26.1 C
Jakarta
18 September 2024, 2:54 AM WIB

Minim Generasi Penerus, Songket Beratan Terancam Punah

SINGARAJA  – Produk kerajinan Songket Beratan, terancam punah. Penyebabnya, generasi penerus penenun songket di wilayah tersebut, sangat minim.

Apabila tak ditanggulangi, tak menutup kemungkinan produk-produk kerajinan berupa songket, hanya tinggal cerita.

Sebenarnya Songket Beratan telah diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

Sayangnya penetapan itu tak diikuti oleh pemerintah daerah untuk melakukan regenerasi penenun di sana.

Tenun Songket Beratan disebut sudah ada sejak abad ke-14. Motif songket memiliki gaya yang unik.

Karena terpengaruh dari motif di Pagringsingan, motif kerajinan khas Buleleng, hingga pengaruh dari Tiongkok.

Kepala Dinas Kebudayaan Buleleng Gede Komang tak menampik bahwa generasi penerus penenun Songket Beratan sudah sangat terbatas.

Khusus di Wilayah Kelurahan Beratan, saat ini hanya ada penenun sepuh. Jumlah produk yang dihasilkan pun sangat terbatas.

Selain di sana, Songket Beratan juga disebut dihasilkan dari Banjar Dinas Beratan, Desa Patemon.

Mencegah punahnya motif tersebut, Gede Komang mengaku akan melakukan penggalian motif-motif songket tersebut.

“Kami akan gali dan dokumentasikan jenis-jenis motifnya seperti apa. Kalau perlu sampai dengan teknik tenunnya juga kami dokumentasikan,” kata Gede Komang.

Selain itu pihaknya juga akan berkoordinasi dengan instansi yang membidangi masalah produk kerajinan. Sehingga warga di Beratan dapat diberikan pelatihan tenun.

“Saya yakin kalau sudah lihat bentuk, dilatih, pasti bisa. Hanya perlu diberi pelatihan, ruang, dan waktu untuk itu. Sudah berabad-abad jadi trah penenun, pasti keahlian itu tidak akan hilang. Tinggal dilatih saja,” tegasnya.

Sementara untuk produk songket lainnya, Gede Komang menyebut relatif tak ada masalah. Sebab perajin yang menggelutinya juga cukup banyak. 

SINGARAJA  – Produk kerajinan Songket Beratan, terancam punah. Penyebabnya, generasi penerus penenun songket di wilayah tersebut, sangat minim.

Apabila tak ditanggulangi, tak menutup kemungkinan produk-produk kerajinan berupa songket, hanya tinggal cerita.

Sebenarnya Songket Beratan telah diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

Sayangnya penetapan itu tak diikuti oleh pemerintah daerah untuk melakukan regenerasi penenun di sana.

Tenun Songket Beratan disebut sudah ada sejak abad ke-14. Motif songket memiliki gaya yang unik.

Karena terpengaruh dari motif di Pagringsingan, motif kerajinan khas Buleleng, hingga pengaruh dari Tiongkok.

Kepala Dinas Kebudayaan Buleleng Gede Komang tak menampik bahwa generasi penerus penenun Songket Beratan sudah sangat terbatas.

Khusus di Wilayah Kelurahan Beratan, saat ini hanya ada penenun sepuh. Jumlah produk yang dihasilkan pun sangat terbatas.

Selain di sana, Songket Beratan juga disebut dihasilkan dari Banjar Dinas Beratan, Desa Patemon.

Mencegah punahnya motif tersebut, Gede Komang mengaku akan melakukan penggalian motif-motif songket tersebut.

“Kami akan gali dan dokumentasikan jenis-jenis motifnya seperti apa. Kalau perlu sampai dengan teknik tenunnya juga kami dokumentasikan,” kata Gede Komang.

Selain itu pihaknya juga akan berkoordinasi dengan instansi yang membidangi masalah produk kerajinan. Sehingga warga di Beratan dapat diberikan pelatihan tenun.

“Saya yakin kalau sudah lihat bentuk, dilatih, pasti bisa. Hanya perlu diberi pelatihan, ruang, dan waktu untuk itu. Sudah berabad-abad jadi trah penenun, pasti keahlian itu tidak akan hilang. Tinggal dilatih saja,” tegasnya.

Sementara untuk produk songket lainnya, Gede Komang menyebut relatif tak ada masalah. Sebab perajin yang menggelutinya juga cukup banyak. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/