25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 6:36 AM WIB

Magang di Jepang, Dua Warga Karangasem Tewas Tenggelam saat Berlibur

AMLAPURA – Dua orang warga Desa Pempatan, Kecamatan Rendang, yakni I Wayan Ada, 22 dan I Wayan Ariana, 21 yang sedang magang di sebuah perusahaan konstruksi

di Jepang dikabarkan tewas tenggelam saat berenang di Sungai Warashina Perfektur Shizuoka, Jepang, Minggu (4/8) sekitar pukul 14.20.

Pasangan suami istri, Wayan Sudani, 42 dan Wayan Rustini, 39, ayah dan ibu dari I Wayan Ariana saat ditemui di kediamannya, Banjar Waringin, Desa Pempatan, Kecamatan Rendang tampak menangis sesenggukan, Selasa (6/8) kemarin.

Sambil terus menangis, Rustini bercerita bahwa Ariana adalah anak semata wayangnya. Sebelum peristiwa itu terjadi atau pada Minggu (4/8) sekitar pukul 12.00, Ariana sempat menelepon ia dan suaminya untuk menanyakan kabar.

Mengingat hari itu bertepatan dengan hari Umanis Kuningan atau sehari setelah Hari Raya Kuningan, Ariana juga meminta sang ayah dan ibunya itu untuk pergi berjalan-jalan menikmati suasana hari raya.

“Anak saya cerita kalau dia lagi libur. Dia cerita lagi makan-makan dan guling babi sama teman-temannya. Dia telepon sekitar dua jam sebelum kejadian,” ujarnya.

Sekitar pukul 16.00, Sudani mengaku mendapat telepon dari pihak yayasan dan memintanya untuk datang ke yayasan tanpa alasan yang jelas hari itu juga.

Saat tiba di yayasan, ia baru diberi tahu jika anaknya mengalami peristiwa tenggelam dan kondisinya pada saat itu sedang sekarat.

Senin (5/8) lalu, baru diberi tahu kalau anak semata wayangnya itu meninggal dunia dalam peristiwa itu.

“Mungkin maksud yayasan agar kami tidak shock sehingga diberi tahu pelan-pelan. Saat mendengar anak saya meninggal,

hancur sekali rasanya. Nasib saya jelek. Punya anak satu dan meninggal. Saya tidak ada firasat apa-apa,” katanya sambil menangis.

Dikatakannya, saat ini pihak yayasan sedang mengurus kepulangan jenazah anaknya. Diperkirakan hari Jumat (9/8), jenazah anaknya sudah sampai di rumah.

“Rencananya akan dikubur. Untuk harinya, akan dirembukan dengan keluarga untuk mencari hari baik,” terangnya.

Kondisi serupa juga terlihat di kediaman I Wayan Ada. Tampak keluarga Wayan Ada sangat terpukul. Terutamanya sang nenek, I Wayan Parsa yang tampak masih sangat terpukul dan terus menangis.

Pasalnya sang nenek yang sejak kecil merawat Wayan Ada setelah sang ibu, Wayan Budiani meninggal dunia saat Wayan Ada berusia 4 tahun.

Sementara sang ayah, I Wayan Parsa harus bekerja. “Saya yang dari kecil merawat. Ibunya meninggal, bapaknya kerja. Jadi setiap hari sama saya,” ujar nenek Ada sambil menangis.

 

 

AMLAPURA – Dua orang warga Desa Pempatan, Kecamatan Rendang, yakni I Wayan Ada, 22 dan I Wayan Ariana, 21 yang sedang magang di sebuah perusahaan konstruksi

di Jepang dikabarkan tewas tenggelam saat berenang di Sungai Warashina Perfektur Shizuoka, Jepang, Minggu (4/8) sekitar pukul 14.20.

Pasangan suami istri, Wayan Sudani, 42 dan Wayan Rustini, 39, ayah dan ibu dari I Wayan Ariana saat ditemui di kediamannya, Banjar Waringin, Desa Pempatan, Kecamatan Rendang tampak menangis sesenggukan, Selasa (6/8) kemarin.

Sambil terus menangis, Rustini bercerita bahwa Ariana adalah anak semata wayangnya. Sebelum peristiwa itu terjadi atau pada Minggu (4/8) sekitar pukul 12.00, Ariana sempat menelepon ia dan suaminya untuk menanyakan kabar.

Mengingat hari itu bertepatan dengan hari Umanis Kuningan atau sehari setelah Hari Raya Kuningan, Ariana juga meminta sang ayah dan ibunya itu untuk pergi berjalan-jalan menikmati suasana hari raya.

“Anak saya cerita kalau dia lagi libur. Dia cerita lagi makan-makan dan guling babi sama teman-temannya. Dia telepon sekitar dua jam sebelum kejadian,” ujarnya.

Sekitar pukul 16.00, Sudani mengaku mendapat telepon dari pihak yayasan dan memintanya untuk datang ke yayasan tanpa alasan yang jelas hari itu juga.

Saat tiba di yayasan, ia baru diberi tahu jika anaknya mengalami peristiwa tenggelam dan kondisinya pada saat itu sedang sekarat.

Senin (5/8) lalu, baru diberi tahu kalau anak semata wayangnya itu meninggal dunia dalam peristiwa itu.

“Mungkin maksud yayasan agar kami tidak shock sehingga diberi tahu pelan-pelan. Saat mendengar anak saya meninggal,

hancur sekali rasanya. Nasib saya jelek. Punya anak satu dan meninggal. Saya tidak ada firasat apa-apa,” katanya sambil menangis.

Dikatakannya, saat ini pihak yayasan sedang mengurus kepulangan jenazah anaknya. Diperkirakan hari Jumat (9/8), jenazah anaknya sudah sampai di rumah.

“Rencananya akan dikubur. Untuk harinya, akan dirembukan dengan keluarga untuk mencari hari baik,” terangnya.

Kondisi serupa juga terlihat di kediaman I Wayan Ada. Tampak keluarga Wayan Ada sangat terpukul. Terutamanya sang nenek, I Wayan Parsa yang tampak masih sangat terpukul dan terus menangis.

Pasalnya sang nenek yang sejak kecil merawat Wayan Ada setelah sang ibu, Wayan Budiani meninggal dunia saat Wayan Ada berusia 4 tahun.

Sementara sang ayah, I Wayan Parsa harus bekerja. “Saya yang dari kecil merawat. Ibunya meninggal, bapaknya kerja. Jadi setiap hari sama saya,” ujar nenek Ada sambil menangis.

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/