33.4 C
Jakarta
22 November 2024, 13:30 PM WIB

Koperasi Triwangsa Sebali Bangkrut, Nasabah Segel Rumah Ketua Koperasi

GIANYAR – Kasus koperasi oleng kian panjang di Bali. Khususnya di Kabupaten Gianyar. Selain Koperasi Dana Asih di Desa Singapadu Tengah, juga ada kasus serupa.

Yakni Koperasi Serba Usaha (KSU) Triwangsa Sebali, di Desa Keliki, Kecamatan Tegalalang. Uang nasabah senilai Rp 2,1 milliar raib.

Ironisnya, Ketua Koperasi Triwangsa Sebali I Wayan Nampan dilaporkan kabur dan memilih sembunyi di Tabanan. Kesal dengan ulah Nampan, nasabah menyegel rumah terlapor.

Menurut Bendesa Pakraman Sebali, Made Mupu, “penyegelan” rumah ketua koperasi itu sudah berlangsung sekitar 6 bulan lalu, atau sebelum hari raya Galungan yang lalu.

“Rumah itu sebetulnya sudah dijual ke pembeli. Tapi menjadi pengawasan kami,” ujar Made Mupu, kemarin.

Di pintu masuk rumah itu, warga memasang spanduk berlatar merah putih. Spanduk bertuliskan; Lahan dan Rumah Ini Dalam Pengawasan Banjar Adat Sebali dan Triwangsa Sebali.

“Pak Nampan ini tidak ada bilang ke kami. Dia masih terikat dengan adat kami. Dan, yang beli rumah itu juga tidak bilang

apa-apa ke kami, makanya kami berikan spanduk kalau rumah itu dalam pengawasan desa,” jelas Made Mupu.

Kata Mupu, koperasi tersebut dibentuk dari gabungan dua banjar. Yakni Banjar Triwangsa dan Desa Sebali.

“Dulu tabungan desa pakraman ditaruh di koperasi itu. Uang peturunan (iuran, red) Rp 50 ribu tiap bulan kami tabung di sana,” jelasnya.

Khusus tabungan milik Desa Sebali, mencapai Rp 40 juta. Sedangkan, ada uang banjar sampai Rp 80 juta-an ditabung di koperasi itu.

“Dulunya lancar-lancar saja. Baru-baru ini antara pemasukan dan pengeluaran tidak balance. Nota tidak ada. Intinya tidak bisa mempertanggungjawabkan,” keluhnya.

Dalam rapat dihadapan warga, pengurus koperasi tidak mampu menerangkan keuangan. Akhirnya, sekitar 5 bulan lalu, koperasi tersebut tutup.

“Tapi karena banyak nasabah mencari ke rumahnya, ketua kabur,” jelasnya. Diakui, koperasi yang tutup itu berdampak pada nasabah maupun warga setempat yang menyimpan uangnya.

“Karena ketua kabur, banyak pengawas koperasi yang juga warga kami dicari nasabah. Termasuk kelian kami terus dicari oleh nasabah,” jelasnya.

Lantaran pengawas tidak tahu detail masalah, maka nasabah maupun warga tidak lagi merongrong pengawas koperasi.

“Dalam rapat sudah dijelaskan. Kalau yang jadi terduga ini ketua koperasinya,” jelasnya. Atas permasalahan tersebut, nasabah telah menyerahkan masalah itu ke kepolisian.

“Sekarang sudah ke ranah hukum. Sudah lapor polisi. Nasabah sudah sering menghadap ke Polres Gianyar,” imbuhnya. 

GIANYAR – Kasus koperasi oleng kian panjang di Bali. Khususnya di Kabupaten Gianyar. Selain Koperasi Dana Asih di Desa Singapadu Tengah, juga ada kasus serupa.

Yakni Koperasi Serba Usaha (KSU) Triwangsa Sebali, di Desa Keliki, Kecamatan Tegalalang. Uang nasabah senilai Rp 2,1 milliar raib.

Ironisnya, Ketua Koperasi Triwangsa Sebali I Wayan Nampan dilaporkan kabur dan memilih sembunyi di Tabanan. Kesal dengan ulah Nampan, nasabah menyegel rumah terlapor.

Menurut Bendesa Pakraman Sebali, Made Mupu, “penyegelan” rumah ketua koperasi itu sudah berlangsung sekitar 6 bulan lalu, atau sebelum hari raya Galungan yang lalu.

“Rumah itu sebetulnya sudah dijual ke pembeli. Tapi menjadi pengawasan kami,” ujar Made Mupu, kemarin.

Di pintu masuk rumah itu, warga memasang spanduk berlatar merah putih. Spanduk bertuliskan; Lahan dan Rumah Ini Dalam Pengawasan Banjar Adat Sebali dan Triwangsa Sebali.

“Pak Nampan ini tidak ada bilang ke kami. Dia masih terikat dengan adat kami. Dan, yang beli rumah itu juga tidak bilang

apa-apa ke kami, makanya kami berikan spanduk kalau rumah itu dalam pengawasan desa,” jelas Made Mupu.

Kata Mupu, koperasi tersebut dibentuk dari gabungan dua banjar. Yakni Banjar Triwangsa dan Desa Sebali.

“Dulu tabungan desa pakraman ditaruh di koperasi itu. Uang peturunan (iuran, red) Rp 50 ribu tiap bulan kami tabung di sana,” jelasnya.

Khusus tabungan milik Desa Sebali, mencapai Rp 40 juta. Sedangkan, ada uang banjar sampai Rp 80 juta-an ditabung di koperasi itu.

“Dulunya lancar-lancar saja. Baru-baru ini antara pemasukan dan pengeluaran tidak balance. Nota tidak ada. Intinya tidak bisa mempertanggungjawabkan,” keluhnya.

Dalam rapat dihadapan warga, pengurus koperasi tidak mampu menerangkan keuangan. Akhirnya, sekitar 5 bulan lalu, koperasi tersebut tutup.

“Tapi karena banyak nasabah mencari ke rumahnya, ketua kabur,” jelasnya. Diakui, koperasi yang tutup itu berdampak pada nasabah maupun warga setempat yang menyimpan uangnya.

“Karena ketua kabur, banyak pengawas koperasi yang juga warga kami dicari nasabah. Termasuk kelian kami terus dicari oleh nasabah,” jelasnya.

Lantaran pengawas tidak tahu detail masalah, maka nasabah maupun warga tidak lagi merongrong pengawas koperasi.

“Dalam rapat sudah dijelaskan. Kalau yang jadi terduga ini ketua koperasinya,” jelasnya. Atas permasalahan tersebut, nasabah telah menyerahkan masalah itu ke kepolisian.

“Sekarang sudah ke ranah hukum. Sudah lapor polisi. Nasabah sudah sering menghadap ke Polres Gianyar,” imbuhnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/