29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 9:20 AM WIB

Suliasih Kerja Serabutan, Berharap Sang Cucu Dapat Pendidikan Layak

Keluarga lansia di Banjar Dinas Pendem, Desa Bebetin, kini kesulitan memenuhi kehidupan sehari-hari. Mereka berharap mendapat uluran tangan untuk membiayai kebutuhan pendidikan cucu satu-satunya.

 

EKA PRASETYA, Singaraja

GURU Soma Dapet, 80, terlihat duduk termenung di depan rumahnya. Rumah yang ditempati Guru Soma bersama istrinya, Ketut Suliasih, 60, terbuat dari batu bata.

Rumah itu merupakan bantuan bedah rumah dari Pemprov Bali pada tahun 2018 silam. Tak lama kemudian datang Ketut Suliasih dengan tergopoh-gopoh.

Ia menggendong Ni Luh Putu Juli Tini, 5, cucu satu-satunya. Tadinya Suliasih tengah mengawasi cucunya bermain di rumah tetangga.

Keluarga lansia ini memang sudah tak produktif lagi. Guru Soma merupakan mantan kelian subak. Lantaran usianya sudah lanjut, matanya pun menjadi lamur.

Daya ingatnya menurun. Terkadang saat diajak bicara pun jawabannya tak nyambung. Sementara Dadong Suliasih hanya bekerja serabutan.

Bila mendapat pekerjaan, sehari biasanya ia mendapat upah maksimal Rp 60 ribu. Tapi, saat tak ada pekerjaan, ia hanya mengumpulkan kayu bakar agar bisa menanak nasi.

Pendapatannya itu praktis digunakan untuk makan sehari-hari. Sementara anak satu-satunya, Gede Sarana, sudah meninggal sekitar 4 tahun silam.

Sarana meninggal karena kecelakaan, saat hendak membelikan anaknya susu. Sementara menantunya sudah pergi dari rumah saat Juli Tini berusia tiga bulan. Praktis Juli Tini selama ini diasuh oleh kakek neneknya.

“Inginnya kan biar cucu saya bisa sekolah. Kalau mengandalkan bayaran jadi buruh kan belum tentu bisa. Untuk makan saja kadang kurang,” kata Suliasih.

Suliasih pun menolak opsi menyerahkan cucunya ke panti asuhan. “Selama saya masih ada umur, saya akan berusaha rawat semampu saya. Dia cucu saya satu-satunya,” tegasnya.

Kemarin (26/8) tim dari Dinas Sosial Buleleng menjajagi keberadaan keluarga ini. Memang keluarga tersebut membutuhkan suntikan dana, agar cucunya bisa bersekolah.

Bersyukur sejumlah donatur sudah memberikan bantuan dana, agar Ni Luh Putu Juli Tini bisa sekolah di TK terdekat.

Terhitung sejak hari ini, Juli Tini akan disekolahkan di TK Widya Kumara, yang ada di Lapangan Desa Bebetin. Jarak rumah Tini dengan sekolah memang cukup jauh.

Sehingga harus menyewa ojek. Konon sejumlah donatur juga sudah menyanggupi memberikan biaya ojek pada keluarga itu.

Pelaksana Harian (Plh) Perbekel Bebetin I Made Mei Wijaya mengatakan, keluarga Guru Soma memang termasuk salah satu keluarga miskin di Bebetin.

Pihak desa saat ini belum bisa berbuat banyak, karena alokasi biaya pendidikan belum tercantum dalam APBDes.

“Masalahnya kan keluarga ini lansia, kalau kerja juga tidak bisa maksimal. Kedepan kami akan coba anggarkan di APBDes

dana bantuan untuk keluarga lansia seperti ini. Termasuk bantuan beasiswa pendidikan juga,” kata Wijaya.

Sementara itu, Kabid Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Dinsos Buleleng Luh Emi Suesti mengatakan, pemerintah tak bisa memasukkan keluarga itu

sebagai penerima bantuan pendidikan dalam Program Keluarga Harapan (PKH). Sebab keluarga ini sudah tak memenuhi kriteria.

Meski begitu, Emi menegaskan pemerintah tak lepas tangan. Keluarga itu tetap menerima bantuan bedah rumah dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).

Khusus untuk bantuan pendidikan yang dibutuhkan, Emi mengatakan Dinsos akan berkoordinasi dengan yayasan yang bekerjasama dengan pemerintah.

“Sekarang kan anaknya sudah masuk TK. Tetap kami lihat perkembangannya. Mudah-mudahan sekolahnya lancar.

Jadi kalau bantuannya terhenti, kami akan segera cari bantuan. Sudah ada beberapa yayasan dan donatur yang siap menyokong dana pendidikannya,” kata Emi. (*)

 

Keluarga lansia di Banjar Dinas Pendem, Desa Bebetin, kini kesulitan memenuhi kehidupan sehari-hari. Mereka berharap mendapat uluran tangan untuk membiayai kebutuhan pendidikan cucu satu-satunya.

 

EKA PRASETYA, Singaraja

GURU Soma Dapet, 80, terlihat duduk termenung di depan rumahnya. Rumah yang ditempati Guru Soma bersama istrinya, Ketut Suliasih, 60, terbuat dari batu bata.

Rumah itu merupakan bantuan bedah rumah dari Pemprov Bali pada tahun 2018 silam. Tak lama kemudian datang Ketut Suliasih dengan tergopoh-gopoh.

Ia menggendong Ni Luh Putu Juli Tini, 5, cucu satu-satunya. Tadinya Suliasih tengah mengawasi cucunya bermain di rumah tetangga.

Keluarga lansia ini memang sudah tak produktif lagi. Guru Soma merupakan mantan kelian subak. Lantaran usianya sudah lanjut, matanya pun menjadi lamur.

Daya ingatnya menurun. Terkadang saat diajak bicara pun jawabannya tak nyambung. Sementara Dadong Suliasih hanya bekerja serabutan.

Bila mendapat pekerjaan, sehari biasanya ia mendapat upah maksimal Rp 60 ribu. Tapi, saat tak ada pekerjaan, ia hanya mengumpulkan kayu bakar agar bisa menanak nasi.

Pendapatannya itu praktis digunakan untuk makan sehari-hari. Sementara anak satu-satunya, Gede Sarana, sudah meninggal sekitar 4 tahun silam.

Sarana meninggal karena kecelakaan, saat hendak membelikan anaknya susu. Sementara menantunya sudah pergi dari rumah saat Juli Tini berusia tiga bulan. Praktis Juli Tini selama ini diasuh oleh kakek neneknya.

“Inginnya kan biar cucu saya bisa sekolah. Kalau mengandalkan bayaran jadi buruh kan belum tentu bisa. Untuk makan saja kadang kurang,” kata Suliasih.

Suliasih pun menolak opsi menyerahkan cucunya ke panti asuhan. “Selama saya masih ada umur, saya akan berusaha rawat semampu saya. Dia cucu saya satu-satunya,” tegasnya.

Kemarin (26/8) tim dari Dinas Sosial Buleleng menjajagi keberadaan keluarga ini. Memang keluarga tersebut membutuhkan suntikan dana, agar cucunya bisa bersekolah.

Bersyukur sejumlah donatur sudah memberikan bantuan dana, agar Ni Luh Putu Juli Tini bisa sekolah di TK terdekat.

Terhitung sejak hari ini, Juli Tini akan disekolahkan di TK Widya Kumara, yang ada di Lapangan Desa Bebetin. Jarak rumah Tini dengan sekolah memang cukup jauh.

Sehingga harus menyewa ojek. Konon sejumlah donatur juga sudah menyanggupi memberikan biaya ojek pada keluarga itu.

Pelaksana Harian (Plh) Perbekel Bebetin I Made Mei Wijaya mengatakan, keluarga Guru Soma memang termasuk salah satu keluarga miskin di Bebetin.

Pihak desa saat ini belum bisa berbuat banyak, karena alokasi biaya pendidikan belum tercantum dalam APBDes.

“Masalahnya kan keluarga ini lansia, kalau kerja juga tidak bisa maksimal. Kedepan kami akan coba anggarkan di APBDes

dana bantuan untuk keluarga lansia seperti ini. Termasuk bantuan beasiswa pendidikan juga,” kata Wijaya.

Sementara itu, Kabid Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Dinsos Buleleng Luh Emi Suesti mengatakan, pemerintah tak bisa memasukkan keluarga itu

sebagai penerima bantuan pendidikan dalam Program Keluarga Harapan (PKH). Sebab keluarga ini sudah tak memenuhi kriteria.

Meski begitu, Emi menegaskan pemerintah tak lepas tangan. Keluarga itu tetap menerima bantuan bedah rumah dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).

Khusus untuk bantuan pendidikan yang dibutuhkan, Emi mengatakan Dinsos akan berkoordinasi dengan yayasan yang bekerjasama dengan pemerintah.

“Sekarang kan anaknya sudah masuk TK. Tetap kami lihat perkembangannya. Mudah-mudahan sekolahnya lancar.

Jadi kalau bantuannya terhenti, kami akan segera cari bantuan. Sudah ada beberapa yayasan dan donatur yang siap menyokong dana pendidikannya,” kata Emi. (*)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/