DENPASAR – Ketika cerawat atau flare menyala di Stadion Sultan Agung Bantul usai laga Bali United kontra tuan rumah Kalteng Putra dipekan keempat, grup-grup supporter di media sosial ramai membicarakan hal tersebut.
Ketika cerawat langsung berbuah denda besar untuk Bali United, semua terdiam dan seakan cuci tangan.
Pantauan Jawa Pos Radar Bali di grup media sosial, sebagian saling menyalahkan dan menyayangkan denda.
Terlebih dari sanksi yang diberikan Komdis PSSI tertulis dengan jelas bahwa ada lebih dari lima cerawat yang dinyalakan saat pertandingan.
Tentu saja hal ini memantik beragam reaksi. Kebetulan, Basudewa Curvasud yang mendukung langsung ke Bantul, Jogjakarta.
Pentolan Basudewa Curvasud, Ketut ‘Anjelo” Santika langsung angkat bicara mengenai kejadian tersebut. Kebetulan juga dia juga ramai diperbincangkan di media sosial.
“Kami menyalakan flare setelah peluit panjang ditiup. Itu juga saat anthem Bali United berkumandang. Ya namanya supporter, mereka dengan bebas mengungkapkan euforianya.
Saya ingat, kami membawa enam flare dan hanya lima flare yang kami nyalakan,” terangnya saat dikonfirmasi kemarin.
Yang Anjelo tidak habis pikir, mengapa Komdis PSSI menjatuhkan denda yang begitu besar untuk Bali United.
Baginya, denda sebesar Rp 200 juta terlalu besar untuk pelanggaran menyalakan cerawat yang menurutnya masih belum jelas. “Ini tidak masuk akal,” paparnya.