Perpustakaan Desa Mengwi, Badung, beradu dengan 75 ribu desa/ kelurahan se-Indonesia. Hasilnya, mampu meraih gelar Juara Harapan I Klaser A, Lomba Perpustakaan Umum terbaik (desa/kelurahan) tingkat Nasional.
I MADE DWIJA PUTRA, Mengwi
HASIL ini tentu membanggakan. Di tengah lesunya budaya baca. Keberadaan perpustakaan milik Desa Mengwi berlokasi di timur kantor Perbekel Desa Mengwi di Jalan Ayodya, Desa Mengwi persis depan museum ogoh-ogoh.
Memasuki perpustakaan dengan luas 166,5 meter persegi tersebut sudah terlihat rak yang berisi aneka buku dengan rapi.
Mulai buku UMKM, sastra, sejarah, buku anak-anak, majalah, dan aneka buku lainnya. Total ada sekitar 3.000 koleksi buku.
Tidak hanya buku, berbagai fasilitas juga telah disediakan. Seperti ruang baca duduk dan lesehan, internet gratis, katalog manual dan digital, bengkel buku, dan lainnya.
Menariknya mereka juga menyediakan koleksi buku braille dan tempat baca diperuntukkan penyandang disabilitas.
Perpustakaan tersebut buka hari Senin- Kamis pukul 08.00-15.30. Pada hari Jumat –Minggu buka dari pukul 08.00-12.00. Namun, pada hari libur Nasional perpustakaan itu tutup.
Perbekel Desa Mengwi I Ketut Umbara mengatakan, perpustakaan Desa Mengwi berdiri dari tahun 1999. Kala itu perbekel dijabat oleh I Nyoman Gede Murdita.
Ide membentuk perpustakaan untuk merekrut anak muda biar gemar membaca. Tahun 2013 ketika ia menjabat perbekel, kembali muncul ide untuk mengembangkan perpustakaan tersebut.
Karena perpustakaan tempatnya kecil, akhirnya ruangannya diperbesar yang berlokasi di depan museum ogoh-ogoh Taman Ayun, dengan luas 166,5 meter persegi.
“Fasilitasnya itu ada wifi gratis, tempat baca, braille untuk anak disabilitas dan tempat bacanya, tempat baca anak-anak, dan masih banyak lagi,” terangnya kemarin.
Lebih lanjut, koleksi buku saat ini sudah ada hampir tiga ribu lebih. Koleksi buku juga berdasarkan masukan dari masyarakat.
Namun, saat ini dominan ditonjolkan buku UMKM. Seperti buku tentang jamur karena di Mengwi juga terdapat kelompok jamur,
buku tentang tedung Bali sebab tedung menjadi ikon kerajinan Desa Mengwi, budidaya dan pengolahan belut serta lainnya.
Selain itu buku tentang budaya Bali, sehingga sejalan dengan keberadaan museum ogoh-ogoh yang berada di depan perpustakaan tersebut.
“Masyarkat meminjam buku secara gratis. Tapi, mereka harus melakukan pendataan untuk pembuatan kartu. Setelah itu baru bisa pinjam buku, ” jelas suami dari Ni Nyoman Artatik ini.
Selain itu, juga disediakan layanan perpustakaan keliling. Hal ini dilakukan untuk menambah motivasi masyarakat untuk gemar membaca.
Petugas biasanya berkeliling dua kali sekali dalam seminggu menyasar aktivitas masyarakat. Seperti acara ulang tahun sekaa teruna, acara lansia, dan lainnya yang melibatkan masyarakat banyak.
“Selain di tengah masyarakat, mobil perpustakaan keliling ini juga menyasar ke sekolah-sekolah,” beber bapak dua anak ini.
Sejauh ini, antusias masyarakat untuk mengunjungi perpustakaan tiap tahun mengalami peningkatan. Kalau dilihat statistik kunjungan tiga tahun terakhir
pada tahun 2017 dari kalangan pegawai ada 247 kunjungan, karang taruna dan PKK ada 356 kunjungan, dan pelajar 442 kunjungan.
Namun, di tahun 2018 kunjungan mengalami kenaikan drastis untuk kalangan pegawai 1.640 kunjungan, kalangan Karang Taruna
dan PKK ada 1.916 kunjungan, dan untuk pelajar serta umum mendominasi kunjungan mencapai 2.670 kunjungan.
Nah, di tahun 2019 sampai bulan Juli ini untuk kalangan pegawai mencapai 606 kunjungan, kalangan karang taruna dan PKK mencapai 662 kunjungan, kalangan pelajar dan umum mencapai 923 kunjungan.
“Untuk kunjungan kami lihat belakangan mulai antusias, terutama anak-anak dan pelajar yang aktif mengunjungi perpustakaan,” terang pria kelahiran 3 Oktober 1969 ini.
Sementara anggaran untuk koleksi buku, Umbara mengakui untuk pengadaan buku itu diambil dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes).
Bahkan, tiap tahun dirancang untuk menambah koleksi buku perpustakaan sesuai dengan minat masyarakat setempat.
“Kami berbenah untuk perpustakaan ini dari APBDes. Tahun 2019 kita anggarkan Rp 45 juta untuk menambah koleksi buku,” jelas pria asal Banjar Gambang Mengwi, Badung ini.
Hasil berbenah dan inovasi dari perpustakaan tersebut akhirnya membuahkan hasil. Awalnya pada tahun 2016 Perpustakaan Desa Mengwi sempat mengikuti lomba di tingkat provinsi tetapi hanya mendapat juara III.
Nah, di tahun 2019 ini, Desa Mengwi kembali ditunjuk oleh Pemkab Badung melalui Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Badung untuk mengikuti lomba di tingkat provinsi.
Walhasil, mereka mendapat juara I tingkat provinsi. Kemudian, mereka rutin mendapat pembinaan dari tingkat kabupaten maupun provinsi untuk berbenah. Karena perpustakaan tersebut mewakili Bali untuk lomba di tingkat nasional.
Nah, pada tanggal 5 Agustus 2019 dilakukan verifikasi dari Ketua Tim Penilai Perpustakaan Tingkat Nasional T. Syamsul Bahri karena masuk nominasi enam besar di tingkat nasional.
Akhirnya tanggal 14 Agustus 2019 Perbekel Desa Mengwi diundang untuk presentasi ke Jakarta.
Bahkan, perpustakaan tersebut masuk Klaser A Lomba Perpustakaan Umum terbaik (Desa/Kelurahan) tingkat Nasional yang bersaing dengan 6 kabupaten/kota di Indonesia.
Kemudian nilai presentasi dan verifikasi ketua tim penilai digabung untuk menentukan juaranya.
Ada pun para juaranya yakni Jogjakarta mendapat juara I, Jepara meraih juara II, Surabaya juara III, Bali yang diwakili Perpustakaan Desa Mengwi, Badung, juara harapan I, harapan II diraih Sukabumi, dan harapan III diraih oleh Sulawesi Tengah.
“Kami semangat dan bangga mendapat harapan I di tingkat Nasional. Karena kami bersaing dengan 75 ribu desa se- Indonesia,” jelasnya.
Ke depan, pihaknya terus ingin berbenah. Bahkan, memiliki keinginan untuk membikin aplikasi perpustakaan digital yang bisa diakses oleh smartphone. Sehingga masyarakat bisa melihat dan meminjam buku secara online.
Apalagi Pemkab Badung melalui Dinas Perpustakaan dan Kearsipan telah memiliki perpustakaan digital bernama iBadung. Tentu hal ini juga nantinya bisa diintegrasikan.
“Era sekarang sudah serba digital, jadi kami ingin membikin aplikasi perpustakaan yang berbasis digital. Sehingga masyarakat cukup melihat dan meminjam buku melalui smartphone saja,” ungkapnya.
Secara terpisah, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Badung Ni Wayan Kristiani, atas perolehan prestasi tersebut
dia berharap semakin banyak masyarakat memanfaatkan perpustakaan untuk menambah ilmu dan juga sebagai tempat rekreasi atau hiburan.
“Dan, tentu dapat meningkatkan budaya minat baca masyarakat melalui meningkatnya jumlah masyarakat yang berkunjung dan membaca buku di perpustakaan desa,” pungkasnya. (*)