GIANYAR – Sebanyak 470 bonsai berbagai jenis ikut kontes di lapangan Astina sejak kemarin (24/4) hingga 1 Mei mendatang.
Bonsai yang kontes dari kategori prospek sebanyak 225 pohon, regional 172 pohon, madya 38 pohon, utama 20 pohon dan bintang 15 pohon.
Harganya pun dari puluhan juta hingga termahal menembus Rp 300 juta. Ketua panitia pameran bonsai, Wayan Artana,
didampingi Ketua Perkumpulan Penggemar Bonsai Indonesia (PPBI) Gianyar, Gusti Bagus Widya Utama,
menyatakan para peserta yang hadir ini dari berbagai daerah, di antaranya Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali, Lombok dan NTB.
“Ini kontes nasional, pameran ini juga dinilai oleh 9 juri yang diketuai Rudi Nayowan, asal Jakarta. Kalau dari Bali, juri anggota, Yok Puspajaya dari Karangasem,” ujar Artana.
Kata dia, penilaian sudah dimulai sejak dua hari lalu. “Penilaian, ada komposisi, pot, ranting dinilai. Ada rumus penilaian.
Ada pohon ekstrim yang meliuk-liuk. Ada pohon formal. Ada pohon kecil, tapi pot besar, tidak sesuai. Tata letak juga dilihat,” jelasnya.
Kata Artana, bonsai terbaik nanti memperoleh dua hingga tiga piala yang disediakan oleh panitia.
“Yang terbaik di masing-masing kelas dapat 2 piala, piala best class dan piala best 10. Untuk kontestas terbaik keseluruhan bisa mendapat lagi piala the best in show,” jelasnya.
Diakui, untuk harga bonsai yang ikut pameran ini dipastikan mencapai puluhan bahkan ratusan juta. “Ada peserta yang menawarkan harga ke saya Rp 300 juta di kelas regional.
Kalau kelas bintang, kami tidak tahu, itu seni. Di antara pohon ini ada harganya ratusan. Kalau terendah harganya puluhan juta sudah pasti,” terangnya.
Selain kontes bonsai, juga ada bursa atau dagangan bonsai sebanyak 16 stand. Bursa juga menjual bakalan bonsai.
“Di bursa saja ada harganya rata-rata Rp 15-30 juta. Tapi ada yang Rp 1-3 juta. Di bursa ada yang sudah laku Rp 50 juta,
itupun bakalan. Ada bursa dari Bandung, bayangkan Bandung ke sini, artinya pameran Gianyar ini menarik,” terangnya.
Lanjut Artana, dalam kontes ini PPBI juga memantau pohon bonsai. “Setiap pohon ini punya raport berapa kali ikut kontes dan nilainya apa itu ada dalam rapor. Belum tentu pohon bintang lebih baik dari pohon regional,” jelas penasihat PPBI Bali itu.
“Kalau ada pohon kelas regional tanpa alat bantu, bisa ini mengalahkan kategori utama dan bintang sesuai penilaian PPBI. Perkumpulan yang mengeluarkan standar pohon itu,” tukasnya.