27.3 C
Jakarta
20 November 2024, 17:55 PM WIB

Keren, Nano Sukses Lahirkan Ulatan Bambu Siput Raksasa

DENPASAR – Seniman nyentrik, I Wayan Sudarna Putra atau yang akrab disapa Nano kembali menunjukkan konsistensijya dalam menekuni seni instalasi berbahan bambu.

Karya terbarunya yang saat ini tengah ia garap adalah, anyaman (ulatan) bambu berbentuk siput dengan ukuran raksasa yang diperuntukkan untuk salah satu restoran di kawasan Petitenget. 

Nano menuturkan karya yang ia buat untuk even bertajuk future desain week ini akan di launching pada 17 Mei mendatang.

Ukuran ulatan siput ini sendiri mencapai panjang 20 meter, lebar 4 meter dengan tinggi 5,5 meter.

“Ini karya saya paling besar yang pernah saya buat. Modulnya saya buat di rumah, di restoran tinggal gabung saja biar mudah,” kata Nano kemarin. 

Konsepnya sendiri ia serap dari hasil obrolan dengan pihak yang diajak kerjasama. Dari pihak restoran meminta konsep yang ingin diterapkan yakni sesuatu yang berkelanjutan dengan bentuk terowongan.

Dari konsep dasar itu, Nano selanjutnya menangkap karya yang ia buat. “Akhirnya saya putuskan untuk membuat binatang siput.

Tapi, karya siput saya ini bukan yang realis tapi bersifat imajinatif, tidak sama persis seperti bentuk siput,” ujar pria berambut gimbal ini. 

Dia menjelaskan, dalam proses menganyam bambu itu sebenarnya ketika ditarik sudah mewakili konsep berkelanjutan.

Menurutnya, dalam menganyam itu ada semacam perbedaan sudut pandang kadang saling menuding dan mengkritik.

“Tapi, itu ada tujuan yang sama yakni berkelanjutan, ulatan ini akan terus ada alurnya tidak ada putusnya dan dia fleksibel, dia butuh konsistensi.

Hal inilah yang ada pada sifat siput, meski jalannya lambat, tapi dia konsisten untuk mencapai satu tujuan,” jelas seniman asal Ubud yang kini menetap di Tabanan.

Karya ulatan siput rakasasanya ini nantinya akan ditempatkan di pintu masuk restoran, dan akan dilewati pengunjung.

“Ketika kita melewati sebuah terowongan memang kita semacam dipaksa. Saat melewati terowongan itu nanti secara otomatis

akan melambatkan gerak, karena bentuk terowongan seperti siout itu, tapi meski lambat asal sampai,” tandasnya. 

Lamanya pengerjaan ini membutuhkan waktu selama dia minggu. Dalam proses pengerjaan Nano tidak sendiri, namun melibatkan teman-teman terdekatnya berjumlah 12 orang. 

DENPASAR – Seniman nyentrik, I Wayan Sudarna Putra atau yang akrab disapa Nano kembali menunjukkan konsistensijya dalam menekuni seni instalasi berbahan bambu.

Karya terbarunya yang saat ini tengah ia garap adalah, anyaman (ulatan) bambu berbentuk siput dengan ukuran raksasa yang diperuntukkan untuk salah satu restoran di kawasan Petitenget. 

Nano menuturkan karya yang ia buat untuk even bertajuk future desain week ini akan di launching pada 17 Mei mendatang.

Ukuran ulatan siput ini sendiri mencapai panjang 20 meter, lebar 4 meter dengan tinggi 5,5 meter.

“Ini karya saya paling besar yang pernah saya buat. Modulnya saya buat di rumah, di restoran tinggal gabung saja biar mudah,” kata Nano kemarin. 

Konsepnya sendiri ia serap dari hasil obrolan dengan pihak yang diajak kerjasama. Dari pihak restoran meminta konsep yang ingin diterapkan yakni sesuatu yang berkelanjutan dengan bentuk terowongan.

Dari konsep dasar itu, Nano selanjutnya menangkap karya yang ia buat. “Akhirnya saya putuskan untuk membuat binatang siput.

Tapi, karya siput saya ini bukan yang realis tapi bersifat imajinatif, tidak sama persis seperti bentuk siput,” ujar pria berambut gimbal ini. 

Dia menjelaskan, dalam proses menganyam bambu itu sebenarnya ketika ditarik sudah mewakili konsep berkelanjutan.

Menurutnya, dalam menganyam itu ada semacam perbedaan sudut pandang kadang saling menuding dan mengkritik.

“Tapi, itu ada tujuan yang sama yakni berkelanjutan, ulatan ini akan terus ada alurnya tidak ada putusnya dan dia fleksibel, dia butuh konsistensi.

Hal inilah yang ada pada sifat siput, meski jalannya lambat, tapi dia konsisten untuk mencapai satu tujuan,” jelas seniman asal Ubud yang kini menetap di Tabanan.

Karya ulatan siput rakasasanya ini nantinya akan ditempatkan di pintu masuk restoran, dan akan dilewati pengunjung.

“Ketika kita melewati sebuah terowongan memang kita semacam dipaksa. Saat melewati terowongan itu nanti secara otomatis

akan melambatkan gerak, karena bentuk terowongan seperti siout itu, tapi meski lambat asal sampai,” tandasnya. 

Lamanya pengerjaan ini membutuhkan waktu selama dia minggu. Dalam proses pengerjaan Nano tidak sendiri, namun melibatkan teman-teman terdekatnya berjumlah 12 orang. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/