SEMARAPURA – Abrasi kian menggerogoti garis pantai di Kabupaten Klungkung. Saking besarnya gempuran ombak sejak beberapa tahun terakhir ini,
lahan pertanian garam di wilayah Pantai Karang Dadi, Desa Kusamba, Kecamatan Dawan diprediksi akan musnah tergerus abrasi satu tahun lagi.
Salah seorang petani garam di wilayah Pantai Karang Dadi, Dewa Ketut Candra, 75, saat ditemui beberapa waktu lalu mengungkapkan,
setiap terjadi ombak besar di wilayah pantai tersebut, pasir-pasir yang ada di pantai tergerus ke dalam laut.
Akibatnya, luas pertanian garam yang dia miliki kian menyusut. “Dulu mau mencari air laut itu cukup jauh. Sekarang dekat sekali karena abrasi,” katanya.
Kondisi tersebut, menurutnya, mempengaruhi jumlah garam yang bisa ia produksi. Adapun saat ini rata-rata garam yang bisa ia produksi sekitar 10-15 kilogram per hari.
Bahkan, saat ombak cukup besar, pihaknya mengaku tidak bisa memproduksi garam. “Kalau ombaknya besar, air lautnya itu sampai mengenai pesisir pantai yang
saya sirami air laut untuk memproduksi garam. Kalau sudah terkena ombak, tidak bisa digunakan untuk produksi garam,” terangnya.
Melihat pergerakan abrasi yang terjadi setiap tahunnya, pihaknya memprediksi pertanian garam di wilayah Pantai Karang Dadi, Desa Kusamba akan menghilang satu tahun lagi jika tidak dilakukan penanganan abrasi dengan cepat.
“Dulu gubuk saya jauh dari bibir pantai. Sekarang sudah dekat sekali. Bahkan kalau ombak besar, gubuk saya diterjang ombak,” tandasnya.
Hal senada diungkap Dewa Ayu Kade. Menurutnya abrasi yang terjadi di Pantai Karang Dadi sudah cukup parah.
Ombak besar yang menggerus pasir bahkan membuat permukaan pantai tidak datar lagi sehingga membuat ia yang sudah tua kesulitan membawa air laut untuk disiramkan ke permukaan pesisir pantai tempat produksi garamnya.
“Kalau tidak ada penanganan, satu tahun lagi sudah tidak bisa produksi garam lagi di pantai ini,” pungkasnya.