25.4 C
Jakarta
25 November 2024, 7:02 AM WIB

Pentas Lagi di PKB Setelah Absen Sejak 1996, Lebih Sreg Tampil di Pura

Kekayaan seni dan budaya Indonesia khususnya Bali masih menjadi daya tarik bagi masyarakat dari negara lain untuk dipelajari.

 

Seperti halnya yang dilakukan sanggar gamelan Tunas Mekar, Kota Denver, Colorado, USA (Amerika Serikat).

 

Sekaa gamelan asal Negeri Paman Sam ini, Jumat (21/6) ikut  tampil di Pesta Kesenian Bali (PKB) Ke-42. Seperti apa?.

 

ZULFIKA RAHMAN, DENPASAR

 

Meski sudah condong ke barat, terik matahari masih terasa cukup panas di panggung kalangan Madya Mandala.

 

Walaupun panas, cuaca tak menyurutkan niat penonton untuk menyaksikan pementasan puluhan warga Amerika Serikat yang datang khusus untuk tampil di ajang PKB kali ini.

 

Satu jam sebelum pementasan, penonton mulai memadati halaman panggung kalangan Madya Mandala tempat sanggar gamelan Tunas Mekar yang dihuni oleh para bule ini pentas.

 

Sekilas dari namanya, mungkin sebagian orang tidak menyangka bahwa nama sanggar itu merupakan sangar gamelan yang lahir dan ada hingga saat ini di negara paman sam itu. Bahkan sanggar seni ini telah ada sejak tahun 1988 yang kini dipimpin oleh Michael Fitts dan di bawah bimbingan seniman yang juga akademisi I Made Lasmawan sejak tahun 1990 silam.

 

Pementasan yang dibawakan 26 warga Amerika yang merupakan anak didik Lasmawan itu sangat mahir memainkan alat-alat musik gamelan.

 

Kebetulan sore itu ada dua jenis gamelan yang dibawakan yakni gamelan angklung dan gong kebyar. Namun, pementasan mereka juga melibatkan 16 seniman lokal Bali, yang juga memainkan peran sebagai penari.

 

Iringan gamelan ini, mengiringi penampilan beberapa tarian Bali seperti tari taruna Jaya karya I Gede Manik dan tari Legong Catur Dewi Manik Galih yang diciptakan oleh Lasmawan.

 

 “Sebenarnya yang tampil sekarang ini adalah generasi kedua, hanya dua orang pemain saja yang merupakan angkatan pertama,” tutur Lasmawan ditemui usai pementasan.

 

Sanggar seni ini sebenarnya pernah tampil juga di ajang PKB tahun 1996 silam. Panjangnya jarak pementasan ini kata seniman asal Baturiti ini lantaran pasca penampilan di PKB itu tidak mendapat kepuasan.

 

Tidak sama seperti ketika mereka tampil di jalanan, di odalan dan pura-pura di Bali yang kerap menjadi tempat penampilan mereka.

 

“Dulu saat habis main di PKB tahun 1996 tidak ada satupun pejabat yang menyalami. Makanya dari itu, mereka lebih suka tampil di Pura karena merasa ada kedekatan dengan masyarakat,” kata Lasmawan.

 

Pria yang pernah mengenyam pendidikan di ISI Solo, Jawa Tengah ini menuturkan, kembalinya pementasan sanggar Tunas Mekar di PKB ini lantaran permintaan dari sang anak I Made Tangkas Adi Wijaya yang kemarin ikut bermain kendang.

 

Anaknya tersebut memohon untuk anak didiknya tersebut bisa tampil di PKB.

 

“Sebenarnya saya sudah merasa tidak enak karena mereka lebih bangga ketika tampil di Pura, atau di masyarakat. Alasansanya karena dari segi musical comunity dan hubungannya dengan gema dunia. Kebanyakan anak-anak saya tidak hanya bermain gamelan tapi juga mahir bermain blues, jazz, dan musik yang lain,” terang pria asal Banjar Bangah, Baturiti ini.

 

Hingga saat ini, anak-anak di sanggar Tunas Mekar tersebut masih dalam bimbingannya.

 

Para pemain yang ada di sanggar itu kata dia, merupakan mantan muridnya yang ada di salah satu Universitas yang bisa dibilang Universitas gamelan di negara bagian Colorado itu.

 

Untuk tetap menyalurkan minat dan bakat dalam bermain gamelan, ia meminta agar anak didiknya ini masuk sanggar Tunas mekar.

 

“Saya sudah hampir 30 tahun di Amerika, saya sudah membawa lebih dari 25 gamelan di Amerika, di 15 universitas, 3 sekolah dasar dan 2 komunutas grup,” terangnya.

 

Ada beberapa gamelan yang dimainkan kemarin, seperti gending gamelan angklung lelasan megat yeh, panyembrama, laku, tirta bhuana hingga tabuh guru.Pementasan tersebut berlansgung selama satu jam.

Kekayaan seni dan budaya Indonesia khususnya Bali masih menjadi daya tarik bagi masyarakat dari negara lain untuk dipelajari.

 

Seperti halnya yang dilakukan sanggar gamelan Tunas Mekar, Kota Denver, Colorado, USA (Amerika Serikat).

 

Sekaa gamelan asal Negeri Paman Sam ini, Jumat (21/6) ikut  tampil di Pesta Kesenian Bali (PKB) Ke-42. Seperti apa?.

 

ZULFIKA RAHMAN, DENPASAR

 

Meski sudah condong ke barat, terik matahari masih terasa cukup panas di panggung kalangan Madya Mandala.

 

Walaupun panas, cuaca tak menyurutkan niat penonton untuk menyaksikan pementasan puluhan warga Amerika Serikat yang datang khusus untuk tampil di ajang PKB kali ini.

 

Satu jam sebelum pementasan, penonton mulai memadati halaman panggung kalangan Madya Mandala tempat sanggar gamelan Tunas Mekar yang dihuni oleh para bule ini pentas.

 

Sekilas dari namanya, mungkin sebagian orang tidak menyangka bahwa nama sanggar itu merupakan sangar gamelan yang lahir dan ada hingga saat ini di negara paman sam itu. Bahkan sanggar seni ini telah ada sejak tahun 1988 yang kini dipimpin oleh Michael Fitts dan di bawah bimbingan seniman yang juga akademisi I Made Lasmawan sejak tahun 1990 silam.

 

Pementasan yang dibawakan 26 warga Amerika yang merupakan anak didik Lasmawan itu sangat mahir memainkan alat-alat musik gamelan.

 

Kebetulan sore itu ada dua jenis gamelan yang dibawakan yakni gamelan angklung dan gong kebyar. Namun, pementasan mereka juga melibatkan 16 seniman lokal Bali, yang juga memainkan peran sebagai penari.

 

Iringan gamelan ini, mengiringi penampilan beberapa tarian Bali seperti tari taruna Jaya karya I Gede Manik dan tari Legong Catur Dewi Manik Galih yang diciptakan oleh Lasmawan.

 

 “Sebenarnya yang tampil sekarang ini adalah generasi kedua, hanya dua orang pemain saja yang merupakan angkatan pertama,” tutur Lasmawan ditemui usai pementasan.

 

Sanggar seni ini sebenarnya pernah tampil juga di ajang PKB tahun 1996 silam. Panjangnya jarak pementasan ini kata seniman asal Baturiti ini lantaran pasca penampilan di PKB itu tidak mendapat kepuasan.

 

Tidak sama seperti ketika mereka tampil di jalanan, di odalan dan pura-pura di Bali yang kerap menjadi tempat penampilan mereka.

 

“Dulu saat habis main di PKB tahun 1996 tidak ada satupun pejabat yang menyalami. Makanya dari itu, mereka lebih suka tampil di Pura karena merasa ada kedekatan dengan masyarakat,” kata Lasmawan.

 

Pria yang pernah mengenyam pendidikan di ISI Solo, Jawa Tengah ini menuturkan, kembalinya pementasan sanggar Tunas Mekar di PKB ini lantaran permintaan dari sang anak I Made Tangkas Adi Wijaya yang kemarin ikut bermain kendang.

 

Anaknya tersebut memohon untuk anak didiknya tersebut bisa tampil di PKB.

 

“Sebenarnya saya sudah merasa tidak enak karena mereka lebih bangga ketika tampil di Pura, atau di masyarakat. Alasansanya karena dari segi musical comunity dan hubungannya dengan gema dunia. Kebanyakan anak-anak saya tidak hanya bermain gamelan tapi juga mahir bermain blues, jazz, dan musik yang lain,” terang pria asal Banjar Bangah, Baturiti ini.

 

Hingga saat ini, anak-anak di sanggar Tunas Mekar tersebut masih dalam bimbingannya.

 

Para pemain yang ada di sanggar itu kata dia, merupakan mantan muridnya yang ada di salah satu Universitas yang bisa dibilang Universitas gamelan di negara bagian Colorado itu.

 

Untuk tetap menyalurkan minat dan bakat dalam bermain gamelan, ia meminta agar anak didiknya ini masuk sanggar Tunas mekar.

 

“Saya sudah hampir 30 tahun di Amerika, saya sudah membawa lebih dari 25 gamelan di Amerika, di 15 universitas, 3 sekolah dasar dan 2 komunutas grup,” terangnya.

 

Ada beberapa gamelan yang dimainkan kemarin, seperti gending gamelan angklung lelasan megat yeh, panyembrama, laku, tirta bhuana hingga tabuh guru.Pementasan tersebut berlansgung selama satu jam.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/