Memprihatinkan! Begitulah saat Jawa Pos Radar Bali menyambangi keluarga miskin asal Banjar Werdhi Guna, Jasri Kaler, Kelurahan Subagan, Karangasem.
Selain hidup dalam kondisi sangat kekurangan, pasutri yang hanya bisa hidup mengandalkan dari hasil sebagai buruh serabutan itu juga harus tinggal di rumah reot dan nyaris ambruk.
WAYAN PUTRA, Karangasem
Pasrah, demikian kata yang hanya bisa terlontar dari pasangan suami istri (Pasutri) Komang Jumiarta 36 dan Ni Nengah Kariyani 34.
Dalam kondisi hidup pas-pasan dan bekerja sebagai buruh serabutan, Komang Jumiarta mengaku tak bisa berbuat banyak dengan kondisi hidup yang tengah ia jalani saat ini.
Selain harus bekerja mati-matian, istrinya Kariyani juga menderita lumpuh akibat terserang polio.
“Istri juga kebetulan sempat mengalami kecelakaan tertabrak motor dan harus pakai tongkat untuk jalan,”aku Jumiarta.
Dalam kondisi keterbatasan itu, kedua pasutri ini juga harus tetap menghidupi dua anak mereka.
Mirisnya lagi, dengan kondisi yang memprihatinkan dengan tak ada satupun barang berharga di rumahnya, mereka juga tak lagi bisa berfikir untuk memperbaiki rumahnya yang sudah reot dan nyaris ambruk.
Atap keropos dan genting rumah mereka juga banyak rusak, pecah, dan nyaris jatuh mereka biarkan karena keterbatasan biaya.
“Kami takut kalau tinggal di dalam rumah. Makanya sehari-hari kami terpaksa tidur di teras,”akunya.
Kini dengan penghasilan Rp 50 ribu sehari, Jumiarta hanya bisa berharap ada bantuan dari pemerintah.
“Mudah-mudahan saja ada bantuan dari pemerintah.
Kami pasrah, karena untuk makan sehari-hari kami jauh dari kurang, kami tak mampu lagi berfikir untuk biaya perbaiki rumah dengan kondisi begini,”tukasnya.