SEMARAPURA – Pasca kebakaran, Kamis (28/2) lalu, tumpukan sampah di bekas TPA Sente, Desa Pikat, Kecamatan Dawan yang ditutup akhir 2017 lalu itu masih mengeluarkan asap pekat dan berbau hingga kemarin.
Meski telah dilakukan penyemprotan air sebanyak 6-7 tangki per hari, asap yang muncul dari tumpukan sampah itu tidak kunjung menghilang.
Bahkan, saat perayaan Nyepi lalu, asap yang keluar terbilang cukup banyak hingga memenuhi rumah sejumlah warga.
Salah seorang warga yang rumahnya cukup berdekatan dengan eks TPA Sente, Wayan Narti mengungkapkan, setelah eks TPA Sente mengalami kebakaran, asap pekat dan berbau terus keluar dari tumpukan sampah itu.
Bahkan, asap pekat dan berbau itu keluar cukup banyak saat perayaan Nyepi hingga memenuhi rumahnya. “Kalau sekarang, termasuk sudah mendingan keluar asapnya,” katanya.
Asap pekat dengan bau cukup menyekat itu tentunya telah mengganggu kehidupan sehari-harinya.
Hanya saja karena sudah cukup lama berkutat dengan situasi seperti itu, pihaknya mengaku telah terbiasa. “Mau bagaimana lagi. Sudah terbiasa,” tandasnya.
Hal senada juga diungkapkan, Nengah Suatra warga Desa Dawan Kaler. Menurutnya, asap yang keluar dari tumpukan sampah itu cukup mengganggu.
Lantaran asap yang berbau menyengat itu masuk sampai ke rumah-rumah warga. “Kalau malam hari agak mendingan asapnya. Kemungkinan karena adanya embun,” ujarnya.
Menurutnya, keberadaan eks TPA Sente ini cukup membantu dalam memenuhi pakan ternak sejumlah warga yang tinggal di sekitar eks TPA Sente.
Warga di sekitar eks TPA Sente yang memiliki ternak, hampir tidak pernah membeli pakan khusus karena sudah terpenuhi dari sayuran-mayur yang dibuang warga dan tertampung di eks TPA Sente.
“Termasuk saya juga dapat pakan ternak dari TPA ini. Jadi, keberadaan TPA ini ada keuntungan dan kerugiannya,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan (DLHP) Kabupaten Klungkung, Anak Agung Kirana mengakui kondisi itu.
Menurutnya, asap pekat itu masih keluar hingga saat ini lantaran masih banyak gas methane yang ada di dalam tumpukan sampah setinggi 12 meter itu.
Untuk itu, sekitar 6-7 tangki air disiramkan ke tumpukan sampah tersebut setiap harinya agar asap segera terhenti.
“Kami juga menguruk sampah dengan alat berat agar gas methane tidak terakumulasi di dalam sampah yang akhirnya menyebabkan timbulnya asap dan kebakaran,” terangnya.
Meski TPA Sente telah ditutup akhir 2017 lalu, lebih lanjut diungkapkannya, sebanyak 5-6 truk sampah masih dibawa ke eks TPA Sente untuk diolah sebagai pupuk dan pelet setiap harinya.
Hanya saja, tidak seluruh sampah bisa diolah dalam satu hari itu juga lantaran keterbatasan mesin pengolah sampah.
“Atas kondisi ini, kami juga sudah bersurat ke Gubernur Bali agar bisa membuang sampah di TPA Regional. Namun hingga saat ini belum mendapat respons,” tandasnya.