25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 7:46 AM WIB

Warga dan Peziarah Ramai Kunjungi Setra Desa dan TMP Curastana

SINGARAJA – Hari raya Pagerwesi di Kabupaten Buleleng dirayakan dengan meriah.

 

Seperti menjadi tradisi saat hari raya, selain menggelar persembahyangan, umat Hindu juga  tumpah ruah di jalan, pura termasuk Taman Makam Pahlawan (TMP) Curastana maupun setra desa.

 

Seperti yang dilakukan Luh Putu Arsini. Hampir tiap hari raya Pagerwesi ia selalu menyempatkan diri datang ke taman makam pahlawan dan menghaturkan banten penek di pusara leluhurnya. Saat di pusara ia sekaligus berdoa dan memohon tuntunan pada leluhurnya yang gugur sebagai veteran.

 

“Kalau Pagerwesi biasanya dapat saja kesini. Kalau tidak kesini, paling tidak ngayat dari sanggah merajan di rumah. Kalau tidak begitu, rasanya selalu ada yang kurang,” kata Arsini.

 

Hal serupa diungkapkan Ketut Suarni. Ia adalah keluarga pejuang revolusi I Made Dana, yang berasal dari Kelurahan Sukasada. Konon I Made Dana tewas ditembak tentara Belanda saat memegang bambu runcing. Ketika itu, Dana terlibat dalam perang mempertahankan kemerdekaan.

 

Menurutnya ziarah ke taman makam bukan hanya dilakukan pada hari raya Pagerwesi saja. Namun juga sejumlah momen lain, baik itu Galungan, hari kemerdekaan, termasuk hari pahlawan.

 

“Karena almarhum sudah di­-aben, jadinya banten penek saja. Setiap Pagerwesi dan Galungan pasti kesini, menghaturkan banten. Kalau 17 Agustus atau hari pahlawan, ziarah tabur bunga. Kalau tidak kesini, rasanya ada saja yang kurang. Anak-anak juga sering mengingatkan biar ke makam,” tukas Suarni.

SINGARAJA – Hari raya Pagerwesi di Kabupaten Buleleng dirayakan dengan meriah.

 

Seperti menjadi tradisi saat hari raya, selain menggelar persembahyangan, umat Hindu juga  tumpah ruah di jalan, pura termasuk Taman Makam Pahlawan (TMP) Curastana maupun setra desa.

 

Seperti yang dilakukan Luh Putu Arsini. Hampir tiap hari raya Pagerwesi ia selalu menyempatkan diri datang ke taman makam pahlawan dan menghaturkan banten penek di pusara leluhurnya. Saat di pusara ia sekaligus berdoa dan memohon tuntunan pada leluhurnya yang gugur sebagai veteran.

 

“Kalau Pagerwesi biasanya dapat saja kesini. Kalau tidak kesini, paling tidak ngayat dari sanggah merajan di rumah. Kalau tidak begitu, rasanya selalu ada yang kurang,” kata Arsini.

 

Hal serupa diungkapkan Ketut Suarni. Ia adalah keluarga pejuang revolusi I Made Dana, yang berasal dari Kelurahan Sukasada. Konon I Made Dana tewas ditembak tentara Belanda saat memegang bambu runcing. Ketika itu, Dana terlibat dalam perang mempertahankan kemerdekaan.

 

Menurutnya ziarah ke taman makam bukan hanya dilakukan pada hari raya Pagerwesi saja. Namun juga sejumlah momen lain, baik itu Galungan, hari kemerdekaan, termasuk hari pahlawan.

 

“Karena almarhum sudah di­-aben, jadinya banten penek saja. Setiap Pagerwesi dan Galungan pasti kesini, menghaturkan banten. Kalau 17 Agustus atau hari pahlawan, ziarah tabur bunga. Kalau tidak kesini, rasanya ada saja yang kurang. Anak-anak juga sering mengingatkan biar ke makam,” tukas Suarni.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/