32.6 C
Jakarta
25 November 2024, 11:11 AM WIB

Sang Raja Duda

Bukan hanya pembaca DI’s Way. Saya pun menanti hasil Pemilu Thailand. Tapi sabar dulu. Hasil resminya baru akan diumumkan tanggal 9 Mei depan. 

Ada yang lebih penting. Menunggu selesainya acara penobatan Raja Thailand. Yang perayaannya akan dilangsungkan tiga hari. Tanggal 4,5,6 Mei 2019.

Ikut ke Bangkok?

Saya tidak. Sudah terjadwal untuk ke belahan dunia yang lain lagi. 

Sebelum penobatan itu Thailand harus ‘reda dari ketegangan’. Harus memasuki masa tenang. Acara-acara sakral sedang disiapkan. Tokoh-tokoh ulama Budha lagi konsentrasi. Termasuk menyiapkan tempat pemandian. Sebagai puncak penobatan raja baru Maha Vajiralongkorn. Yang akan bergelar Rama X.

Sebenarnya sudah lebih tiga tahun Vajiralongkorn menjadi raja. Sejak ayahnya meninggal tahun 2016. Dalam usia 88 tahun. Tapi sang raja belum boleh mengenakan gelar Rama.

Penobatan itu nanti akan menjadi perayaan terbesar di Thailand. Selama 70 tahun terakhir. Generasi yang kini berumur 70 tahun ke bawah belum pernah tahu. Seperti apa penobatan raja itu. Pun 70 tahun lalu belum ada YouTube. Yang bisa meng-upload acara penobatan raja Bhumibol Adulyadej.

Tentu para politisi tidak mau diam. Masa tenang begitu panjang. Lebih dari cukup untuk dagang sapi.

Hasil Pemilu 24 Maret lalu sebenarnya sudah jelas. Meski belum resmi.

Partai oposisi merebut kursi paling banyak. Partai Pheu Thai. Mendapat 137 kursi. Dibanding partai penguasa. Palang Pracharat. Yang mendapat 118 kursi.

Tapi belum tentu oposisi yang akan berkuasa. Masing-masing partai belum mencukupi separo dari total kursi parlemen. Yang 500 kursi itu.

Partai-partai pro penguasa rasanya lebih banyak kursi. Bisa jadi perdana menteri yang sekarang akan terpilih: Prayut Chan-o-cha.

Ia adalah jendral yang memimpin kudeta tahun 2014 lalu. Yang berjanji akan segera melakukan pemilu demokratis. Tapi diundur terus. Baru 24 Maret lalu terlaksana. Ia menjadi perdana menteri karena mengkudeta Yingluck, adik perempuan Taksin Shinawatra. 

Usaha penguasa untuk menang luar biasa. Dua partai oposisi dihambat habis-habisan. 

Termasuk partai idola anak muda dan emak-emak: Future Forward Party. Yang dipimpin pengusaha muda: Thanathorn Jungrungreangkit. Yang seminggu sebelum pemilu dijadikan tersangka.

Tapi Thanathorn masih mendapat 87 kursi. Hanya saja, pun kalau digabung dengan Pheu Thai belum juga mayoritas.

Partai utama oposisi sendiri sempat dilarang ikut Pemilu. Penyebabnya: mencalonkan saudara perempuan raja menjadi perdana menteri. Kalau partainya menang.

Ini dianggap pelanggaran pemilu: menyeret keluarga kerajaan ke arena politik.

Padahal sang wanita sudah terlanjur mau. Dianggap aman. Toh si saudara sudah merasa meninggalkan hak-haknya di kerajaan. Sejak dia memutuskan kawin dengan orang bule Amerika. Teman kuliahnya di Amerika. Yang sudah pula menceraikannya. 

Pemilu di Thailand diikuti –ampuuun– 78 partai. Tapi hanya beberapa yang mendapat kursi lebih 10. Yang 61 partai mendapat 0 kursi. Tiga lagi hanya meraih masing-masing 1 kursi.

Sistem pemilu di sana juga baru. Kursi yang diperebutkan berdasarkan dapil hanya 350 kursi. Yang 150 kursi lagi untuk mengakomodasikan perolehan suara secara nasional. Yang dalam pemilu lalu banyak hilang begitu saja. Terbuang saat penghitungan suara per dapil dilakukan.

Kini ada kursi yang dibagikan ke partai. Secara proporsional. Berdasarkan banyaknya perolehan suara secara nasional.

Dengan perolehan kursi seperti itu nyaris tidak ada yang berani mengklaim sebagai pemenang. Ada suara minor: masing-masing mengklaim sebagai pemenangnya.

Di Thailand jumlah yang mendaftar ikut pemilu 51 juta orang. Yang mencoblos 75 persennya. Sempat tegang. Penuh protes. KPU-nya menerima pengaduan lebih dari 1000 kasus. Terutama banyaknya pelanggaran yang dilakukan partai penguasa. 

Sementara harap tenang. Reda dulu.

Perhatian pindah fokus ke penobatan raja baru. Yang berstatus duda. Setelah bercerai tiga kali. Dengan total anak 7 orang. Dengan umurnya yang kini 66 tahun.

Rakyat Thai begitu menghormati raja. Tidak peduli lagi nakalnya si calon raja. Terutama di saat mudanya. Yang terkenal hobi melakukan apa saja. Yang jelek-jelek.

Selamat datang Rama.

Semoga diberi umur panjang. Untuk berubah total. Menjadi raja mulia. Raja bijaksana. Agar khusnul khotimah.

Bukan hanya pembaca DI’s Way. Saya pun menanti hasil Pemilu Thailand. Tapi sabar dulu. Hasil resminya baru akan diumumkan tanggal 9 Mei depan. 

Ada yang lebih penting. Menunggu selesainya acara penobatan Raja Thailand. Yang perayaannya akan dilangsungkan tiga hari. Tanggal 4,5,6 Mei 2019.

Ikut ke Bangkok?

Saya tidak. Sudah terjadwal untuk ke belahan dunia yang lain lagi. 

Sebelum penobatan itu Thailand harus ‘reda dari ketegangan’. Harus memasuki masa tenang. Acara-acara sakral sedang disiapkan. Tokoh-tokoh ulama Budha lagi konsentrasi. Termasuk menyiapkan tempat pemandian. Sebagai puncak penobatan raja baru Maha Vajiralongkorn. Yang akan bergelar Rama X.

Sebenarnya sudah lebih tiga tahun Vajiralongkorn menjadi raja. Sejak ayahnya meninggal tahun 2016. Dalam usia 88 tahun. Tapi sang raja belum boleh mengenakan gelar Rama.

Penobatan itu nanti akan menjadi perayaan terbesar di Thailand. Selama 70 tahun terakhir. Generasi yang kini berumur 70 tahun ke bawah belum pernah tahu. Seperti apa penobatan raja itu. Pun 70 tahun lalu belum ada YouTube. Yang bisa meng-upload acara penobatan raja Bhumibol Adulyadej.

Tentu para politisi tidak mau diam. Masa tenang begitu panjang. Lebih dari cukup untuk dagang sapi.

Hasil Pemilu 24 Maret lalu sebenarnya sudah jelas. Meski belum resmi.

Partai oposisi merebut kursi paling banyak. Partai Pheu Thai. Mendapat 137 kursi. Dibanding partai penguasa. Palang Pracharat. Yang mendapat 118 kursi.

Tapi belum tentu oposisi yang akan berkuasa. Masing-masing partai belum mencukupi separo dari total kursi parlemen. Yang 500 kursi itu.

Partai-partai pro penguasa rasanya lebih banyak kursi. Bisa jadi perdana menteri yang sekarang akan terpilih: Prayut Chan-o-cha.

Ia adalah jendral yang memimpin kudeta tahun 2014 lalu. Yang berjanji akan segera melakukan pemilu demokratis. Tapi diundur terus. Baru 24 Maret lalu terlaksana. Ia menjadi perdana menteri karena mengkudeta Yingluck, adik perempuan Taksin Shinawatra. 

Usaha penguasa untuk menang luar biasa. Dua partai oposisi dihambat habis-habisan. 

Termasuk partai idola anak muda dan emak-emak: Future Forward Party. Yang dipimpin pengusaha muda: Thanathorn Jungrungreangkit. Yang seminggu sebelum pemilu dijadikan tersangka.

Tapi Thanathorn masih mendapat 87 kursi. Hanya saja, pun kalau digabung dengan Pheu Thai belum juga mayoritas.

Partai utama oposisi sendiri sempat dilarang ikut Pemilu. Penyebabnya: mencalonkan saudara perempuan raja menjadi perdana menteri. Kalau partainya menang.

Ini dianggap pelanggaran pemilu: menyeret keluarga kerajaan ke arena politik.

Padahal sang wanita sudah terlanjur mau. Dianggap aman. Toh si saudara sudah merasa meninggalkan hak-haknya di kerajaan. Sejak dia memutuskan kawin dengan orang bule Amerika. Teman kuliahnya di Amerika. Yang sudah pula menceraikannya. 

Pemilu di Thailand diikuti –ampuuun– 78 partai. Tapi hanya beberapa yang mendapat kursi lebih 10. Yang 61 partai mendapat 0 kursi. Tiga lagi hanya meraih masing-masing 1 kursi.

Sistem pemilu di sana juga baru. Kursi yang diperebutkan berdasarkan dapil hanya 350 kursi. Yang 150 kursi lagi untuk mengakomodasikan perolehan suara secara nasional. Yang dalam pemilu lalu banyak hilang begitu saja. Terbuang saat penghitungan suara per dapil dilakukan.

Kini ada kursi yang dibagikan ke partai. Secara proporsional. Berdasarkan banyaknya perolehan suara secara nasional.

Dengan perolehan kursi seperti itu nyaris tidak ada yang berani mengklaim sebagai pemenang. Ada suara minor: masing-masing mengklaim sebagai pemenangnya.

Di Thailand jumlah yang mendaftar ikut pemilu 51 juta orang. Yang mencoblos 75 persennya. Sempat tegang. Penuh protes. KPU-nya menerima pengaduan lebih dari 1000 kasus. Terutama banyaknya pelanggaran yang dilakukan partai penguasa. 

Sementara harap tenang. Reda dulu.

Perhatian pindah fokus ke penobatan raja baru. Yang berstatus duda. Setelah bercerai tiga kali. Dengan total anak 7 orang. Dengan umurnya yang kini 66 tahun.

Rakyat Thai begitu menghormati raja. Tidak peduli lagi nakalnya si calon raja. Terutama di saat mudanya. Yang terkenal hobi melakukan apa saja. Yang jelek-jelek.

Selamat datang Rama.

Semoga diberi umur panjang. Untuk berubah total. Menjadi raja mulia. Raja bijaksana. Agar khusnul khotimah.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/