33.4 C
Jakarta
22 November 2024, 12:50 PM WIB

Pasar Ikan Lele di Klungkung Potensial, Sayang Pembudidaya Masih Minim

SEMARAPURA – Budidaya lele hingga saat ini belum banyak dilirik masyarakat Klungkung sebagai peluang bisnis.

Padahal, kebutuhan pasar akan lele cukup besar sehingga akhirnya selama ini banyak dipasok oleh pengepul dari luar Kabupaten Klungkung.

Tidak berani mengambil risiko, pasalnya menjadi penyebab peluang bisnis ini belum banyak dilirik.

Salah seorang pembudidaya lele di Kabupaten Klungkung, Dewa Gede Sidarta Nida, mengungkapkan, kebutuhan lele di Klungkung cukup besar seiring semakin berjamurnya pedagang lalapan di Gumi Serombotan ini.

Hanya saja, pasar lele ini masih banyak dikuasai oleh pengepul lele dari luar Klungkung. Ini lantaran masih rendahnya minat warga Klungkung untuk terjun ke bisnis budidaya lele.

“Kalau saya lihat, hanya dua kelompok pembudidaya lele yang aktif sampai saat ini,” kata Dewa Gede Sidarta Nida

Melihat hal itu, menurutnya, pengepul lele dari luar Klungkung ini kerap mempermainkan harga jual lele para pembudidaya lele di Klungkung.

Adapun lele para pembudidaya dibeli dengan harga yang cukup murah demi dapat mengendalikan harga jual lele ke pedagang lalapan namun dengan keuntungan yang tetap stabil.

“Padahal harga pakan terus meningkat setiap minggunya,” ujarnya. Dengan dua kelompok pembudidaya lele yang masih aktif tersebut, ia mengaku mulai merebut pasar lele di Klungkung sejak beberapa tahun terakhir ini.

Menurutnya, pedagang lalapan tidak berkeberatan membeli lele para pembudidaya di Klungkung dengan harga yang sedikit lebih mahal.

Namun dengan catatan, keberlanjutan pasokan lele harus stabil. “Satu bulan itu saya bisa jual satu ton lele ke sejumlah pedagang lalapan.

Itu pun sebagian akhirnya ada yang saya ambil dari pembudidaya di luar Klungkung karena hasil panennya tidak mencukupi,” terangnya.

Menurutnya, rendahnya minat warga Klungkung untuk membudidayakan lele lantaran takut mengambil risiko.

Untuk bisa membudidayakan lele dengan baik, terkadang membutuhkan beberapa kali percobaan hingga akhirnya mengetahui cara budidaya lele yang tepat.

“Apalagi mencari bibit cukup susah. Kemudian harga pakan juga mahal, yakni Rp 340 ribu per 30 kilogram. Tapi sekarang sudah ada pakan alternatif dengan harga Rp 7 ribu per kilogram,” ungkapnya.

Dengan adanya peluang pasar yang sangat potensial ini, pihaknya berharap semakin banyak warga Klungkung yang tertarik membudidayakan lele. Sehingga kebutuhan lele di Klungkung bisa dipenuhi sendiri oleh warga Klungkung.

SEMARAPURA – Budidaya lele hingga saat ini belum banyak dilirik masyarakat Klungkung sebagai peluang bisnis.

Padahal, kebutuhan pasar akan lele cukup besar sehingga akhirnya selama ini banyak dipasok oleh pengepul dari luar Kabupaten Klungkung.

Tidak berani mengambil risiko, pasalnya menjadi penyebab peluang bisnis ini belum banyak dilirik.

Salah seorang pembudidaya lele di Kabupaten Klungkung, Dewa Gede Sidarta Nida, mengungkapkan, kebutuhan lele di Klungkung cukup besar seiring semakin berjamurnya pedagang lalapan di Gumi Serombotan ini.

Hanya saja, pasar lele ini masih banyak dikuasai oleh pengepul lele dari luar Klungkung. Ini lantaran masih rendahnya minat warga Klungkung untuk terjun ke bisnis budidaya lele.

“Kalau saya lihat, hanya dua kelompok pembudidaya lele yang aktif sampai saat ini,” kata Dewa Gede Sidarta Nida

Melihat hal itu, menurutnya, pengepul lele dari luar Klungkung ini kerap mempermainkan harga jual lele para pembudidaya lele di Klungkung.

Adapun lele para pembudidaya dibeli dengan harga yang cukup murah demi dapat mengendalikan harga jual lele ke pedagang lalapan namun dengan keuntungan yang tetap stabil.

“Padahal harga pakan terus meningkat setiap minggunya,” ujarnya. Dengan dua kelompok pembudidaya lele yang masih aktif tersebut, ia mengaku mulai merebut pasar lele di Klungkung sejak beberapa tahun terakhir ini.

Menurutnya, pedagang lalapan tidak berkeberatan membeli lele para pembudidaya di Klungkung dengan harga yang sedikit lebih mahal.

Namun dengan catatan, keberlanjutan pasokan lele harus stabil. “Satu bulan itu saya bisa jual satu ton lele ke sejumlah pedagang lalapan.

Itu pun sebagian akhirnya ada yang saya ambil dari pembudidaya di luar Klungkung karena hasil panennya tidak mencukupi,” terangnya.

Menurutnya, rendahnya minat warga Klungkung untuk membudidayakan lele lantaran takut mengambil risiko.

Untuk bisa membudidayakan lele dengan baik, terkadang membutuhkan beberapa kali percobaan hingga akhirnya mengetahui cara budidaya lele yang tepat.

“Apalagi mencari bibit cukup susah. Kemudian harga pakan juga mahal, yakni Rp 340 ribu per 30 kilogram. Tapi sekarang sudah ada pakan alternatif dengan harga Rp 7 ribu per kilogram,” ungkapnya.

Dengan adanya peluang pasar yang sangat potensial ini, pihaknya berharap semakin banyak warga Klungkung yang tertarik membudidayakan lele. Sehingga kebutuhan lele di Klungkung bisa dipenuhi sendiri oleh warga Klungkung.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/