DENPASAR – Desa wisata menjadi fokus seminar nasional bertajuk Digital User Experience (pengalaman pengguna digital, red) yang diprakarsai Universitas Brawijaya Malang di Prime Plaza Hotel, Sanur, Selasa (27/8).
Tak main-main, Harteknas 2019 yang dipusatkan di Bali jadi momentum bertemu nya praktisi desa wisata se Bali dengan akademisi pemerhati desa wisata dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
Dalam sambutan nya Rektor Universitas Brawijaya yang diwakili oleh Ketua LPPM Dr Ir Bambang Susilo MAgr. Sc mengatakan,
pergerakan desa wisata dalam upaya menopang pariwisata nasional membutuhkan sentuhan teknologi informasi.
Digital User Experience yang selaras dengan tema Harteknas 2019, yakni “Iptek dan Inovasi dalam Industri Kreatif 4.0” diharapkan menjadi jembatan penghubung ide-ide akademisi dan pengalaman para praktisi.
Terkait hal itu, Lembaga Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) UB memiliki program unggulan “doktor mengabdi” yang fokus pada pembinaan dan penguatan desa wisata.
“Kita kembangkan desa sebagai mitra kita. Ke depan, pembangunan yang sangat strategis adalah pengembangan desa wisata. Semua aspek akan ikut terbangun,”.
Fakta bahwa penduduk Indonesia sebagai besar terkonsentrasi di pedesaan menjadi dasar yang kuat bagi pengembangan desa wisata.
“Bila desa kita kembangkan, akan banyak orang kembali ke desa. Otomatis ekonomi desa akan berkembang,” ungkapnya.
Sekretaris LPPM UB sekaligus ketua panitia acara, Dodi W.Irawanto PhD menekankan seminar digelar sebagai media desiminasi
hasil penelitian, pengembangan dan perkembangan terkini di bidang pariwisata berbasis desa, green tourism, dan e-tourism.
Sebagai narasumber dihadirkan para pelaku aktif pengembangan desa wista skala nasional. Dr. Dhian Tyas Untari,S.E.,M.M juga memberikan paparannya terkait kedaulatan pariwisata Indonesia melalui pengembangan desa wisata.
Di sisi lain, pelaku desa wisata unggulan nasional Ir. Doto Yogantoro berbagi pengalaman tentang pentingnya pembangunan wisata berkelanjutan di Kabupaten Sleman.
Terakhir, Drs.Nyoman Mangku Kandia, M.Ag dalam kiprahnya terkait pengembangan desa wisata di Desa Mas, Ubud, Gianyar.
“Tagline pembangunan wisata nasional, yakni pariwisata berkelanjutan harus mensinergikan beberapa aspek seperti eco tourism, green tourism, sport tourism.
Kami berharap ada titik tengah dari para akademisi dan praktisi yang kami undang ke sini (seminar, red). Perguruan tinggi,
khususnya akademisi wajib memberikan sumbangsih dalam bentuk tulisan yang tentunya bisa menjadi referensi desa wisata,” ucapnya.
Dalam seminar Digital User Experience, imbuh Dodi dikupas 18 makalah akademik dari beberapa universitas nasional.
“Kami juga mendesain soft launching aplikasi desa wisata Go Village dalam seminar ini. Aplikasi ini kami rancang bisa di-download oleh para pelaku desa wisata nasional.
Semoga kelak bisa memberikan manfaat positif bagi ekonomi desa,” tandasnya sembari menyebut aplikasi dimaksud merupakan karya mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya.
“Ini (aplikasi, red) melalui proses survei panjang. Kami bolak-balik Bali. Beberapa kali ke Desa Mas, Ubud dan Nyuh Kuning untuk
melihat apa yang terjadi di situ (desa wisata, red) hingga akhirnya menjadi pilot project di aplikasi kami,” rincinya.
Dodi berharap seminar nasional UB menjadi ajang temu ilmiah seluruh stakeholders pariwisata. Sekaligus wahana para peneliti, akademisi,
pelaku industri, dan praktisi untuk berbagi ilmu dan pengalaman sehingga memunculkan karya-karya kreatif dan inovatif.
“Pariwisata berbasis desa wisata dapat menjadi solusi bagi pembangunan wisata nasional berkelanjutan, khususnya dalam menopang pembangunan nasional,” tutupnya.
Seminar Digital User Experience UB terselenggara berkat dukungan Politeknik Negeri Bali dan PT Telkom Indonesia. (rba)