Polisi yang gemar bertani, Aiptu Ketut Suhardika, menciptakan inovasi pada pekan lalu. Dia membuat alat pembakar sampah plastik. Bermodal alat seadanya, dia merakit alat itu sendiri. Alat itu untuk membakar sampah plastik yang berserakan di subak Tojan, Desa Pering, Kecamatan Blahbatuh.
IB INDRA PRASETIA, Gianyar
USAI hujan lebat, sampah kiriman dari hulu selalu tiba di subak Tojan, Desa Pering, Kecamatan Blahbatuh. Aiptu Ketut Suhardika alias Pekak Jankis, selalu dibuat bingung dengan kehadiran sampah kiriman itu.
“Terutama sampah plastik kiriman, sangat menganggu sekali,” ujar Aiptu Suhardika, di Polres Gianyar, kemarin.
Sampah plastik selain sulit terurai, juga menyumbat saluran irigasi sawah. “Aliran air sulit mengalir. Jalan satu-satunya harus diangkut itu sampah plastik,” jelasnya.
Namun, sampah plastik itu justru menjadi kendala karena terus menumpuk di areal sawah. Ketika hujan lebat, sampah plastik yang telah dikumpulkan itu malah kembali mengotori ladang.
“Plastik kalau sampai di bawah tanah bikin tanaman tidak subur. Malah jadi racun,” jelasnya. Anggota Satuan Resnarkoba Polres Gianyar itu pun putar otak untuk menuntaskan masalah sampah plastik kiriman itu.
“Kalau pakai pikap, mengangkut ini lokasinya masuk. Kewalahan, karena banyak sekali,” jelasnya. Akhirnya, dia pun berpikir untuk membakarnya. “Maka saya bakar pakai api kompor gas, supaya cepat,” jelasnya.
Kata dia, alat pembakar itu sebetulnya banyak dijual di pasaran. “Ini biasanya pakai membakar bulu di kulit babi. Ini yang saya modifikasi. Saya keluarkan uang Rp 350 ribu untuk beli alat itu,” jelasnya.
Kemudian beberapa alat dia rancang sendiri. Tabung air penyemprot yang biasanya untuk menampung air pupuk atau pestisida digunakan.
Tabung berwarna silver itu kemudian di potong sedemikian rupa. “Lalu saya pasangkan tabung gas di tabung tadi. Jadi tabung gas saya gendong,” jelasnya.
Kemudian, selang dari tabung gas yang sudah dibeli langsung dikaitkan dengan stik. “Stik-nya dari kayu untuk ngecat. Itu saya sambungkan, panjangnya 1,5 meter. Jadi, selang dari tabung langsung ke ujung stik,” katanya.
Di ruangan Resnarkoba, Suhardika pun menunjukkan cara dia bekerja. Sambil mengambil tongkat pel, seolah-olah dia sedang menyemprotkan sampah.
“Ini harus berjalan mundur. Kalau jalan maju, berarti kita kena api. Makanya setelah semburkan api, langsung jalan mundur,” jelasnya.
Pekan lalu, setelah alat itu rampung, dia sudah mempraktikkannya. Sampah di saluran irigasi, sepanjang kurang lebih 100 meter sudah dia bakar menggunakan alat buatannya.
Suhardika menambahkan, penggunakan tabung dengan cara digendong bukan untuk gaya-gayaan. “Supaya tidak dingin, karena tabung gas kan dingin. Disamping itu supaya ada jarak supaya tidak kena api,” bebernya.
Menurutnya, upaya membakar sampah plastik tergolong efektif. “Tidak ada bekas lelehan. Malah jadi serbuk seperti sisa pembakaran arang jadinya. Saya sudah lihat tidak ada bekas,” tandasnya.
Suhardika memperkirakan plastik yang terbakar sudah jadi uap bercampur asap sehingga tidak ada sisa lelehan plastik.
“Yang jadi masalah sekarang adalah asapnya. Baunya lumayan keras. Tapi itu cepat sekali hancur,” paparnya lagi.
Meski begitu tidak banyak gas yang terbuat. “Masih banyak kok gasnya. Malahan kemarin ada truna-truni (muda-mudi, red) meminjam untuk bakar sampah di got di jalan desa,” imbuhnya.
Lanjut dia, alat buatannya tidak saja untuk membereskan sampah plastik. “Ini bisa untuk membakar rumput yang sulit ditangani obat. Jadi pakai ini untuk memisahkan tanaman dengan rumput,” paparnya.
Diakui, alat pembakar itu menimbulkan asap. “Tapi ini saya rasa jalan tercepat menuntaskan sampah plastik kiriman ke sawah pakai cara ini. Saya tidak ingin menyibukkan pemerintah. Ini inisiatif,” jelasnya.
Dia berharap, alat buatannya itu bisa diuji coba oleh para petani di Bali. “Ini bisa jadi inspirasi bagi petani yang terkendala. Ini modalnya gampang. Alat seadanya, cuma beli selangnya saja,” tukasnya. (*)