SINGARAJA – Keran ekspor komoditas buah-buahan ke Tiongkok, makin terbuka lebar. Bukan hanya buah manggis dari Buleleng saja yang bisa menembus pasar ekspor.
Kini buah naga asal Buleleng juga bersiap menembus pasar ekspor. Petani hanya perlu melalui satu proses lagi, sebelum dilakukan ekspor perdana ke Tiongkok.
Saat ini Kementerian Pertanian Republik Indonesia dengan otoritas karantina serta otoritas pertanian Tiongkok, telah menjalin kerjasama.
Otoritas Karantina Tiongkok hanya perlu melakukan pengecekan sekali lagi ke lahan petani. Rencananya pengecekan itu berlangsung hingga Rabu hari ini.
Kabid Hortikultura Dinas Pertanian Buleleng I Gede Subudi mengatakan, saat ini hanya ada dua perkebunan buah naga yang lolos dalam verifikasi.
Yakni kebun buah naga di Banyuwangi, serta kebun buah naga milik petani Buleleng yang ada di Desa Bulian, Kecanatan Kubutambahan.
“Pekan ini ada verifikasi sekali lagi. Istilahnya memastikan kesiapan lahan. Begitu siap, langsung launching ekspor ke Tiongkok. Memang kalau mau masuk pasar ekspor, agak selektif. Dari produk sampai lahannya dicek semua,” kata Subudi.
Menurutnya, kebun buah naga yang kini lolos pasar ekspor merupakan hasil pertanian organik. Luas lahan tersebut mencapai 13 hektare. Dalam setahun, biasanya buah yang dihasilkan mencapai 50 ton.
Sebenarnya masih ada perkebunan buah naga organik lain di Desa Kalisada, Kecamatan Seririt. Hanya saja hasil kebun itu belum bisa menembus pasar ekspor.
Sebab kebun belum teregistrasi. Registrasi kebun dan pertanian organik merupakan syarat mutlak, agar komoditi yang dihasilkan bisa menembus pasar ekspor.
Lebih lanjut Subudi mengatakan, saat ini buah naga yang diekspor merupakan buah naga merah. Komoditi itu sengaja dikembangkan, mengingat permintaan pasar di Tiongkok sangat luas.
Tak menutup kemungkinan pemerintah akan mengembangkan varietas lain. Seperti buah naga putih maupun kuning.
Harga buah kedua varietas itu cukup menjanjikan. Terlebih lagi belum banyak petani yang mengembangkan varietas tersebut.