SINGARAJA – Komite SDN 2 Sinabun meminta Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng memindah-tugaskan seorang guru di sekolah setempat.
Penyebabnya, guru itu diduga kerap melakukan tindak kekerasan pada siswa. Akibatnya siswa pun menjadi trauma dengan kondisi tersebut.
Diduga permasalahan berakar pada overload kapasitas ruang kelas siswa. Kini siswa yang duduk di kelas III sekolah setempat, berjumlah 49 orang.
Tadinya, siswa itu dibagi dalam kedua kelas. Namun karena salah seorang guru sudah purna tugas, akhirnya kelas digabung menjadi satu.
Jumlah siswa yang terlalu banyak, menyebabkan proses belajar mengajar menjadi tak efektif. Proses belajar yang tak efektif, diduga memicu guru menjadi stress karena beban tugas menjadi terlalu tinggi.
Akibatnya guru tersebut kerap memukul siswa yang belum mampu memenuhi standar pelajaran. Tak tanggung-tanggung, siswa itu dipukul menggunakan gagang sapu.
Ketua Komite SDN 2 Sinabun I Nyoman Supartha mengatakan, total ada delapan orang siswa yang mengadu menjadi korban kekerasan.
Orang tua siswa kemudian mengadu pada komite. Selasa (13/8) kemarin, pihak komite kemudian melakukan mediasi antara orang tua dengan guru yang bersangkutan.
Saat mediasi, guru berdalih memukul dengan kasih sayang. Salah satu pemicunya, siswa belum mampu membaca.
“Banyak siswa yang trauma dan akhirnya minta pindah sekolah. Kami sebagai komite kan berusaha memfasilitasi apa yang jadi keluhan orang tua, biar tidak resah,” kata Supartha.
Setelah menggali lagi informasi, ternyata banyak siswa lain yang pernah menjadi korban serupa. Supartha pun tak tahu pasti apa pemicu guru tersebut melakukan pemukulan.
Apakah terkait jumlah siswa yang terlalu banyak, atau memang berkaitan dengan karakter guru yang bersangkutan.
“Kami sudah bersurat ke Dinas Pendidikan. Kami berharap gurunya bisa dipindah. Sebab anak-anak di sini sudah takut. Dengar nama gurunya saja sudah takut.
Ada yang trauma, tidak mau sekolah juga. Intinya kami ingin anak-anak di sini dapat pendidikan yang layak, nyaman, tidak trauma, dan tidak takut sekolah lagi,” imbuhnya.
Sementara itu Kepala Disdikpora Buleleng Gde Dharmaja yang ditemui di Gedung DPRD Buleleng siang kemarin, mengaku baru menerima informasi terkait peristiwa tersebut.
“Suratnya mungkin sudah masuk, tapi saya belum baca. Nanti kami telusuri dulu akar permasalahannya seperti apa,” kata Dharmaja.