RadarBali.com – Akademisi Universitas Udayana Wahyu Budi Nugroho menerbitkan buku tentang mantan pemimpin Negara Kuba, Fidel Castro.
Dosen sosiologi ini menulis buku tentang dengan gaya pop yang ditujukan khususnya untuk kalangan pemula atau remaja.
“Memang dibuat pop untuk para pemula dan remaja yang baru mengenal ide-ide baru,” terang Wahyu dalam bedah buku yang digelar di Warung Kubu Kopi, Jalan Hayam Wuruk, Denpasar Sabtu (23/9).
Buku berjudul Riwayat Pemberontakan El Comandante Fidel Castro ini, dibahas oleh beberapa orang.
Ada dosen Hubungan Industrial Unud AA Bagus Surya Nugraha, pengelola Taman Baca Kesiman Gede Indra Pramana dan jurnalis.
Dalam bedah buku yang dimoderatori mantan anggota Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Bali, Nyoman Mardika, ini juga hadir sejumlah tokoh, aktivis dan budayawan, maupun penggerak literasi di Bali.
Di antaranya budayawan dan pengamat seni asal Perancis yang telah lama di Bali, Dr. Jean Couteau; Made “Bodrek” Arsana Putra; ketua KPW PRD Bali Imam Munawir, Kepala Ombudsman Republik Indonesia (ORI) Perwakilan Bali, Umar Ibnu Alkhatab, dan puluhan lainnya.
Dalam bedah buku ini, juga muncul diskusi nasib Kuba pasca meninggalnya Fidel Castro pada 2016 lalu.
Jean Couteau memprediksi, Kuba akan bernasib seperti Tiongkok, yang mengadopsi kapitalisme dalam menjalankan perekonomiannya.
Bahkan, katanya, memungkinkan menjadi multipartai, mengganti konsep satu partai saat ini. “Dalam waktu 10 tahun, akan seperti Tiongkok,” kata Couteau, memprediksi.
Kalau itu terjadi, Surya Nugraha menyatakan, berkurang negara-negara penyeimbang Amerika Serikat dalam hal ideologi.
Yakni, AS yang sangat kapitalistik, sedangkan Kuba yang selama ini dikenal sebagai negara yang menganut paham sosialisme. “Ini tidak menarik lagi,” tutur Surya.