29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 9:21 AM WIB

Kompetisi Pra-Musim Penuh Kontroversi, Coach Teco Dukung VAR

CANGGU – Berbagai kontroversi mewarnai beberapa pertandingan yang terjadi di kompetisi Indonesia, khususnya musim ini.

Yang teranyar tentu saja saat babak delapan besar Piala Indonesia 2018. Tiga pertandingan yang sudah dijalani terjadi kontroversi.

Pertama saat laga antara PSM Makassar menghadapi Bhayangkara FC. Pada menit ke-28, bek Bhayangkara FC Anderson Salles melakukan sepakan bebas.

Bola sepakan Salles membentur mistar gawang dan jatuh di belakang garis gawang PSM. Namun, wasit tidak mengesahkan gol tersebut padahal dalam tayangan ulang sudah sangat jelas bola sudah melewati garis.

 Lalu saat laga antara Borneo FC menghadapi tuan rumah Persib Bandung. Di babak kedua, Renan Silva dianggap melakukan handsball, padahal dari tayangan ulang sangat jelas bola mengenai dada bek asal Brazil tersebut.

Tapi, pengadil lapangan tetap menganggap pelanggaran dan menunjuk titik putih. Terakhir saat Bali United menghadapi tuan rumah Persija Jakarta.

Beberapa keputusan kontroversial terjadi. Pertama saat wasit menunjuk titik putih karena Brwa Nouri dianggap handsball.

Dari tayangan ulang, memang bola sepakan Novri mengenai tangan Nouri, tetapi yang menjadi perdebatan adalah wasit yang tidak melihat.

Yang melihat justru hakim garis padahal awalnya wasit tidak menunjuk titik putih. Itu yang membuat pemain Serdadu Tridatu geram.

Yang kedua, kartu merah yang didapat I Made Andhika Wijaya karena dianggap melanggar dengan keras Riko Simanjuntak.

Padahal tekel yang dilakukan Andhika bersih mengenai bola. Berbagai insiden ini memicu operator liga amatir di Bandung

yakni Bandung Premier League untuk menjadi operator Video Assistant Referee (VAR) di Liga 1 2019 tanpa dibayar.

Padahal Thailand juga sudah lebih dulu menggunakan VAR sejak musim lalu. Ada yang setuju, dan juga ada yang tidak karena indahnya sepakbola adalah drama dan kontroversi.

Pelatih Bali United Stefano Teco Cugurra setuju VAR digunakan di Liga 1. Namun, Teco menganggap hal tersebut tidak akan mungkin terjadi musim ini.

“Saya pikir tidak untuk musim ini. Mungkin saja dalam beberapa musim kedepan untuk menunggu kesiapan liga. Kompetisi musim ini juga sudah akan berjalan.

Ada dua sisi sebenarnya dalam penggunaan VAR. Tergantung bisa dilihat dari sisi baik atau tidaknya. Beberapa negara juga ada kontroversi penggunaan VAR,” imbuhnya.

Coach Teco mencoba mendukung agar persepakbolaan di Indonesia bisa lebih maju dan berkembang dari negara lain, terutama dari negara tetangga di Asia Tenggara.

“Bisa dicoba dan pasti bisa lebih bagus. Saya ingin sepakbola di Indonesia bisa lebih maju dan bagus. Tapi, sekali lagi, harus tahu juga siapa yang membuat keputusan dalam VAR nanti,” tuturnya.

CANGGU – Berbagai kontroversi mewarnai beberapa pertandingan yang terjadi di kompetisi Indonesia, khususnya musim ini.

Yang teranyar tentu saja saat babak delapan besar Piala Indonesia 2018. Tiga pertandingan yang sudah dijalani terjadi kontroversi.

Pertama saat laga antara PSM Makassar menghadapi Bhayangkara FC. Pada menit ke-28, bek Bhayangkara FC Anderson Salles melakukan sepakan bebas.

Bola sepakan Salles membentur mistar gawang dan jatuh di belakang garis gawang PSM. Namun, wasit tidak mengesahkan gol tersebut padahal dalam tayangan ulang sudah sangat jelas bola sudah melewati garis.

 Lalu saat laga antara Borneo FC menghadapi tuan rumah Persib Bandung. Di babak kedua, Renan Silva dianggap melakukan handsball, padahal dari tayangan ulang sangat jelas bola mengenai dada bek asal Brazil tersebut.

Tapi, pengadil lapangan tetap menganggap pelanggaran dan menunjuk titik putih. Terakhir saat Bali United menghadapi tuan rumah Persija Jakarta.

Beberapa keputusan kontroversial terjadi. Pertama saat wasit menunjuk titik putih karena Brwa Nouri dianggap handsball.

Dari tayangan ulang, memang bola sepakan Novri mengenai tangan Nouri, tetapi yang menjadi perdebatan adalah wasit yang tidak melihat.

Yang melihat justru hakim garis padahal awalnya wasit tidak menunjuk titik putih. Itu yang membuat pemain Serdadu Tridatu geram.

Yang kedua, kartu merah yang didapat I Made Andhika Wijaya karena dianggap melanggar dengan keras Riko Simanjuntak.

Padahal tekel yang dilakukan Andhika bersih mengenai bola. Berbagai insiden ini memicu operator liga amatir di Bandung

yakni Bandung Premier League untuk menjadi operator Video Assistant Referee (VAR) di Liga 1 2019 tanpa dibayar.

Padahal Thailand juga sudah lebih dulu menggunakan VAR sejak musim lalu. Ada yang setuju, dan juga ada yang tidak karena indahnya sepakbola adalah drama dan kontroversi.

Pelatih Bali United Stefano Teco Cugurra setuju VAR digunakan di Liga 1. Namun, Teco menganggap hal tersebut tidak akan mungkin terjadi musim ini.

“Saya pikir tidak untuk musim ini. Mungkin saja dalam beberapa musim kedepan untuk menunggu kesiapan liga. Kompetisi musim ini juga sudah akan berjalan.

Ada dua sisi sebenarnya dalam penggunaan VAR. Tergantung bisa dilihat dari sisi baik atau tidaknya. Beberapa negara juga ada kontroversi penggunaan VAR,” imbuhnya.

Coach Teco mencoba mendukung agar persepakbolaan di Indonesia bisa lebih maju dan berkembang dari negara lain, terutama dari negara tetangga di Asia Tenggara.

“Bisa dicoba dan pasti bisa lebih bagus. Saya ingin sepakbola di Indonesia bisa lebih maju dan bagus. Tapi, sekali lagi, harus tahu juga siapa yang membuat keputusan dalam VAR nanti,” tuturnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/