SUKASADA – Para pemuda dan santri di Kabupaten Buleleng, diharapkan menjadi garda terdepan dalam menolak ideologi khilafah dalam berbangsa dan bernegara.
Mereka diharapkan bisa melakukan sosialisasi pada masyarakat umum, terkait bahaya diterapkannya khilafah di Indonesia.
Hal itu terungkap saat acara Temu Pemuda dan Santri di Pondok Pesantren Syamsul Huda, Desa Tegallinggah, Minggu (25/8).
Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh Majelis Dzikir dan Sholawat Rijalul Ansor PAC Gerakan Pemuda Ansor Buleleng, yang bekerjasama dengan Forum Remaja dan Pemuda Masjid Tegallinggah (Formalingga).
Dalam acara temu pemuda itu, mereka juga menggelar dialog dengan tema “Semangat Pemuda dan Santri Dalam Mengisi 74 Tahun Indonesia Merdeka Tolak Khilafah dan Radikalisme”.
Sejumlah pembicara yang diundang hadir yakni Kasat Binmas Polres Buleleng AKP Ketut Widasa Sangku, Komandan Koramil Kecamatan Sawan Kapten Cba Ari Pamungkas,
serta Rois Syuriah Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Buleleng Ustadz Moh. Ishaq Asyahari. Dialog itu dipimpin Ketua Formalingga, Juhairi.
Ketua Panitia Temu Pemuda dan Santri, Ustadz Ali Mas’ud mengatakan, dalam mengisi kemerdekaan di Indonesia, para pemuda dan santri diharapkan bisa mempertahankan kemerdekaan.
Salah satunya dengan mengamalkan sikap bela negara dan cinta tanah air. “Kami berharap setelah kegiatan ini, para pemuda dan santri mendapat tambahan wawasan dan
ilmu tentang kebangsaan. Sehingga ketika ada paham-paham yang mencoba mengganti ideologi berbangsa dan bernegara, dapat ditolak dan dipatahkan,” kata Ali.
Sementara itu, Rois Syuriah PCNU Buleleng Ustadz Ishaq Asyahari mengatakan, pemuda dan santri harus memahami semangat perjuangan dalam mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Menurutnya sejak dulu, para tokoh NU sudah memerangi paham khilafah. “Khilafah itu sudah ditolak di Arab, Kuwait, Malaysia, dimana-mana.
Jangan kemudian diterapkan di Indonesia. Kalau mengutip kata Kiai Maruf Amin, khilafah itu tertolak dengan sendirinya, karena tidak bisa masuk. Sudah menyalahi kesepakatan dalam berbangsa dan bernegara,” tegas Ishaq.
Ia juga menghimbau agar para pemuda Islam dan santri, menyelenggarakan kajian-kajian yang mengarah pada ahlus-sunnah wal jama’ah yang benar.
“Sehingga nanti adik-adik generasi penerus itu tahu seperti apa akidah yang benar. Kalau akidah sudah dijaga, maka paham khilafah itu tidak akan bisa masuk ke lembaga pendidikan, lembaga agama, apalagi masuk ke masjid-masjid,” tegasnya.
Disisi lain, Kabid Pengembangan Nilai Kebangsaan Badan Kesbangpol Buleleng Ketut Swastika mengatakan, Indonesia didirikan berdasar suku, ras, dan agama yang berbeda-beda.
Keragaman itu hendaknya tak dijadikan alasan memecah bangsa. “Kami mengajak pemuda dan santri menjaga ketentraman dan ketertiban.
Semoga dialog kebangsaan ini, menjadi kontribusi positif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,” katanya. (rba)