SINGARAJA – Harga bawang di pasar tradisional kini melonjak tajam. Bawang merah yang tadinya berkisar antara Rp 30ribu sampai Rp 35 ribu, kini naik nyaris dua kali lipat.
Faktor cuaca disebut mempengaruhi harga, lantaran banyak petani yang memilih tak menanam bawang selama musim penghujan.
Pantauan Jawa Pos Radar Bali di pasar tradisional, kini bawang dijual dengan harga antara Rp 40ribu hingga Rp 50ribu per kilogram. Kenaikan itu disebut sudah terjadi sejak sebulan terakhir.
Salah seorang pedagang di Pasar Anyar Singaraja, Komang Widia mengatakan, kenaikan harga bawang sudah terjadi sejak sebulan terakhir.
Pedagang memang membeli bawang degan harga lebih mahal dari pemasok. Sehingga pedagang di pasar tradisional pun terpaksa menaikkan harga jual.
“Memang sudah sebulan ini pelan-pelan naik. Apalagi dua minggu ini naiknya tinggi sekali. Naiknya itu sekitar Rp 10ribu sampai Rp 15ribu per kilogram,” kata Widia.
Kenaikan itu diakui karena pasokan bawang kini sangat terbatas. Para petani biasanya menghindari menanam pada musim penghujan. Sebab potensi gagal panen cukup besar.
Kabid Hortikultura Dinas Pertanian Buleleng I Gede Subudi mengatakan, rata-rata petani memang menghindari musim tanam pada Januari hingga Maret.
Alasannya petani menghindari musim penghujan. Praktis pasokan bawang ke pasaran pun tersendat.
“Memang awal tahun petani menghindari menanam bawang. Bawang merah itu paling tidak kuat dengan air hujan. Semalam saja terendam, bisa busuk dia. Memang ada sih yang menanam, tapi tidak banyak,” kata Subudi.
Selama beberapa bulan terakhir, petani Buleleng kesulitan menyuplai pasokna ke pasar tradisional. Kini kebanyakan bawang disuplai petani dari Bangli. Bahkan beberapa bawang dari Pulau Jawa juga ada yang masuk ke Buleleng.
Mengatasi masalah tersebut, Dinas Pertanian Buleleng kini menggenjot petani menanam bawang. Kini sudah ada 50 hektare lahan yang ditanami bawang.
Sebanyak 30 hektare diantaranya ditanami di Kecamatan Sawan dan Kecamatan Gerokgak. Selain itu pemerintah juga mendorong petani di sejumlah desa menanam bawang merah.
Di antaranya di Desa Penglatan seluas 5 hektare, Desa Kubutambahan seluas 5 hektare, dan Desa Sanggalangit seluas 10 hektare.
“Target kami dalam beberapa bulan kedepan pasokan sudah aman. Paling tidak saat Idul Fitri nanti tidak ada lonjakan tajam,” katanya.
Asal tahu saja, komoditas bawang merah biasanya bisa ditanam 3-4 kali dalam setahun. Pada 2018 lalu, Buleleng memproduksi 478 ton bawang merah, dengan luas tanam seluas 48 hektare.