25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 8:15 AM WIB

Rawat Persatuan Bangsa dengan Sumpah Amukti Palapa

MANGUPURA – Pemerintah Kabupaten Badung memperingati Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) ke-111 yang jatuh setiap 20 Mei dalam apel peringatan, Senin (20/5) di lapangan Puspem Badung.

Bertindak selaku inspektur upacara Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta, apel diikuti wakil bupati Badung, ketua dan anggota DPRD Badung,

Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Kabupaten Badung, Sekda Badung, Kepala Perangkat Daerah, organisasi wanita serta, ASN Badung.

Amanat Menteri Komunikasi dan Informatika RI Rudiantara yang dibacakan Bupati Giri Prasta menyampaikan, Peringatan Hari Kebangkitan Nasional yang ke-111,  20 Mei 2019 kali ini sangat relevan jika dimaknai dengan teks Sumpah Palapa.

Dalam naskah Sumpah Palapa yang ditemukan pada Kitab Pararaton tertulis: Sira Gajah Madapatih Amangkubhumi tan ayun amuktia palapa, sira Gajah Mada:

Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa”.

Memang ada banyak versi tafsiran atas teks tersebut, terutama tentang apa yang dimaksud dengan “amukti palapa”.

Namun meski sampai saat ini masih belum diperoleh pengetahuan yang pasti, umumnya para ahli sepakat bahwa amukti palapa berarti sesuatu yang berkaitan dengan diri sang Mahapatih Gajah Mada.

Artinya, ia tak akan menghentikan mati raga atau puasanya sebelum mempersatukan Nusantara. Sumpah Palapa tersebut merupakan embrio paling kuat bagi janin persatuan Indonesia.

Wilayah Nusantara yang disatukan oleh Gajah Mada telah menjadi acuan bagi perjuangan berat para pahlawan nasional kita

untuk mengikat wilayah Indonesia seperti yang secara de jure terwujud dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia saat ini.

Kita berada dalam situasi pasca-pesta demokrasi yang menguras energi dan emosi sebagian besar masyarakat kita. Kita mengaspirasikan pilihan yang berbeda-beda dalam pemilu, namun semua pilihan pasti kita niatkan untuk kebaikan bangsa.

Telah lebih satu abad kita menorehkan catatan penghormatan dan penghargaan atas kemajemukan bangsa yang ditandai dengan berdirinya organisasi Boedi Oetomo.

Dalam kondisi kemajemukan bahasa, suku, agama, kebudayaan, ditingkah bentang geografis yang merupakan salah satu yang paling ekstrem di dunia, kita membuktikan bahwa mampu menjaga persatuan sampai detik ini.

Oleh sebab itu, tak diragukan lagi bahwa kita pasti akan mampu segera kembali bersatu dari kerenggangan perbedaan pendapat,

dari keterbelahan sosial, dengan memikirkan kepentingan yang lebih luas bagi anak cucu bangsa ini, yaitu persatuan Indonesia.

Apalagi peringatan Hari Kebangkitan Nasional kali ini juga dilangsungkan dalam suasana bulan Ramadan.

Dengan semua harapan tersebut, kiranya sangat relevan apabila peringatan Hari Kebangkitan Nasional, disematkan tema “Bangkit Untuk Bersatu”. 

Kebangkitan untuk Persatuan. Semangat persatuan dan gotong-royong telah mengakar dan menyebar di seluruh Nusantara. Ini dibuktikan dengan berbagai

ungkapan tentang kearifan mengutamakan persatuan yang terdapat di seluruh suku, adat, dan budaya yang ada di Indonesia.

Sebagaimana diserukan oleh Bapak Presiden Joko Widodo pada pidato di depan sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 2018 lalu.

Dari tanah Minang kita diimbau dengan petuah ‘Barek samo dipikua, ringan samo dijinjiang’. Kita juga diwarisi pepatah Sunda yang berbunyi ‘Sacangreud pageuh, sagolek pangkek’. 

Dari Bumi Anging Mamiri, kita bersama-sama belajar ‘Reso temma-ngingi, nama-lomo, nale-tei, pammase dewata’. 

Dari Bumi Gora, kita diminta: ‘Bareng bejukung, bareng bebose’. Dari Banua Banjar kita bersama-sama menjunjung ‘Waja sampai kaputing’. Semua menganjurkan bekerja secara gotong royong.

Meski kita gali dari kearifan nenek moyang kita yang telah dipupuk selama berabad-abad, namun sejatinya jiwa gotong-royong bukanlah semangat yang sudah renta.

Sampai kapan pun semangat ini akan senantiasa relevan, bahkan semakin mendesak sebagai sebuah tuntutan zaman yang sarat dengan berbagai perubahan.

Dengan bertumpu pada kekuatan jumlah sumber daya manusia dan populasi pasar, Indonesia diproyeksikan akan segera menjemput harkat dan martabat baru dalam aras ekonomi dunia.

Bersama negara-negara besar lainnya seperti Tiongkok, Amerika Serikat, India, ekonomi Indonesia akan tumbuh menjadi sepuluh besar, bahkan lima besar dunia, dalam 10 sampai 30 tahun mendatang.

Kuncinya terletak pada hasrat kita untuk tetap menjaga momentum dan iklim yang tenang untuk bekerja. Kita harus jaga agar suasana selalu kondusif penuh harmoni dan persatuan.

Kita semua sebagai sesama anak bangsa secara sadar memaknai peringatan kali ini dengan memperbarui semangat gotong-royong dan kolaborasi, sebagai warisan kearifan lokal yang akan membawa kita menuju kejayaan di pentas global.       

Dalam peringatan hari kebangkitan nasional yang ke-111 di kabupaten badung, Bupati giri parsta menekankan bangkit untuk bersatu,

kita seirama dan sejalan terhadap pemerintah pusat sebagaimana juga dari kementerian menyampaikan pesan kepada kita sebagai anak bangsa

di Negara Kesatuan Republik Indonesia yang mencontohkan Patih Gajah Mada dengan sumpah palapanya beriktihar untuk bagaimana mempersatukan nusantara ini.

“Karena kami memahami kalau kita bersatu maka setengah perjuangan kita sudah berhasil, kalau kita tidak bersatu maka setengah perjuangan kita gagal.

Maka dari itu pemkab badung berkomitmen untuk bersatu membangun Badung, Bali dan Negara Kesatuan  Republik Indonesia,” terangnya. (rba)

MANGUPURA – Pemerintah Kabupaten Badung memperingati Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) ke-111 yang jatuh setiap 20 Mei dalam apel peringatan, Senin (20/5) di lapangan Puspem Badung.

Bertindak selaku inspektur upacara Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta, apel diikuti wakil bupati Badung, ketua dan anggota DPRD Badung,

Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Kabupaten Badung, Sekda Badung, Kepala Perangkat Daerah, organisasi wanita serta, ASN Badung.

Amanat Menteri Komunikasi dan Informatika RI Rudiantara yang dibacakan Bupati Giri Prasta menyampaikan, Peringatan Hari Kebangkitan Nasional yang ke-111,  20 Mei 2019 kali ini sangat relevan jika dimaknai dengan teks Sumpah Palapa.

Dalam naskah Sumpah Palapa yang ditemukan pada Kitab Pararaton tertulis: Sira Gajah Madapatih Amangkubhumi tan ayun amuktia palapa, sira Gajah Mada:

Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa”.

Memang ada banyak versi tafsiran atas teks tersebut, terutama tentang apa yang dimaksud dengan “amukti palapa”.

Namun meski sampai saat ini masih belum diperoleh pengetahuan yang pasti, umumnya para ahli sepakat bahwa amukti palapa berarti sesuatu yang berkaitan dengan diri sang Mahapatih Gajah Mada.

Artinya, ia tak akan menghentikan mati raga atau puasanya sebelum mempersatukan Nusantara. Sumpah Palapa tersebut merupakan embrio paling kuat bagi janin persatuan Indonesia.

Wilayah Nusantara yang disatukan oleh Gajah Mada telah menjadi acuan bagi perjuangan berat para pahlawan nasional kita

untuk mengikat wilayah Indonesia seperti yang secara de jure terwujud dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia saat ini.

Kita berada dalam situasi pasca-pesta demokrasi yang menguras energi dan emosi sebagian besar masyarakat kita. Kita mengaspirasikan pilihan yang berbeda-beda dalam pemilu, namun semua pilihan pasti kita niatkan untuk kebaikan bangsa.

Telah lebih satu abad kita menorehkan catatan penghormatan dan penghargaan atas kemajemukan bangsa yang ditandai dengan berdirinya organisasi Boedi Oetomo.

Dalam kondisi kemajemukan bahasa, suku, agama, kebudayaan, ditingkah bentang geografis yang merupakan salah satu yang paling ekstrem di dunia, kita membuktikan bahwa mampu menjaga persatuan sampai detik ini.

Oleh sebab itu, tak diragukan lagi bahwa kita pasti akan mampu segera kembali bersatu dari kerenggangan perbedaan pendapat,

dari keterbelahan sosial, dengan memikirkan kepentingan yang lebih luas bagi anak cucu bangsa ini, yaitu persatuan Indonesia.

Apalagi peringatan Hari Kebangkitan Nasional kali ini juga dilangsungkan dalam suasana bulan Ramadan.

Dengan semua harapan tersebut, kiranya sangat relevan apabila peringatan Hari Kebangkitan Nasional, disematkan tema “Bangkit Untuk Bersatu”. 

Kebangkitan untuk Persatuan. Semangat persatuan dan gotong-royong telah mengakar dan menyebar di seluruh Nusantara. Ini dibuktikan dengan berbagai

ungkapan tentang kearifan mengutamakan persatuan yang terdapat di seluruh suku, adat, dan budaya yang ada di Indonesia.

Sebagaimana diserukan oleh Bapak Presiden Joko Widodo pada pidato di depan sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 2018 lalu.

Dari tanah Minang kita diimbau dengan petuah ‘Barek samo dipikua, ringan samo dijinjiang’. Kita juga diwarisi pepatah Sunda yang berbunyi ‘Sacangreud pageuh, sagolek pangkek’. 

Dari Bumi Anging Mamiri, kita bersama-sama belajar ‘Reso temma-ngingi, nama-lomo, nale-tei, pammase dewata’. 

Dari Bumi Gora, kita diminta: ‘Bareng bejukung, bareng bebose’. Dari Banua Banjar kita bersama-sama menjunjung ‘Waja sampai kaputing’. Semua menganjurkan bekerja secara gotong royong.

Meski kita gali dari kearifan nenek moyang kita yang telah dipupuk selama berabad-abad, namun sejatinya jiwa gotong-royong bukanlah semangat yang sudah renta.

Sampai kapan pun semangat ini akan senantiasa relevan, bahkan semakin mendesak sebagai sebuah tuntutan zaman yang sarat dengan berbagai perubahan.

Dengan bertumpu pada kekuatan jumlah sumber daya manusia dan populasi pasar, Indonesia diproyeksikan akan segera menjemput harkat dan martabat baru dalam aras ekonomi dunia.

Bersama negara-negara besar lainnya seperti Tiongkok, Amerika Serikat, India, ekonomi Indonesia akan tumbuh menjadi sepuluh besar, bahkan lima besar dunia, dalam 10 sampai 30 tahun mendatang.

Kuncinya terletak pada hasrat kita untuk tetap menjaga momentum dan iklim yang tenang untuk bekerja. Kita harus jaga agar suasana selalu kondusif penuh harmoni dan persatuan.

Kita semua sebagai sesama anak bangsa secara sadar memaknai peringatan kali ini dengan memperbarui semangat gotong-royong dan kolaborasi, sebagai warisan kearifan lokal yang akan membawa kita menuju kejayaan di pentas global.       

Dalam peringatan hari kebangkitan nasional yang ke-111 di kabupaten badung, Bupati giri parsta menekankan bangkit untuk bersatu,

kita seirama dan sejalan terhadap pemerintah pusat sebagaimana juga dari kementerian menyampaikan pesan kepada kita sebagai anak bangsa

di Negara Kesatuan Republik Indonesia yang mencontohkan Patih Gajah Mada dengan sumpah palapanya beriktihar untuk bagaimana mempersatukan nusantara ini.

“Karena kami memahami kalau kita bersatu maka setengah perjuangan kita sudah berhasil, kalau kita tidak bersatu maka setengah perjuangan kita gagal.

Maka dari itu pemkab badung berkomitmen untuk bersatu membangun Badung, Bali dan Negara Kesatuan  Republik Indonesia,” terangnya. (rba)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/