33.3 C
Jakarta
25 November 2024, 13:12 PM WIB

Jaga NKRI, Kompak Cegah Paham Radikal dan Khilafah

NEGARA – Pemahaman keagamaan yang cenderung radikal yang membawa paham khilafah, mengancam keutuhan berbangsa dan bernegara.

Derasnya paham radikal ini harus dicegah dengan membentengi masyarakat, terutama generasi muda.

Salah satunya adalah dengan memberikan pemahaman mengenai peran konsensus kebangsaan untuk mencegah berkembangnya paham khalifah.

Hal tersebut disampaikan oleh pemateri dalam dialog kebangsaan yang digelar Lingkar Pemuda Jembrana (LPJ), Undiksha, dan Unud di aula Kementerian Agama (Kemenag) Jembrana, Rabu (31/7) siang.

Tiga narasumber Dandim 1617 Jembrana Letkol Kav Djefri Marsono Hanok, Kasi Pendidikan Islam Kemenag Jembrana Sukur, dan akademisi dari Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Jembrana Rifqil Halim.

Dalam sambutan, Pembuka Kasubbag TU Kemenag Jembrana I Gusti Komang Budi Santika mengatakan, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) memiliki banyak pulau, suku, agama dan adat yang berbeda.

Sehingga keragaman ini bisa memicu perpecahan. “Beruntung kita punya perekat yakni konsensus. Karena itu harus diinternalisasi ke dalam diri, jika tidak bisa terpapar pengaruh dari luar yang bisa memecah belah,” ujarnya.

Empat konsensus tersebut yakni Pancasila, Undang – Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Bhinneka Tunggal Ika yang artinya berbeda beda tetap satu jua.

“Empat konsensus ini penting untuk diinternalisasi agar keutuhan bangsa dan negara tetap terjaga,” tegasnya.

Dandim 1617 Jembrana Letkol Kav Djefri Marsono Hanok mengatakan, empat konsensus kebangsaan sudah final.

Mengenai paham khilafah, dua ormas besar di Indonesia, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah sudah tegas menolak paham khilafah karena tidak tepat diterapkan di Indonesia.

“Empat konsensus harga mati. Mari bersama-sama menjaga dasar dan falsafah bangsa dan negara ini,” terangnya.

Dandim mengungkapkan, perjuangan para pendiri bangsa, membentuk NKRI ini jangan sampai ada yang mengubah dengan paham lain.

Generasi muda saat ini, harus mengambil hikmah dari Sumpah Pemuda tahun 1928, di mana pemuda dari seluruh daerah menyatakan Sumpah Pemuda.

“Semangat itu (Sumpah Pemuda) yang dibutuhkan generasi sekarang,” ujarnya. Dandim mengajak peserta yang sebagian besar

mahasiswa dan pemuda Jembrana menghormati para pendiri bangsa yang telah berjuang dan membuat konsensus kebangsaan.

Mempertahankan konsensus kebangsaan sesuai fungsi dan perang masing-masing saling mengisi. Paham yang akan mengubah dasar dan merongrong NKRI, harus dicegah.

“Jangan sampai falsafah bangsa diubah dengan paham lain,” tegasnya. Kasi Pendidikan Islam Kemenag Jembrana Sukur menegaskan bahwa Indonesia merupakan bangsa yang besar.

Memiliki banyak suku, bangsa dan pulau, yang harus dipertahankan dengan empat konsensus kebangsaan.

Nilai yang terkandung dalam empat konsensus ini terpatri dalam diri. “Empat konsensus ini harga mati yang diramu oleh pendiri bangsa untuk diwariskan dan dipertahankan agar negara tetap utuh dan jaya,” tegasnya.

Sukur lalu memandu para peserta mendeklarasikan setia dengan empat konsensus kebangsaan.

Pemuda Jembrana sepakat untuk menolak dan mencegah paham khalifah yang bisa memecah belah bangsa dan NKRI.

Rifqil Halim mengatakan, paham khalifah harus ditolak dengan tegas sebagai ideologi politik bangsa.

Khilafah merupakan bagian sejarah, tapi tidak boleh diterapkan di Indonesia karena bisa menghancurkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Akademisi asal Loloan ini mengajak generasi muda Jembrana untuk menjaga keutuhan bangsa dan negara dengan empat konsensus kebangsaan. “Kita harus menolak dengan tegas khilafah,”  tegasnya. (rba)

NEGARA – Pemahaman keagamaan yang cenderung radikal yang membawa paham khilafah, mengancam keutuhan berbangsa dan bernegara.

Derasnya paham radikal ini harus dicegah dengan membentengi masyarakat, terutama generasi muda.

Salah satunya adalah dengan memberikan pemahaman mengenai peran konsensus kebangsaan untuk mencegah berkembangnya paham khalifah.

Hal tersebut disampaikan oleh pemateri dalam dialog kebangsaan yang digelar Lingkar Pemuda Jembrana (LPJ), Undiksha, dan Unud di aula Kementerian Agama (Kemenag) Jembrana, Rabu (31/7) siang.

Tiga narasumber Dandim 1617 Jembrana Letkol Kav Djefri Marsono Hanok, Kasi Pendidikan Islam Kemenag Jembrana Sukur, dan akademisi dari Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Jembrana Rifqil Halim.

Dalam sambutan, Pembuka Kasubbag TU Kemenag Jembrana I Gusti Komang Budi Santika mengatakan, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) memiliki banyak pulau, suku, agama dan adat yang berbeda.

Sehingga keragaman ini bisa memicu perpecahan. “Beruntung kita punya perekat yakni konsensus. Karena itu harus diinternalisasi ke dalam diri, jika tidak bisa terpapar pengaruh dari luar yang bisa memecah belah,” ujarnya.

Empat konsensus tersebut yakni Pancasila, Undang – Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Bhinneka Tunggal Ika yang artinya berbeda beda tetap satu jua.

“Empat konsensus ini penting untuk diinternalisasi agar keutuhan bangsa dan negara tetap terjaga,” tegasnya.

Dandim 1617 Jembrana Letkol Kav Djefri Marsono Hanok mengatakan, empat konsensus kebangsaan sudah final.

Mengenai paham khilafah, dua ormas besar di Indonesia, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah sudah tegas menolak paham khilafah karena tidak tepat diterapkan di Indonesia.

“Empat konsensus harga mati. Mari bersama-sama menjaga dasar dan falsafah bangsa dan negara ini,” terangnya.

Dandim mengungkapkan, perjuangan para pendiri bangsa, membentuk NKRI ini jangan sampai ada yang mengubah dengan paham lain.

Generasi muda saat ini, harus mengambil hikmah dari Sumpah Pemuda tahun 1928, di mana pemuda dari seluruh daerah menyatakan Sumpah Pemuda.

“Semangat itu (Sumpah Pemuda) yang dibutuhkan generasi sekarang,” ujarnya. Dandim mengajak peserta yang sebagian besar

mahasiswa dan pemuda Jembrana menghormati para pendiri bangsa yang telah berjuang dan membuat konsensus kebangsaan.

Mempertahankan konsensus kebangsaan sesuai fungsi dan perang masing-masing saling mengisi. Paham yang akan mengubah dasar dan merongrong NKRI, harus dicegah.

“Jangan sampai falsafah bangsa diubah dengan paham lain,” tegasnya. Kasi Pendidikan Islam Kemenag Jembrana Sukur menegaskan bahwa Indonesia merupakan bangsa yang besar.

Memiliki banyak suku, bangsa dan pulau, yang harus dipertahankan dengan empat konsensus kebangsaan.

Nilai yang terkandung dalam empat konsensus ini terpatri dalam diri. “Empat konsensus ini harga mati yang diramu oleh pendiri bangsa untuk diwariskan dan dipertahankan agar negara tetap utuh dan jaya,” tegasnya.

Sukur lalu memandu para peserta mendeklarasikan setia dengan empat konsensus kebangsaan.

Pemuda Jembrana sepakat untuk menolak dan mencegah paham khalifah yang bisa memecah belah bangsa dan NKRI.

Rifqil Halim mengatakan, paham khalifah harus ditolak dengan tegas sebagai ideologi politik bangsa.

Khilafah merupakan bagian sejarah, tapi tidak boleh diterapkan di Indonesia karena bisa menghancurkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Akademisi asal Loloan ini mengajak generasi muda Jembrana untuk menjaga keutuhan bangsa dan negara dengan empat konsensus kebangsaan. “Kita harus menolak dengan tegas khilafah,”  tegasnya. (rba)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/