntas semua,” ujar Susila yang ditemui disela-sela acara Pencanangan Rabies Massal di Wantilan Kertha Locita Desa Banjar.
Sementara itu Kabid Pembibitan dan Produksi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Bali drh. Ketut Gede Nata Kusuma mengatakan, Pemprov Bali telah menyiapkan 600ribu ampul vaksin rabies.
Vaksin-vaksin itu digunakan untuk memvaksin hewan penyebar rabies yang ada di seluruh Bali. Jumlah vaksin itu pun disesuaikan dengan estimasi populasi hewan penyebar rabies di Bali.
Nata Kusuma mengatakan, daerah yang mesti mendapat perhatian ekstra adalah wilayah Buleleng yang berbatasan dengan Kabupaten Karangasem maupun Kabupaten Bangli.
“Daerah-daerah itu selalu masuk segitiga kasus. Jadi perlu prioritas penanganan. Kemudian wilayah Banjar dan Seririt juga. Topografi wilayahnya juga cukup menyulitkan dalam melakukan vaksinasi,” kata Nata Kusuma.
Untuk itu pihaknya telah menyiapkan 4ribu orang anggota tim monitoring dan sedikitnya seribu orang petugas vaksinasi yang tergabung dalam A-Team.
Petugas yang tergabung dalam A-Team merupakan pasukan elite dalam tim vaksinasi, karena mereka mampu melakukan vaksinasi dengan jumlah besar. Bahkan acap kali mencapai 80 persen dari total populasi.
Untuk diketahui, populasi hewan penyebar rabies di Kabupaten Buleleng diperkirakan sebanyak 107.033 ekor.
Sementara jumlah hewan yang harus divaksinasi sedikitnya 70 persen dari total populasi, atau sebanyak 74.923 ekor.