Tinggal di gubuk bambu dengan ukuran 3 x 1,5 meter, kondisi Raris benar-benar memprihatinkan. Warga miskin asal Banjar Gintungan, Desa Puragae, Rendang, Karangasem ini, harus bertahan hidup dengan istri yang juga mengalami kebutaan.
WAYAN PUTRA, Amlapura
Selain banyak berlubang dan rusak, bangunan bedek (anyaman bambu) itu juga sudah banyak lapuk dan tak layak huni.
Sedangkan di bagian dinding gubuk tersebut nampak ditempel plastik bekas.
Tempelan plastik itu sengaja dilakukan untuk sekedar mehanan air hujan kalau terjadi hujan lebat.
Sementara di dinding bambu sudah lapuk dan beberapa sisi berlubang dan rawan roboh ketika terkena hujan.
Makin miris lagi ketika melihat kondisi I Nyoman Raris, 50. Selain rumahnya yang nyaris roboh, istrinya juga mengalami kebutaan.
“Kaki kiri istri juga sakit. Kemungkinan kena asam urat atau rematik. Saya tidak tahu pasti karena untuk biaya berobat kami tidak mampu,”aku Raris.
Saat ditemui di rumahnya, Raris mengaku jika kondisi hujan, rumahnya banyak bocor “Ya kalau hujan angin air merembas sampai ke tempat tidur,” akunya.
Sementara itu untuk kebutuhan sehari hari keluarga ini mengandalkan uluran tangan dari sang anak yang bekerja sebagai buruh harian lepas dengan gaji yang tidak seberapa.
Selanjutnya, atas kondisi yang ia alami, Raris hanya berharap bisa dibantu bedah rumah.
Karena jika sudah ada rumah maka dia akan lebih nyaman dan tenang untuk bekerja meninggalkan sang istri.
Selain itu tempat tidur keluarga ini juga hanya degan alas kasur yang sudah usang. Sedangkan pakaian yang mereka gunakan juga hanya seadanya.
“Kalau bisa berharap dibantu bedah rumah,” tukasnya.