SINGARAJA – Daerah Aliran Sungai (DAS) Baktiseraga yang membentang di sepanjang Jalan Laksamana, Desa Baktiseraga, akhirnya mulai dikeruk.
Proses pengerukan diharapkan bisa menyelesaikan masalah banjir tahunan yang terjadi di Desa Baktiseraga.
Pantauan Jawa Pos Radar Bali, sebuah alat berat yang dikerahkan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Bali mulai melakukan pembongkaran beton. Pembongkaran sengaja dilakukan sehingga proses pengerukan lebih mudah.
Pengerukan sedimentasi itu memang menjadi prioritas utama. Sebab sedimen sudah sangat tebal. Normalnya DAS Baktiseraga memiliki kedalaman 1,5 meter hingga 2 meter.
Faktanya kini kedalamannya hanya tersisa 10-20 centimeter. Tak heran jika wilayah ini kerap mengalami banjir.
Salah seorang warga, Gede Riasa mengatakan, proses normalisasi DAS itu sangat dinantikan masyarakat.
Sebab banjir kerap menerjang perumahan warga, utamanya yang tinggal di Banjar Dinas Galiran. Bahkan saat hujan hanya terjadi di hulu, warga yang tinggal di hilir kerap kebanjiran.
“Kalau di selatan sudah mendung, saya was-was sekali. Seringkali kalau di selatan hujan, biar di sini tidak hujan, rumah saya bisa kebanjiran setinggi betis. Apalagi kalau hujan, itu pernah sampai setinggi dada,” kata Riasa.
Perbekel Baktiseraga Gusti Putu Armada yang ditemui terpisah mengatakan, proses pengerukan itu rencananya akan dilanjutkan dengan pembuatan sodetan di sepanjang Jalan Serma Karma menuju Jalan Ahmad Yani.
Pengerukan dilakukan Dinas PUPR Bali, sementara pembuatan sodetan dilakukan Balai Wilayah Sungai Bali-Penida.
Menurut Armada proses pengerukan akan dilakukan mulai dari perbatasan Banjar Dinas Seraya-Banjar Dinas Galiran, hingga simpang empat Serma Karma.
“Dengan normalisasi ini, paling tidak bisa mencegah banjir. Paling tidak menekan dampaknya. Sebab banjir di awal tahun 2018
itu benar-benar berdampak bagi masyarakat kami. Sangat banyak kerugian material yang timbul saat itu,” kata Armada.